BAGIAN 3 : AWAL

18 0 0
                                    


Saat itu, dalam hati aku terpikir, dia itu sekaya apa? Villa pribadi, lalu apa? Hotel? Yah semua itu nampak wajar sih jika melihat posisi keluarganya. Berbanding terbalik denganku, yang saat ini sudah tidak memiliki aset apapun karena kebangkrutan keluargaku.

" Oke fix ya besok lusa jam 9 kita ketemu ditempat biasa."

" Iye." balasku.

" Pake motor lo ya." Balasnya. Membuatku agak sedikit kaget, karena aku pikir dia tipe wanita yang tidak mau membonceng motor.

" Lu yakin? kan lu biasa naek mobil. Ntar kepanasan gimana?" balasku.

" Haha. Gue lagi pengen naek motor." Balasnya

Jika saja, ketika itu aku tidak mengiyakan permintaannya, mungkin...

Singkat cerita, hari yang ditentukan pun datang. Kemudian aku pergi untuk menjemputnya ditempat yang telah kita sepakati. Tidak seperti sebelumnya, kali ini dia sudah berada disana, tidak telat. Penampilannya seakan-akan menunjukkan bahwa dia sudah sangat siap untuk hari ini. Dia mengenakan jaket, dengan celana jeans panjang dan sepatu hitam, dia juga memakai sarung tangan. Tak ketinggalan rambutnya kali ini dikuncir, dan lengkap dengan make up di wajahnya, membuatnya nampak berbeda dari biasanya.

" Penampilan lu hari ini kok keliatan beda dari yang kemaren?" Ucapku.

" Ya iyalah, orang mau naek motor juga. Masa naek motor make rok mini?" balas dia.

" Bagus deh. Ayo naik." Ucapku.

" Eh bentar, peralatan buat take videonya udah dibawa kan?" tanya dia.

" Udah dong." Jawabku sembari memberinya helm.

Kemudian, kami pun berangkat. Saat diperjalanan, dia selalu mengarahkan jalan menuju lokasi, karena aku tak tahu jalan menuju lokasinya. Dia perpegang erat pada bajuku. Sesekali, dia memelukku dari belakang saat motorku melaju dengan kencang. Aku pikir dia ketakutan, karena itulah dia bereaksi seperti itu. Aku sendiri tidak mengatakan apapun ketika dia melakukan itu. Karena aku pikir itu wajar, demi keselamatan saat berkendara.

Setelah beberapa jam perjalanan, kami pun sampai. Nampak sebuah bangunan villa yang cukup besar dengan 2 lantai, yang disekelilingnya terdapat hamparan perbukitan yang luas, sawah, dan sungai yang memanjang membuat tempat yang sejuk itu memiliki keindahan tersendiri.

" Gimana? Bagus kan?" tanyanya sembari turun dari motorku.

" Yah, emang pas sih kalo buat shooting video klip musik. Tapi kok sepi sih?" ujarku sambil memarkirkan motorku.

" Beberapa bulan terakhir villa ini emang ngga dibuka buat umum. Cuma dipake keluarga gue doang." Jawabnya.

" Tapi ada penjaganya kan?" tanyaku.

" Gaada. Penjaganya resign gara-gara takut sama hantu yang ada disini." Jawabnya bercanda.

" Owalah pantes tadi gua liat kuntilanak di lantai 2." Ucapku.

" Eh lo jangan ngomong gitu dong. Gue kan tadi cuma becanda." Balasnya cemberut.

" Lagian elu sih, penakut tapi sok-sok an bercanda soal hantu. Haha. Terus penjaganya kemana?" ujarku.

" Penjaganya gue suruh libur hari ini! Puas lo! Udah jangan banyak tanya, mending lo angkutin ke dalem tu barang-barang. Gue mau ganti baju dulu." Jawab dia dengan sedikit kesal.

Kemudian kami pun bersiap-siap untuk proses take video.

Lalu, singkat cerita proses take video pun selesai. Kami pun beristirahat di gazebo depan villa.

" Makan yuk, gue laper." Ucapnya.

" Emang ada makanan?" tanyaku.

" Gatau, coba deh nanti cek di dapur, siapa tau udah disiapin pak penjaga pas pagi tadi. Kalo gak ada nanti kita masak aja. Di dalem kulkas pasti ada banyak bahan makanan." Ucapnya.

" Emang lu bisa masak?" tanyaku.

" Engga lah. Kan nanti elo yang masak hahaha." Ujarnya.

" Sudah kuduga. Cewek kaya lo mana mungkin bisa masak. Yaudah nanti gua masakin." Ucapku

" Eh beneran lo bisa masak?" tanya dia.

" Tergantung masak apaan dulu." Jawabku

Lalu, aku pun memasak dengan bantuannya. Walaupun yang dia lakukan hanya memotong-motong bahan saja. Setelah masakan selesai, kami pun makan siang di bagian rooftop villa. Ketika itu waktu sudah menunjukkan pukul 15.00

" Enak juga masakan lo. Apa karena gue lagi laper ya?" ucapnya sambil mengunyah makanan yang kubuat tadi.

" Masakan gua kan emang enak." Balasku.

" Eh jun, lo udah ga marah kan soal yang kemaren?" tanya dia mendadak.

" Engga. Asal lu ga ngulangin aja." Jawabku.

" Sorry ya, gue emang suka kasar gitu kalo sama orang asing. Soalnya gue ga mau keliatan baik di depan orang. Gue pengen keliatan apa adanya. Itu lebih baik kan? Ketimbang keliatan kaya orang baik padahal aslinya busuk." Jelas dia.

" Yah emang sih, tapi ngga perlu sampe kaya gitu banget." Ucapku.

" Eh bentar, tadi lu bilang sama orang asing kasar kan? Dan sekarang, lu udah ngga ngomong sekasar dulu pas lagi sama gue, bahkan kemaren lu minta maaf segala. Berarti gue udah bukan orang asing bagi lu?". Tambahku dengan banyak kata.

" Haha apaan." Jawabnya singkat.

" Jujur ya, gua ngerasa kalo lu itu agak sok deket gimana gitu ke gua, padahal kita kan baru kenal." Ujarku.


Setelah aku mengucapkan kata-kata itu. Aku dibuat sedikit terkejut dengan ucapan balasan dari Bulan. Dia mengatakan hal yang menurutku sedikit aneh namun membuat wajahku sedikit memerah. Dia mengucapkan kata-kata itu dengan volume rendah yang membuatnya nyaris tak terdengar. Namun aku masih dapat mendengar kata-kata itu.

" Ya karena gue ngerasa kalo lo itu satu-satunya orang yang bisa ngerubah gue, biar jadi jadi orang yang lebih baik. Soalnya cuma lo doang orang asing yang berani nasihatin gue." Ucap dia dengan volume kecil dan dengan ekspresi wajah yang sedikit malu-malu.

" Hah apa?! Gak denger gua sumpah. Coba ulangi dong." Ucapku pura-pura tidak dengar.

" Apaan sih! Orang gue lagi ngomong sendiri kok." Ucap dia gugup.

" Hahaha. Btw kita mau pulang jam berapa? Udah sore nih." Ucapku

" Bentar lagi. Jam 4-an ya." Jawabnya. 



FUCKBOY DADDYWhere stories live. Discover now