14. Tanda

727 96 0
                                    

"Jadi, sudah siap untuk pergi," tanya Ron, suaranya terdengar agak terlalu keras di kebun. Hermione mengangguk, rambut hitam berantakan terbang melintasi wajahnya dengan angin.

"Aku siap. Harry?" tanyanya, menoleh pada Harry. Dia sudah memegang jubah gaib di satu tangan. Berbalik untuk melihat Shell Cottage, dia menghela napas.

"Yeah. Aku siap." Lalu dia berbalik, dan tanpa menoleh ke belakang, dia memakai jubahnya, dan kemudian mereka pergi.

***

"James-"

"Jangan, Remus," teriaknya. "Aku sangat-"

"Tidak-" teriak Remus, tekadnya akhirnya hancur. Dia kelelahan karena bulan purnama, dan meskipun dia tahu dia tidak rasional dengan James, dia tidak bisa menahannya.

"James, jika kau pergi ke luar sana, kau akan ditangkap atau dibunuh. Tabu itu muncul lagi — apakah kau tahu apa itu?"

"Ya," kata James bersikeras. Dia menjatuhkan pandangan ke tangannya, yang bermain-main di depannya. James tampak lebih tenang dan lebih mungkin untuk mendengarkan penjelasan yang rasional.

"Kau harus tetap di sini, James," ucap Remus. "Bill berpikir dia bisa menghilangkan tanda itu." James memandang Bill, yang mengangguk setuju.

"Aku seharusnya bisa. Struktur mantranya tidak khusus. V — Kau-Tahu-Siapa pasti tidak pernah menduga seseorang untuk mencoba menghapusnya karena tentunya tidak sesulit itu."

"Kalau begitu lakukan," bentak James, mengangkat lengannya. Bill tampak tidak senang diperintah-perintah, tapi dia juga cukup bijak untuk menyadari bahwa kalau tidak begitu, James akan pergi. Dia mengeluarkan tongkatnya, mengabaikan bagaimana James tersentak ketika dia menarik lengannya lebih dekat.

Remus memperhatikan sentakan itu, dan untuk sesaat, dia berpikir untuk menenangkan James dengan meletakkan tangan di bahunya. Sedetik kemudian, ia menyadari betapa buruk akibatnya jika itu terjadi. James tidak ingin Remus menenangkannya.

Tidak sekarang. Di hutan, James jauh lebih terbuka. Namun, saat itu dia juga berada pada kondisi terlemahnya, mengingat bagaimana dia baru saja bangun.

Bill mulai melambaikan tongkatnya dengan pola berulang-ulang di lengan James. Remus mengenali gerakan mantra itu sebagai penangkal kutukan standar. Tentunya, apa yang telah dilakukan Voldemort pasti lebih rumit dari itu.

Ditambah lagi, Bill juga mengatakan bahwa Voldemort tidak membuatnya sulit untuk dimusnahkan. Remus tidak bisa melihat alasan di balik itu, tapi Remus juga tidak bisa melihat alasan di balik membunuh jutaan orang.

James meringis sesekali, tapi selain itu, dia lebih banyak diam. Setelah hanya beberapa menit, Bill mengubah pola gerakan tongkat sihirnya dan mulai menggumamkan mantra.

Remus tidak mengenali mantra ini, jadi dia menyimpulkan bahwa mantra ini lebih rumit daripada yang sebelumnya. Namun, Bill bergerak dengan mudah. Jelas bahwa dia telah melakukan mantra ini sebelumnya.

Beberapa menit berlalu sebelum Remus menyadari bahwa tanda itu perlahan memudar. Sekarang, phoenix itu tidak berwarna merah cerah. Dan juga, air mata berhenti menetes dari matanya.

Namun, ularnya masih berwarna gelap dan sepertinya tidak memudar. Bill memejamkan mata ketika volume suaranya naik. Ternyata, mantranya memang membutuhkan sedikit fokus.

Setelah lebih dari satu menit, Bill berhenti dan meletakkan tongkatnya. Hanya menghabiskan sekitar sepuluh menit untuk melakukan seluruh prosedur itu.

Dia membuka matanya dan menatap lengan James. Burung phoenix dan air matanya hilang, tapi ularnya tetap jelas seperti sebelumnya. Bill nampak terkejut.

"Harusnya sudah hilang," katanya dengan bingung. "Kutukannya — aku menyingkirkannya." James tertawa pahit.

