"Cher... itu naskahnya beneran udah fix?"
Suara Mas Adi, kepala editor sudah membuatku mendongak dari layar laptop yang sejak 3 jam yang lalu pantengin. Aku membenarkan kacamata bacaku dan menganggukkan kepala.
"Aku udah kirim ke Lana sih mas, biar dia ngasih revisian lagi. Misal ada yang gak pas kan aku juga gak mau maksa."
Aku menyebutkan salah satu penulis yang naskahnya memang aku tangani. Pasalnya tipe-tipe penulis itu bermacam-macam. Ada yang langsung setuju, tapi ada juga yang gak mau naskahnya aku revisi. Malah ada yang gak jadi terbit karena gak mau naskahnya beneran aku ubah lebih baik.
Mas Adi kini menganggukkan kepala "Ya udah. Bilang ama Lana jangan lama-lama. Tenggat cetak kita kan minggu ini. Kalau Lana yes, baru deh kasih finishingnya ke Randu."
Aku kembali menganggukkan kepala. Mas Adi lalu meninggalkan kubikelku. Tapi baru saja aku akan mengetikkan sesuatu di layar laptopku, kepala Angga langsung nongol dari balik kubikelnya yang ada di depanku. Dia rekan editor sama seperti aku.
"Heh Cher, lo kebanyakan kencan sama pak pengacara sih. Jadi naskah ditagihin kan sama Mas Adi."
Aku melotot ke arah Angga yang kini menyeringai lebar. Dia ini selalu tidak suka kalau menyebutkan Andromeda. Angga termasuk teman yang protektif kepadaku. Maklum saja, di sini tuh isinya hampir semuanya cowok kecuali aku. Palingan ada Mbak Ratih, yang suka bantu-bantu Mas Adi buat cover itupun freelance kalau pas kita ada kewalahan. Soalnya Radit dan Miko, dua desain grafis kami suka butuh tenaga bantuan.
"Apaan sih. Mending beresin tuh naskah lo. Kemarin bilang susah banget baca naskahnya si Rangga."
Angga mencebik dan kini menyipitkan mata. "Iya, gue susah. Habis tu anak nama sama kayak gue cuma diilangin R aja. Kan gue jadi berasa yang nulis ini novel gitu Cher. Makanya keki.:
Absurd memang si Angga. Aku hanya menghela nafas, saat itulah aroma kopi menguar di sekitarku.
"Kopiiiii buat Chery putri kita."
Dino, marketing di kantor ini memang selalu suka membawakanku kopi. Dia meletakkan kopi itu di atas mejaku.
"Thanks, No. Kebaikan lo beneran deh. Buat gue telhaluu.."
jawabanku membuat Dino ngakak, tapi Angga kembali berdesak sebal.
"Jangan luluh deh No. Princess kita ini lagi merajuk, biar dia boleh bebas kencan sama pak pengacara. Ati-ati loh Cher, pengacara itu mulutnya manis. Kamu bisa dikira kliennya jadi dimanis-manisin terus. Tapi tahunya cuma ada manisnya doang."
"Woaa iya yang ada manis-manisnya tuh cuma ada di iklan Cher."
Dino ikut menanggapi, membuat aku memutar bola mata."Dih kalian gak ada kerjaan apa? Kepo melulu ama percintaan gue."
Kali ini Dino dan Angga malah saling bertatapan lalu mereka terkekeh bersama
"Lo kan princess di sarang penyamun Cher. Tersesat di negeri para cowok ganteng gini, ya terang aja kita jagain lo. Bangeeettt.."
****
Setelah berkutat dengan naskah yang membuat kepala makin penuh kalimat-kalimat romantis, aku memutuskan untuk menerima ajakan makan siang Angga dan Dino. Mereka berdua itu memang kompak kalau soal makan siang. Kemana aja selalu berdua, kalau aku pas senggang sekali-kali ikut. Seperti siang ini.
"Nih perasaan masih tanggal tua loh No, siapa yang nraktir?"
Aku menoleh ke arah Dino yang sudah duduk di sebelahku, sedangkan Angga mengambil menu makanan. Ini kami makan di restoran jepang yang aku tahu menunya premium. Jadi tahu sendiri harganya pasti sekelas clutch ku yang dipakai kondangan.
"Loh PJ dong Cher. Lo kan baru aja jadian ama cowok kamu yang kaya itu. Masa gak ada PJ. Iya gak Ngga?"
Buset.
Aku langsung melotot ke arah Dino dan Angga yang baru saja meletakkan buku menu di depanku. Mereka berdua ini kadang ngelunjaknya kebangeten.
"Eh enak aja. Pj tuh ya makan burger aja deh atau pizza, gue masih kuat. Kalian bawa ke sini alamat gaji gue 2 bulan abis. Yang bener aja .Gue gak mau berakhir suruh cuci piring sebulan di sini."
Dino terkekeh mendengar ucapanku "Di sini itu makannya gak pake piring non, sekali pakai langsung buang. Mana aja ada acara cuci piring. Kamu kebanyakan nonton sinetron."Aku masih memberengut mendengar ucapan Dino dengan wajah tanpa bersalah itu. Tapi Angga kini malah sibuk memilih menu. Dua orang ini dasar ya, gak pernah peka kalau aku sedang dalam kondisi keuangan yang menipis. Tabunganku baru aja habis buat nyicil rumah yang aku tempatin.
"Berdoa aja Cher kali aja...."
"Beb?"
Woaa... siapa yang manggil aku seperti itu? Aku langsung menoleh ke belakangku dan menemukan Andro sudah berdiri di sana. Lengkap dengan jas dan setelannya yang pas body. Membuat dia benar-benar terlihat sangat rapi dan ekslusif. Tipe-tipe pengacara yang dibayar mahal oleh klien."Andro?"
Andromeda langsung tersenyum lebar, dia duduk begitu saja di sampingku membuat aku bergeser.
"Aku habis ketemu klien, eh tahunya lihat kamu. Ah kangenku terobati."
Ucapan Andromeda membuat dua orang kurang makan didepanku langsung tersenyum lebar."Wah ini ya pacarnya Chery, kenalin nih. Angga dan gue Dino. Kita lagi ngerayain Chery ulang tahun. Mau gabung?"
Tentu saja aku menendang kaki Dino di bawah meja tapi dia masih menatap Andromeda."Beneran? Bukannya kamu lahirnya september ya?"
Pertanyaan Andromeda membuat aku hanya tersenyum canggung. Ini gimana coba jadinya?"Ah anda kan baru kenal Chery sebulan, kita tuh yang udah bangkotan kenal ama Chery. Dia kasih ttl palsu kali. Hari ini beneran Chery ultah kok. Iya kan Ngga?"
Dino menyenggol lengan Angga dan membuat pria yang masih sibuk memelototi buku menu langsung tersenyum lebar.
"Absolutely yes."
Andromeda langsung tersenyum lebar. "Ok. Aku yang traktir kalian."
****
"Kenapa cemberut gitu? Hampir seminggu gak ketemu aku Cher, gak kangen?"
Pertanyaan Andro membuat aku mengalihkan tatapan dari ocha yang ada di depanku. Dua kembar rese itu sudah balik ke kantor terlebih dahulu setelah kenyang dan memesan berbagai menu. Membuat aku malu saja.
"Andro, kamu itu ditipu ama dua cecunguk itu."
Ka;i ini senyum di bibir Andromeda tersungging."Aku tahu kok. Tapi gak apa-apa kan sekali-kali nraktir mereka. Toh mereka jagain kamu seharian penuh loh. Anggap aja sebagai ucapan terimakasihku udah jagaian cewek aku yang cantik ini."
Selalu saja manisnya membuat aku tidak jadi marah.
"Kamu darimana seminggu ini?"
Aku akhirnya bertanya, soalnya dia memang tidak terlihat di rumah selama satu minggu. Dia hanya pamit ke luar kota lewat pesan wa.
"Bandung."
Jawabannya singkat dan Andromeda seperti tidak mau meneruskan pembahasan ini. Dia malah kini mengambil tisu dan mengusapkan di sudut bibirku.
"Makan jangan belepotan deh."
Aku merebut tisu dari tangannya dan kini mengusap bibirku sendiri. Andromeda tersenyum dan bersedekap di sampingku. Tapi kemudian dia mengulurkan tangan lalu mengusap kepalaku.
"Aku kangen."
Itu ucapannya. Kenapa jantung ini berdegup begitu kencang? Padahal aku membatasi diri agar tidak terpesona dengannya sebelum aku tahu siapa dia sebenarnya. Andromeda itu masih misterius untukku.
BERSAMBUNG
HAYOOO UDAH GAK ADA PERTANYAAN LAGI KAN TENTANG ANDROMEDA DAN NAYA? SEMUA UDAH CLEAR YA INI HIDUP ANDRO BEBERAPA TAHUN SETELAH TRAGEDI ITU. BIARKAN DIA BAHAGIA HOHOHO

YOU ARE READING
RED CHERRY
RomanceCHERRY Aku tak akan pernah jatuh cinta kepada pria seperti Andromeda. Dia terlalu santai dalam menjalani hidup ini. Terkesan tidak pernah serius menanggapi apapun. Tapi saat aku tahu masa lalunya dan kisah hidupnya itu membuatku larut dalam romans...