Kapurung

163 31 107
                                    


Namanya Kapurung, makanan khas kota Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur. Untuk daerah Luwu sendiri mereka menyebut Kapurung dengan nama Pugalu atau Bugalu.

Saya mengenal kapurung di tahun 2007. Ini adalah makanan kesukaan pasangan saya. Pertama kali doi cerita tentang makanan ini (di beberapa hari setelah kami menikah, ehem), saya gak punya gambaran sama sekali tentang bentuk kapurung.

"Ini isinya banyak. Ada macam-macam sayur, ikan, trus dikasih kacang goreng, dikasih jeruk nipis dan sambal. Pakai tepung kanji juga dibikin bulet-bulet". Begitu yang doi bilang.

Kanji dalam menu masakan yang saya tau, dipakai untuk panganan kecil seperti kue atau jenang. Jadi, bagaimana bentuk kapurung masih mengawang di benak saya.

Di tahun yang sama ketika saya mudik lebaran ke rumah mertua, ibu mertua mengajak kami para menantu untuk membuat kapurung. Kesan pertama yang saya dapat ketika membuat kapurung adalah RIBET.
Ya, ribet banget. Letak ribetnya ada pada saat kita mau membuat bulatan-bulatan dari kanji. Ibu mertua memanaskan air di panci, kemudian beliau menyiapkan ember besar dengan larutan kanji di dalamnya. Setelah air mendidih, air tersebut dituang bertahap kedalam larutan kanji sambil terus diaduk cepat. Terus dilakukan seperti itu sampai larutan kanji menjadi bening tanda sudah matang.

Saat mengaduk kanji dibutuhkan tenaga yang cukup lumayan, karena yang kami buat pada saat itu memang banyak. Tekstur kanji setelah terkena air panas dan matang pun akan lengket dan menambah berat adukan. Ketika melihat kanji yang sudah matang, saya justru ingat dengan lem yang ada di kantor pos. Hehehe.

Setelah kanji matang, kami menyiapkan air dingin di baskom, kemudian dengan menggunakan sendok, kami membuat bulatan-bulatan (gak bulat banget, sih. Lebih mirip lonjong bentuknya, karena tekstur kanji yang kenyal dan lunak).
Kapurung yang kami buat saat itu tidak murni dibuat seperti tempat asal makanan ini. Kapurung asli Palopo terbuat dari sagu. Karena sagu sulit ditemukan di daerah-daerah lain di luar daerah penghasil sagu, maka para penikmat Kapurung mengganti sagu dengan kanji.

Ketika saya bertanya dengan teman yang tinggal di Luwu tentang cara pengolahan sagu, disebutkan bahwa tidak jauh berbeda dengan pengolahan kanji, karena sebenarnya sifat kedua tepung ini sama. Bahkan belakangan terjadi pergeseran penyebutan. Masyarakat menganggap kanji adalah sagu, begitupun sebaliknya. Padahal kedua tepung tersebut memiliki bahan dasar yang berbeda. Sagu berasal dari pohon sagu yang diambil patinya dari bagian batang pohon, sedangkan kanji berasal dari umbi singkong. Nama lain kanji sendiri adalah tepung tapioka.

Pengolahan kanji atau sagu ini ternyata tidak hanya dengan cara menuangkan air panas di dalam larutannya, tetapi jika ingin lebih cepat dan mudah bisa dengan memasak langsung di atas kompor larutan kanji atau sagu tersebut. Cara ini selalu saya gunakan ketika hendak membuat kapurung.
Sagu atau kanji yang telah bulat kemudian dimasukkan kedalam sayur.

Lihat bulatannya? Nah, kayak gitu bentuk olahan kanji/sagunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lihat bulatannya? Nah, kayak gitu bentuk olahan kanji/sagunya.

Untuk olahan sayur bisa dengan olahan sederhana, bisa dengan yang kompleks. Jika ingin sederhana, cukup sayur bayam saja atau bisa ditambah dengan kangkung.
Jika ingin yang lebih kompleks isiannya, kita bisa mencampur kangkung, bayam, kacang panjang, jagung pipil, terong (terong ini digoreng kemudian diblender, setelah itu dituang ke dalam campuran sayur lainnya. Kenapa diblender? Agar tekstur kuah lebih kental), dan jantung pisang.

Risalah Semesta Where stories live. Discover now