"Kau benar-benar berpikir bahwa mantra kecilmu akan berhasil. Voldemort memberiku ini; jika dia tidak ingin ini dihapus, maka itu tidak akan pernah terjadi," ujar James. Sorot matanya hampir kosong. Remus merasa agak mual ketika dia mengucapkan kata-kata itu. Sejauh yang ia tahu perkataan itu tidak dimaksudkan dengan cara yang sama. Dengan tidak menyenangkan, perkataan itu mengingatkan ia ketika Bellatrix Lestrange mengagumi bagaimana tuannya — di matanya — tidak terkalahkan.

Remus menggelengkan kepalanya untuk mengusir persamaan tersebut — menyamakan James dengan wanita itu tidak wajar dan menjijikkan.

"Mantranya bekerja — aku yakin itu," ucap Bill. "Ambil ini." Dia mengeluarkan tongkat dari sakunya. Remus segera mengenalinya.

Itu tongkat James.

Itu adalah tongkat yang telah menyebabkan begitu banyak kenakalan di sekolah dan telah membantu Orde.

Itu adalah tongkat yang terbaring tak berdaya di lantai di samping tubuh yang seharusnya mayat James di Godric's Hollow.

Itu adalah tongkat yang telah dikubur bersamanya; tongkat yang, akhirnya, mendapat kesempatan lagi untuk digunakan oleh pemiliknya.

"Tidak-" James memprotes, tapi Bill memanfaatkan fakta bahwa ia masih memegang lengan James.

Segera setelah tangkai itu menyentuh kulitnya, James meringis lagi, menunggu rasa sakit menusuk dan mengerikan yang akan menyusul.

Satu menit berlalu.

Semenit lagi.

Wajah James berubah dari takut menjadi syok terang-terangan. Dia menangkupkan jari-jarinya di sekeliling tongkat yang bersandar di tangannya dan melepaskan lengannya dari genggaman Bill.

"Aku — aku bisa memegangnya," bisiknya. Dia menatap ular di lengannya. "Kau tidak mengendalikanku!" hardiknya. Remus tersenyum melihat kawan lamanya — mengabaikan cara dia berbicara dengan ular di lengannya.

Sangat menyenangkan melihat ketakjuban di mata James, dan itu sangat berharga.

Semua yang terjadi selagi James duduk di sana dengan Bill yang memandangi lengannya setimpal dengan ekspresi takjub yang sekarang ada di matanya.

Melihat James, Remus tahu bahwa mereka telah memenangkan pertempuran hari ini. James membaik lagi; ya, perubahannya kecil, tapi itu tetaplah perubahan. Setiap perubahan itu penting jika James ingin sembuh.

Remus berjanji dalam hati bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan James selama James berusaha untuk sembuh. Dia sedang berusaha; Remus bisa melihat itu. James hanya butuh bantuan, dan Remus yang akan membantunya.

James terdiam, menatap tangan dan tongkatnya. Akhirnya, Bill mendesaknya.

"James," katanya. "Cobalah sebuah mantra — sesuatu yang sederhana." James mengangguk dan mengangkat tongkatnya. Menunjuknya ke perhiasan kecil di meja samping, dia berbisik,

"Wingardium Leviosa." Perhiasan kecil itu — sebuah kerang kecil — melayang satu atau dua inci dari meja. Wajah James mulai terpecah dengan senyum lebar — sesuatu yang menyerupai parasnya ketika dia masih muda.

Kemudian kebahagiaan itu hancur. Tiba-tiba James terkesiap dan membungkuk, memegang lengannya dengan erat. Kerang itu jatuh kembali ke meja dengan dentang keras, menyebabkan retakan kecil di kaca.

"James," teriak Remus. Dia meraih bahu temannya, dan saat disentuh, James menegakkan tubuh. Dia melonggarkan cengkeraman di lengannya dan mengulurkannya ke depan. Ular gelap yang tadinya diam sekarang bergerak dan menggeliat.

Napas James terengah-engah, dan jelas dilihat dari otot-otot di lengannya yang mengejang, ia sangat kesakitan. Remus menyaksikan ketika ular itu berputar. Seperti gambar hidup yang mengerikan, ular itu membuka mulutnya — Merlin! Bahkan ia memiliki taring — dan sebuah tengkorak muncul. Ular itu berputar dan akhirnya, ular dan tengkorak itu menjadi tanda kegelapan.

Di bawahnya, kata-kata gamblang berwarna hitam terbentuk.

TIDAK AKAN PERNAH BEBAS

TBC

In His Eyes | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang