PREAMBUL

1.4K 140 61
                                    

SEBELUM KESANA


Di barat daya Selat Sunda terdapat gugusan pulau yang tak terjamah dan tak terlihat di peta modern maupun digital—kami menjaganya agar tetap seperti itu. Pulau terbesarnya kira-kira sebesar Kota Bandung, jika Kabupatennya ikut dihitung. Parameter yang perlu diukur dengan berjalan kaki. Serius, setiap langkah terasa segar di tanah kami.

Zaman dahulu, jenis kami terusir ke pulau ini. Kerajaan-kerajaan Sundalandia mengutuk kami, mengatakan bahwa kami adalah penyembah iblis. Ya! Kami mampu menggerakkan benda tanpa menyentuhnya, tapi kami tidak menyembah iblis.

Dan selama 2.200 tahun, kami berhasil hidup tentram dalam daratan di Samudra Hindia secara tersembunyi. Pendahulu kami pun sempat mendirikan sebuah sekolah budaya dan menamainya Bumi Sangkala. Silabusnya tentu saja, bukan kerangka pembelajaran dalam budaya sekolah yang manusia kenal. Di sini, kami belajar untuk menyeimbangkan alam. Di sini, kami belajar meraih kesempurnaan sihir yang tidak merusak.

Tiga strata untuk menerima. Tiga strata yang menjadi sumber daya. Tiga strata bagi Bumi Sangkala. Dan tiga strata ini adalah Adiwarna, Drestanta, dan Astranta.

Perjalananku dimulai dari tingkatan Adiwarna, lima belas tahun silam. Sekarang? Aku seorang … Drestanta.

PETA

PETA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bumi Sangkala: Defensi DrestantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang