Part 23: Andai kau tahu perasaanku

1.8K 49 1
                                    

Kini Jen hanya melakukan kegiatannya secara normal seperti biasanya. Semua kesedihannya ia lampiaskan pada semua pekerjaan maupun kesibukan lainnya.

Drrrttt... Rezo memanggil...

"Rezo! tidak biasanya menelponku" gumam Jen, lalu menjawab telepon dari Rezo.

Rezo: "Jen, aku merindukanmu..—" kekeh Rezo dari balik panggilan suara keduanya.

Tsk... "Rezo kau tidak berubah sejak dulu..—" kekeh Jen, tatkala mendengar apa yang Rezo ucakan dari balik panggilan suaranya. Sekian menit hingga jam, keduanya pun saling berbincang dan larut dalam percakapan.

Setiba jam pulang bekerja, Jen sudah berniat untuk pergi ke salah satu mini market terdekat.

***

Setelah berbelanja berbagai bahan makanan pokok, Jen pun hendak memanggil taksi untuk ia tumpangi menuju kediamannya.

Sedang berdiri di area loby, fokus Jen teralihkan oleh dua pasangan yang terlihat begitu mesranya. Raut wajah Jen seketika itu juga berubah menjadi masam. Si wanita yang sedang merangkul pasangan prianya, melirik ke  arah Jen dengan tatapan merendahkan.

Detik itu juga, taksi pun sudah terhenti tepat di hadapan Jen. Jen pun acuh lalu segera masuk ke dalam taksi. Si pria yang bersama si wanita pun menatap ke  arah Jen, sebelum Jen akhirnya masuk ke dalam taksi.

Pria itu ialah Heron bersama nona Carisya. Jen meremas kantong yang sedang ia genggam. Rasa sesak di dadanya kembali muncul. Sesak dan seakan sulit untuk ia tahan lagi.

***

"Kediaman Jannet"

"Mengapa tiba-tiba ingin pindah, nona Jen?" ujar seorang pemilik gedung kediaman Jen.

"aku hanya ingin mencari suasana baru, nyonya" ujar Jen dengan tersenyum sendu.

Sang pemilik gedung kontrakan pun menepuk bahu Jen. "Kapan pun waktunya, kau boleh kembali, jika kau berniat kembali" tukas si pemilik gedung.

"Baik nyonya, terima kasih atas segalanya."

Jen pun mulai  berkemas, dan menyeret koper besar miliknya. Sebelum ia melangkah jauh, sejenak Jen menatap ke  arah gedung tempat yang ia telah tinggali.

Sepanjang perjalanan, Jen merasa begitu sesak. Drrttt... Paman Jim memanggil...

Jannet: "Hallo paman Jim"

Mr. Jim: "Jen, mengapa mendadak pergi? apakah aku sudah tidak nyaman?"

Jannet: "Iya paman. Aku ingin pergi ke temoat yang lebih baru dan suasana baru..—" cukup lama Jen berbincang dengan Mr. Jim.

***

Jen pun tiba di sebuah rumah perumahan mini, dan itu adalah perumahan pemberian dari keluarga Aharon. Kini Jen memulai kehidupan barunya di tempat yang baru dan juga cukup jauh dari kota A.

Mulai menata rumah kecilnya, yang juga berbentuk memanjang dan bersambung dengan rumah lainnya.

"Ayah, ibu! apakah kalian tahu bagaimana kehidupanku kini?" lirih Jen. Tanpa sadar, air matanya mulai menetes pilu. Menjalani kehidupan sendiri tanpa kehadiran keluarga, sedih memang.

>>>

Tempat bekerja pun sudah tak semegah saat ia berada di kota A. Kini Jen bekerja di salah satu perusahaan swasta dan ia juga memulai untuk membuka kedai kopi.

"Jannet!" seru seseorang sembari menepuk bahunya.

Ahkk.. desah kaget Jen kala itu."Rezo!" ujar Jen sembari memukul kecil lengan kokoh milik Rezo.

Gadis KESAYANGAN Tuan Denish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang