Dua Puluh Empat

14.2K 705 124
                                    

"kamu nggak apa apa ??" Aku yang mematung di depan pintu masuk restoran terhenyak saat mendengar suara teguran di belakangku.

Sesosok laki laki dalam balutan Polo biru kepolisian yang tidak ku kenal sama sekali, tapi dia tersenyum ramah padaku, seakan dia begitu mengenaliku, bergantian dia melihatku dan Mahesa yang belum sadar akan kehadiran ku ditempat yang sama dengannya.

Tidak ku sangka, tangan laki laki bername tag, Badai Hermansyah itu meraih tanganku dan menggenggamnya," dia suami atau pacarmu kan ?? Kita liat, apa reaksinya di depan pacarnya itu kalo kita datang di tengah acara makan mereka .."

Belum sempat aku berpikir jernih, laki laki asing itu sudah lebih dulu menarikku, dan nekadnya dia benar benar membawaku ke meja di sebelah Mahesa dan perempuan itu.

Tatapan terkejut terlihat jelas di wajah Mahesa saat melihatku dan juga laki laki asing bernama Badai ini di meja sebelahnya.

Tatapannya berubah tajam sarat kemarahan saat melihat tanganku yang tanpa ku sadari justru masih berada di genggaman Badai. Aku tidak mengalihkan pandanganku saat Mahesa melihatku dengan kemarahan, bahkan aku tersenyum kecil melihatnya yang tengah berbohong di depan mataku, dia berbohong demi perempuan yang ada di depannya

Raut penasaran justru tercetak di wajah perempuan itu, mungkin dia kebingungan karena Mahesa yang melihat ku dengan marah dan aku yang balas menantangnya.

Mahesa dan dunia tidak tahu, jika luka menganga ku sembunyikan di balik senyuman kecil yang kuperlihatkan untuk menantangnya.

"Kenapa Bie ?? Kamu kenal sama Mbaknya itu ??"

Aku tersentak mendengar panggilan penuh sayang yang dilayangkan Perempuan di depan Mahesa itu, jadi benar, ini alasan Mahesa yang sudah berubah akhir akhir ini, jarang mengirimkan pesan dan juga jarang pulang ke rumah.

Alasan dia nyaris sama seperti saat awal pernikahan kami yang penuh akan kebenciannya. Senyumannya berubah menjadi senyuman miris, tadi pagi dia baru saja meminta maaf padaku dan kini, dia berbohong demi perempuan yang menjadi masa lalunya.

Dan jawaban yang kudapatkan dari Mahesa menjatuhkan ku dari angkasa, membuatku di buat tertampar oleh kenyataan pahit yang sebenarnya.

"Bukan !! Dia bukan siapa siapa, aku sama sekali nggak kenal sama mereka !!"

Kenyataan pahit yang sudah menghantui Ku sejak awal, bom waktu yang tersulut oleh ijab qobul yang diucapkan Mahesa dan kini telah meledak dan menghancurkan apapun yang kumiliki.

Aku memalingkan wajah ku, sudah tidak bisa lagi aku memasang senyuman topeng untuk menutupi segala hal yang kusembunyikan, kini aku hanya bisa mengikuti permainannya, berpura pura buta dan tuli seakan tidak mengenalinya sama sekali, membiarkan suamiku yang kucintai bersama kekasih yang dicintainya.

"Mau pesan apa ?? Cumi asam manis, atau udang !! Tapi saranku, kamu bisa perlu coba Kepiting bakarnya, ini makanan terdabest di sini .."

Astaga, aku melupakan seseorang yang duduk di sebelah kananku, saat aku membuang wajah mengalihkan pandangan ku dari Mahesa, laki laki asing bernama Badai ini justru menanyakan hal yang tidak ku sangka sangka, dia menawarkan menu untuk ku, seakan akan dia tidak mendengar dan melihat hal apa yang baru saja terjadi.

Dan aku cukup berterimakasih untuk usahanya ini.

"Apapun, tolong !!"

"Great !!" Jawabnya semabri memanggil waiters untuk mencatat pesanan kami.

Sebisa mungkin aku mengacuhkan Mahesa yang ada di sebelah kananku, laki laki bernama Badai itu kini mengulum senyum geli melihat ku sekarang ini.

"Aku temannya Sena, dan aku pernah beberapa kali melihat fotomu di Instragramnya Sena maupun lambe lambean yang membahas para Laki laki berseragam yang menjadi idola."

Cinta Sendiri ( tersedia ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang