teman hidup

5.5K 268 2
                                    

Aku sudah puasa karena akan USG full abdomen selama 3 jam ngak boleh makan tapi minum boleh.

"Bun kok ngak boleh makan sih? Dokternya jahat masa bunda di larang makan" cerocos keano seraya menusuk pipiku dengan telunjuknya

"Kan memang rulenya gitu" ujarku dan chandra datang dan kepalaku sakit banget dan demamku ngak mau turun

"Bangun dulu yuk minum air hangatnya" ujar chandra dan keano dan keandra membantuku untuk duduk dan chandra duduk di sebelah kiriku dan dia membantuku minum perlahan

"Permisi mbanya sudah waktunya tindakan" ujar suster membawa kursi roda dan chandra membantuku untuk duduk di kursi roda

"Biar saya sus" ujar chandra saat suster akan mendorong kursi rodaku dan kami keluar dari ruang rawat dan aku lihat ada oma dan opa juga

"Anak-anak sini sama opa biar bunda sama ayah aja yang pergi" ujar opa dan anak-anak menghampiri mereka dan chandra membawaku ke ruang tindakan

Perlahan aku bangun dari kursi roda dan berbaring di kasur dan suster membuka bajuku hingga perutku terlihat dan dokter radiologi memulai tindakan

"Eh udah di mulai" ujar leon dan aku menatapnya serius dan aku lihat matanya basah seperti orang yang habis menangis

Terlihat jelas semuanya dan aku menatap leon dan dokter radiologi bergantian

"Leon, it's being worst right" ujarku dan leon menghela nafas

"Maaf" lirihnya pelan dan aku terkikik

"Bukan salah loe" ujarku dan chandra menunggu di luar sejak aku berbaring di kasur

"Ini mah parah sumpah" ujar dokter radiologi dan aku menatap chandra yang terlihat khawatir di luar sana, memang suster melarang chandra untuk masuk agar dokter bisa fokus

"It's fine" bisikku tanpa suara padanya dan dia menatapku serius dan tersenyum tipis

"Auto endoscopy" ujar leon

"Wajib banget endoscopy?" tanyaku dan leon menatapku serius

"Loe tuh udah kronis tau jadi emang harus biar lebih spesifik dan obat yang gw kasih juga lebih efektif" ujar leon dan aku menangis tanpa isakan dan suara

"Anak-anak gw gimana?" lirihku dan leon menghela nafas

"Kalo terapi loe kayak buang waktu dan ngak efektif juga" ujar leon dan aku menghela nafas

"Dah kan gw laper" ujarku dan aku menghapus airmataku kasar

Perlahan aku turun dari kasur dan mendorong tiang infus dan aku duduk di kursi roda dan leon mengantarku ke chandra

"Gimana" tanya chandra dan aku menatapnya canda

"Aku hamil" candaku dan leon menggelengkan kepalanya

"Ngak apaan sih loe, kita akan endoscopy cuma mungkin 2 atau 3 hari lagi biar kondisinya stabil dulu" ujar leon dan aku terkikik geli dan aku menatap chandra

"Tenang aku ngak akan hamil kok biar kamu ngak ribet" ujarku dan kepalaku langsung di pukul sama leon

"Dasar istri aneh, gw doain loe hamil" serapah leon dan dia pergi dengan kesal

"Laper makan yuk" ajakku dan chandra mendorong kursi rodaku keluar dan kami naik ke ruang rawatku menggunakan lift

Setibanya di kamar aku lihat keandra sedang membaca buku ensiklopedia dan keano menggambar

"Mau makan apa" tanya chandra seraya membantuku berbaring dan aku menatapnya gemas

"Mau makan spicy chicken sama mash potato terus minumnya es jeruk hangat" ujarku dan chandra menghela nafas

"Baik nyonya" ujarnya sopan dan aku terkikik geli dan dia menyelimuti aku dan dia pergi beli makan

Aku tertidur dengan lelap dan aku terbangun karena chandra membangunkan aku dan aku menatapnya sepet karena masih mengantuk

"Kenapa" tanyaku dan dia menaikan senderan kepalaku agar sedikit lebih tegak

"Makan dulu yuk" ujar chandra dan dia menyuapiku nasi tim ayam

"Bun, tadi ada yang WA bunda namanya dion cuakep" ujar keandra dan aku menatapnya

"Kakak baca?" tanyaku dan dia menggelengkan kepalanya

"Ngak bun, ngak berani kan itu punya bunda" ujar keandra dan aku menatap chandra

"Teman sekelas" ujarku serius dan dia menatapku canda

"Iya lalu aku ini teman apa?" tanyanya dengan nada gurauan dan aku terkikik

"Teman hidup"

My Husband Is Chef (End)Where stories live. Discover now