● 02

2K 232 7
                                    

Happy Reading !!

Hinata mendapat satu kunci cadangan untuk rumah Kakashi, sementara lelaki itu memegang kunci aslinya.
Pekerjaan mereka yang tidak selalu tepat waktu membuat Kakashi memilih opsi terbaik dengan membagi kunci untuk masing-masing penghuni.
Hinata tau, jika Kakashi adalah seorang kapten damkar yang jam terbangnya tidak selalu mengikuti aturan.
Begitupun dengan Hinata, sebagai seorang model dan brand ambassador yang jam terbangnya tidak selalu tepat waktu.

Hinata masuk ke rumah yang lenggang, lampu temaram menyapanya yang datang dengan wajah lelah.
Tidak ada siapapun disana, karena Kakashi yang masih harus melakukan pekerjaannya.
Kakashi sudah mengiriminya pesan, mengatakan jika lelaki itu akan pulang terlambat karena ada beberapa hal yang harus ditanganinya.
Hinata tidak bisa menahan senyum, Kakashi benar-benar menerimanya dengan baik.

Saat pertama kali tau jika Kakashi adalah seorang kapten pemadam kebakaran, Hinata tidak bisa menahan decakan kagumnya untuk alasan yang tidak bisa dikatakannya.
Sebenarnya Hinata mempunyai rahasia yang hanya diketahui oleh keluarga dekatnya, tentang calon suami idaman untuk masa depannya.
Hinata memilih tiga pekerjaan paling sempurna untuk lelaki yang akan menjadi calon imamnya kelak.
Guru, dokter dan pemadam kebakaran, Hinata sama sekali tidak tertarik dengan anak konglomerat kaya yang hanya mengandalkan harta orangtua.
Dan Kakashu memenuhi satu dari syarat yang diajukannya sebagai seseorang yang akan menjadi calon suaminya.
Hatake Kakashi hampir menjadi sosok ideal dalam impiannya.

Menguap lebar, berjalan dengan lunglai ke kamarnya.
Hinata dibuat stress saat menghadapi beberapa orang menyebalkan hari ini, dan itu membuatnya sangat lelah.
Menjadi terkenal memang tidak selalu menyenangkan, kalian harus berhati-hati untuk itu.
Sekarang, Hinata merindukan ranjang empuknya yang nyaman.

Kakashi barusaja masuk rumah saat sudah hampir subuh, dengan gurat lelah di wajahnya dan bau kambing di tubuhnya.
Melihat sepatu Hinata yang sudah tergeletak di depan pintu, dan sandal rumah warna merah muda berbentuk kepala kelinci itu sudah tidak ada ditempatnya, menjadi bukti kuat jika Hinata sudah pulang.
Kakashi berjalan ke kamarnya, ia harus segera mandi sebelum mengencani bantal gulingnya yang kesepian seharian ini.
Hinata sudah ada dirumah, tidak ada lagi yang harus dikhawatirkan oleh otak pintarnya.

Suara berisik dari arah dapur membuat Kakashi membuka matanya perlahan, menguap lebar dengan sebelah tangan mengusap muka bantal yang berantakan.
Jika tidak ingat ada Hinata yang tinggal bersamanya, Kakashi pasti langsung beranggapan jika itu ulah maling.
Mengelepar diatas ranjangnya seperti ikan kekurangan cairan, sorot mata dalam wajah cengoh yang menatap datar pada langit-langit kamarnya yang temaram.
Kakashi hanya mengumpulkan kesadarannya yang sempat direnggut dari alamnya.

"Ohayou Kakashi-nii, kau sudah bangun ?"

Suara teriakan Hinata disertai dengan ketukan keras dibalik pintu kamarnya, menyadarkan Kakashi dari apapun yang sedang dipikirkannya.

"Mmm .. aku sudah bangun."

Membuka pintu kamarnya, lagi-lagi keadaan yang memalukan untuk orang dewasa.
Saat melihat Hinata yang sudah bersih dengan aroma wangi yang menguar dari tubuhnya, mengenakan pakaian rapi di balik apron hitam yang dikenakannya, Kakashi mulai berpikir jika Hinata adalah spesies rajin bangun pagi.

"Cepat mandi. Jangan lupa, kau harus mengantarku bekerja hari ini."

Hinata mengingatkan pekerjaan tambahan yang dibebankan pada Kakashi, sesuatu yang mereka sepakati kemarin.
Selama tinggal bersamanya, Kakashi akan menjadi sopir pribadi untuk Hinata, dan Hinata yang akan mengurus rumah dan memasak, jika dirinya sedang senggang.
Kesepakatan yang dianggap sama-sama menguntungkan untuk kedua belah pihak.

"Baiklah, nona manis."

Mencubit pipi Hinata dengan gemas, tersenyum malas saat menyeret kakinya ke kamar mandi.
Jika tidak kesepakatan mereka, Kakashi pasti akan lebih memilih untuk meneruskan tidurnya.
Hinata masih tertahan disana dengan wajah memerah, menyentuh dadanya yang mulai terasa sakit, berisik sekali hanya karena kontak fisik yang singkat itu.

"Tenanglah jantung, jangan bekerja terlalu keras. Ini masih pagi." Gumaman yang diucapkan untuk diri sendiri dengan wajah tersenyum yang nampak bodoh.
Hinata tidak tau, jika lelaki dewasa bisa membuatnya seperti ini.

Meski diucapkan dengan suara lirih, Kakashi masih bisa mendengar pada apa yang barusaja digumamkan Hinata.
Tersenyum tipis dengan wajah merah yang ditahan-tahan, tidak lucu jika ada yang melihatnya mengalami sesuatu yang dinamakan dengan wajah merona.
Kakashi sudah terlalu tua untuk reaksi khas remaja tanggung yang baru pertama kali mengenal cinta.

Hinata mengenalnya sejak lama, bagaimana sosok Hatake Kakashi yang juga menjadi teman baik kakaknya.
Tidak ingat bagaimana akhirnya ia bisa cukup akrab dengan lelaki irit bicara itu, Hinata tidak mengingatnya secara pasti.
Usia Neji dan Kakashi sepelantaran, dan sebab itulah kenapa Hinata menempatkan Kakashi sebagai seorang kakak dalam posisinya.
Tapi sepertinya, Hinata harus mengubah opsi itu menjadi sesuatu yang lebih benar.
Tinggal bersama Kakashi dalam beberapa hari ini, membuat Hinata menyadari jika ia tidak bisa menganggap lelaki itu hanya sebagai seorang kakak.
Karena nyatanya, Hinata melihatnua sebagai seorang lelaki dewasa yang mempesona.
Oh sialan ... sepertinya Hinata benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama.

Kakashi sudah seperti manager gadungan untuknya, meski bukan jenis manager tetap yang selalu mengurusi Hinata setiap saat.
Hinata menolak diantar manager, menolak diantar supir yang disiapkan perusahaan La Vien Ròse dan menolak membawa mobil sendiri.
Gadis itu masuk dalam fase rewel yang sering membuat orang-orang bingung dengan tingkah upnormalnya.
Hinata hanya mau diantar Kakashi setiap pagi, meskipun tidak keberatan saat harus pulang sendiri disaat lelaki itu melakukan pekerjaannya.
Apa yaa ,, ini hanya sebagai bentuk upaya agar Hinata bisa lebih mengakrabkan diri dengan lelaki dewasa seksi bernama Hatake Kakashi.

"Apa jadwalmu harus sepagi ini, Hinata ?"

Hinata barusaja mengangsurkan secangkir kopi pada lelaki pemalas yang masih menguap lebar meski sudah rapi berpakaian.

"Tentu saja. Ini yang namanya pro-fe-si-onal-litas." Hinata menekankan patah-patah pada kalimat terakhirnya.

"Terserahlah. Apa kau betah tinggal denganku ?"

Berpikir sejenak sebelum mengangguk mantap, sesuatu yang membuat Kakashi mengernyitkan kening dengan heran saat melihatnya.

"Hmm, aku betah tinggal bersama nii-san. Tinggal sendiri itu tidak enak."

Hinata mengunyah apelnya dengan santai, melewatkan senyum samar yang dikeluarkan Kakashi sebelum mulai menyantap sarapannya.
Kakashi membenarkan perkataan Hinata mengenai tinggal sendiri itu tidak enak, meski ada beberapa hal yang membuatnya berpikir jika tinggal sendiri itu enak.
Kakashi tidak bisa menyimpulkan, keberadaan Hinata itu berkah atau malah musibah.

"Kakashi-nii, cepatlah. Aku bisa terlambat."

Menoleh pada Hinata yang sedang masuk kamar untuk mengambil tasnya, sepertinya Hinata menjadi musibah untuk paginya yang selalu tenang.
Hinata tidak pernah bersantai atau membiarkan dirinya sendiri terlambat, harus selalu on time dan tepat waktu.
Jelas sekali pengaruh dari siapa atas sikap yang seperti itu, Neji benar-benar mendidik adiknya untuk menjadi sempurna dalam hal apapun.
Kakashi tidak habis pikir dengan para Hyuuga disekitarnya.

"Hnn .."

Sepertinya, Hatake Kakashi harus melalui fase baru dalam kehidupannya dengan mulai terbiasa dengan Hinata dan segala sikapnya yang antik.
.
.
.
Hai haii ... Sasuke di masukin ke cerita ngga ??

Vote pleasee ❤❤

MONOGRAMWhere stories live. Discover now