II

1 2 0
                                    



Dentingan dan gesekan suara garpu-sendok menggema di ruang tamu kerajaan Notalska. Aku berusaha menahan tangis melihat ayahku dengan teganya melupakan ibuku yang dimana baru meninggalkan kami 3 tahun yang lalu.

Aku melihat sorot wajah gembira dari wajah paruh baya setengah abad dari wanita itu. Senyumnya seperti kejatuhan bongkahan emas besar yang berlimpah.

Coba saja tanya rakyat di lautan.

Siapa yang tidak kenal Delten Dekkery?

Kaisar tampan dengan harta berlimpah, penguasa segala penjuru laut dan samudra. Anak dari Rishelten Dekkery, cucu dari Aphrodite, cicit dari Zeus.

Kaya raya , harta bergelimpangan dimana-mana, emas, perak, perunggu semua beliau yang punya.

Lengkap dengan istri yang cantik jelita, manis juga dengan putrinya yang dikenal akan kecantikannya menandingi nenek moyangnya.


Yaah, bukan membanggakan diri sebenarnya, tapi banyak yang mengatakan rupa wajah ku cantik.

Aku tidak habis pikir dengan cara ayah yang seenakjidat menikah dengan wanita yang tidak kukenal,
Dan sudah punya anak pula.







Setelah adegan tukar-menukar cincin selesai. Wanita anggun dengan sorot mata yang bahagia itu berubah menjadi angkuh. Dia melihatku sinis.


Seakan-akan sudah berhak atau berkuasa terhadap Notalska.


'Dasar banyak gaya' batinku geram.





















   [INNAFBLE]



























Saat ini aku berada di kamarku yang nyaman harus berbagi tempat dengan
'Saudaraku' .




"Kak, namamu siapa?" Tanyanya

'Cih sok dekat sekali dia'

"Kau tidak perlu tahu"

Dia melihatku merasa bersalah dan menggangukkan kepalanya sebagai tanda dia mengerti perkataanku.

"K-k"

"Pergi"

Baru saja dia ingin memanggilku dengan embel-embel kak, namun kuusir pergi. Moodku benar-benar tidak baik saat ini.

Aku kecewa sama ayah. Aku yakin bunda pasti lihat semua perbuatan ayah ini. Ayah sungguh kejam.
Jahat. Tidak mau memikirkan orang lain. Egois. Dengan gampangnya dia melupakan bunda yang bahkan 3 tahun lalu sakit keras.

Bajingan.








Lalu tak lama ada lagi yang mengetok pintu kamarku,

'Tok. Tok. Tok.'

Aku mendecakkan lidah kuat, aku sangat sabar untuk kali ini berusaha dan mencoba untuk menanggapi orang-orang sebaik mungkin.

"Apasih?" Kataku agak kuat sambil membuka pintu.

Lalu dari luar menyembul lah kepala adik tiriku yang bulat itu.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Mar 09, 2020 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

InnefableDonde viven las historias. Descúbrelo ahora