32. Foto

999 59 0
                                    

Seperi biasa di pagi hari yang cerah. Seperti biasa sebelum bekerja Ardian mencium istrinya, mengelus bayinya dalam perut Mariska yang akan lahir sebentar lagi.

Mariska bergerak hendak masuk kedalam rumah. Tapi Mariska tiba-tiba tertarik melihat para abdinya yang sibuk merapikan taman bunga. Mariska suka bunga mawar dan lili.

Pagi ini bunga mawar berwarna peach sedang bermekaran di taman bunga itu.

"Ning, potong bunga ini, taruh di sana, bunganya udah rontok tuh."

Nuning si pengurus kebun dan taman bunga mematuhi perintah majikannya.

"Baik Gusti Putri."

Mariska memperhatikan setiap gerakan tangan para abdi yang memang sudah di latih untuk mengurus bunga dan menatanya .

Tidak lama kemudian Mariska melihat seorang kurir datang.

"Nyonya Mariska Kusuma Ningrat?"

Kurir membaca nama di sampul amplop berwarna cokelat di tangannya

"Ya, itu nama saya." jawab Mariska lembut.

"Oh kebetulan. Ada surat untuk anda Nyonya." kata kurir.

"Oh ya." Mariskan menerima suratnya.

"Tolong tanda tangani berkasnya Nyonya."

Mariska menandatangani berkasnya,

"Terimakasih pak."

"Sama-sama."

Kurir pergi. Mariska memeriksa surat itu. Isinya lumayan tebal, di alamatkan untuknya. Nama yang sempurna, alamat yang di tuliskannya juga benar. Tapi tidak ada alamat si pengirim surat.

Mariska mengerutkan kening, karena merasa aneh. Tapi dia penasaran. Mariska membuka amplop, untuk melihat isinya yang ternyata setumpuk foto dengan ukuran yang cukup besar dan sesuai jadi sampul majalah. Sehingga Mariska langsung bisa melihat siapa orang di dalam foto tersebut.

Mata Mariska terbelalak, hati Mariska harus sakit, tapi ia tetap melihat foto itu satu persatu dengan tangan gemetar sambil menangis.
Ya Tuhan, ini suamiku....batinnya pilu.

"Adjie...."

Mariska berteriak keras. Saking kerasnya seluruh pekerjanya menatap kearahnya. Suara Mariska bergetar, matanya basah. Mariska benar-benar marah.

Adjie yang baru saja kembali mengantar Ardian berjalan cepat ke arah Mariska yang sedang murka.

"Ada apa Gusti Putri?" Adjie menunduk, dia tidak ingin melihat majikannya menangis.

Padahal majikannya hari ini terlihat seksi, sangat cantik dan kulitnya seputih porselen.

Tapi melihat Mariska terguncang, Adjie memberanikan diri menyentuh Mariska, menyuruh Mariska untuk duduk.

Tangan Marisla mencengkeram meja kuat-kuat seolah-olah dia akan terjatuh. Adjie sempat melirik foto-foto yang ada dalam genggamam Mariska.

Pantesan nyonya besar ngamuk, ternyata foto begituan. Batin Adjie.

" Jemput suamiku, tolong sekarang Adjie!" titah Mariska. Dia kesegukan parah sampai dadanya terasa sakit.

"Raden Mas Ardian baru saja sampai di kantor, sepertinya beliau akan sibuk."

Adjie menatap Mariska yang terisak. Ingin rasanya Adjie menghapus air mata yang banjir membasahi pipinya yang mulus.

Pantesan Ardian tergila-gila padanya, ternyata Mariska sangat cantik dan glowing di lihat dari dekat.

Royal TeacherWhere stories live. Discover now