18. Know

871 184 12
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading


"Papa, ayolah kali iniii saja"

"Livia tolong maklumi kebiasaan mereka berdua ya sayang?" pinta Tante Kim membuatku sedikit terkekeh pelan.

Soobin dan Om Kim sedang berdebat kecil mengenai putranya itu yang kembali tertangkap basah menyimpan roti di kamarnya.

Soobin alergi dengan gandum. Namun ia begitu bucin dengan benda bertekstur lembut itu.

Roti segala jenis.

Asalkan namanya roti, Soobin pasti langsung jatuh hati.

"Sudah sudah, nanti saja kita bahas ini. Papa masih awasi kamu ya Kak!"

"Papa mah-"

"Engga malu kamu di depan calon istri kaya gini?" tukas Paman Kim membuatku bergidik ngeri.

Oh, jadi aku bukan hanya calon tunangannya Soobin. Ternyata aku juga menyandang gelar sebagai calon istri pria bertubuh jangkung itu.

Yatuhan.

"Paa, please balikin rotinyaa"

"Soobin. Papa masih mau balik rumah sakit, Yeonjun hari ini harus check-up."

Kali ini. Setelah nama Yeonjun terdengar sampai ke telinganya, Soobin langsung memilih untuk diam.

Moodnya langsung turun. Persis seperti bayi yang merajuk.

Sementara aku??

Ntahlah, rasanya hampir gila memikirkan rindu yang begitu berat ini.

"aku kangen Jun..."




Cukup lama, baik kedua orangtuaku maupun orangtua Soobin, mereka sibuk membicarakan perencanaan acara pertunangan kami.

Aku memilih untuk diam.

Sementara Soobin yang sadar langsung mendekat kemudian sedikit merunduk untuk melihat wajahku. Ia tersenyum kemudian.

"Kamu bosan ya?"

"T, tidak" elakku yang justru membuat Soobin semakin tersenyum sampai lesung pipinya terlihat begitu dalam.

Manis sekali, kalau aku boleh jujur.

Tanpa aba-aba Soobin langsung menggenggam tanganku seraya memberi arahan untuk mengikutinya.

"Ayah, Ibu, Papa sama Mama, Soobin ijin dulu bawa Livia ke belakang ya?"

"Ha bagus tuh, jalan-jalan gih berdua." setuju Paman Kim diangguki oleh yang lain.

Mereka itu kalau sudah bahas soal kami berdua pasti langsung lupa sama anak-anaknya.

Padahal yang mau tunangan juga siapa, yang semangat banget juga siapa.

Suka heran.

"Kayanya bentar lagi bakal musim dingin deh" ujar Soobin sambil membuka sweater yang dikenakannya.

"Eh?"

"Maaf belum sempat ambil baju kamu tadi." tukasnya kemudian menyampirkan sweater itu di pundakku.

Oh, ini pasti karena rok sekolah yang pendek membuat Soobin khawatir kalau aku kedinginan.

"Makasih."

Sibuk berbincang, panggilan Paman Kim mengambil atensiku untuk menoleh ke arahnya.

"Vey, Papa mau ke rumah sakit. Kamu ikut?"

Tanpa berpikir panjang pun aku menganggukinya dan berpamitan dengan Soobin yang terlihat sedikit kesal.

Aku paham.

Tapi aku juga ingin dia paham.

Mulai membuka hati untuknya bukan berarti aku melupakan Yeonjun.

Dan prinsip itu masih aku pegang, hingga sekarang.

.
.
.
To be continued

[√] HEARTBREAK || ʸᵉᵒⁿʲᵘⁿWhere stories live. Discover now