13. Bunda

261 25 0
                                    

Aslan

Lo pasti pernah kehilangan sesuatu semacam kaos kaki? Buku sekolah? Kaca mata? Pensil? Kaos? Dasi?

Pasti pernah.

Ketika lo yang cari gak ketemu, padahal udah nyari ke seluruh sudut rumah. Tapi, ketika ibu, emak, mama, mami, umi, amak, bunda yang cari pasti langsung ketemu.

"Lohh, tadi Aslan cari di situ gak ada bun?!" Sebel gue, ujung ujungnya kena omel.

"Makanya cari yang bener!" Sambil ngasih kaos kakinya ke gue, speechless.

Bunda bawel.

Nyokap gue galak.

Ibuku suka marah marah.

Mama suka ngata ngatain aku hehe.

Ucapan mami bikin aku sakit hati.

Umi suka nyuruh gue beres beres rumah terus.

Emakku rak tahu perhatian karo aku.

Ya begitulah. Apa pun itu. Sebawel apapun mereka, segalak apapun mereka, senyebelin apapun mereka, secuek apapun mereka, semenyakitkan apapun ucapan mereka. Love them all your life, love them more than you can. No matter what, they will always be your mom.

Gue belajar buat sayang lebih lebih lebih ke bunda gara gara Ocha.

Ibunya Ocha jarang pulang dan ketika pulang, yang Ocha harapin cuma ibunya bisa bawel, galak, nyebelin kayak bunda atau nyokap nyokap temen lainnya. Nyatanya enggak, ibunya cuek sama Ocha, seakan akan gak peduli sama anaknya. Ocha gak pernah dimarahin, gak pernah dibawelin, gak pernah dipeluk semenjak kelas 2 SD. Bahkan Ocha rela gak dikasih uang perbulan sama ibunya itu asal ibunya mau perhatian sama dia kayak bunda bawel ke gue.

"Lan."

"Nopo?"

Kita lagi makan es krim waktu itu di samping rumah sambil naik ayunan.

"Nyokap lo bawel ya?" Dia tiba tiba nyeletuk kayak gitu.

"Hahaha, emang! Kenapa lo baru sadar sekarang hah?"

Ocha ngehela nafas terus diem. Diem beberapa menit sampe es krimnya abis.

"Gue punya satu permintaan."

"Lo mau minta sama gue?"

Dia ngangguk sambil senyum.

"Gue boleh gak panggil nyokap lo.. Bunda?"

Gue terdiam, enggak kaget sih, enggak masalah juga. "Boleh, monggo. Nyantai aja."

"Makasih ya."

"Cha. Lo... Kangen gak sama nyokap lo?"

Ekspresinya agak berubah, gue bisa lihat lewat tatapan matanya. "Gak pernah sekalipun gue gak kangen sama ibu. Setiap malem doa gue masih sama dari dulu. Ibu pulang, ngeliat gue dengan senyum, peluk dan cium gue karena dia kangen gue juga, bawel karena pekerjaan rumah ada yang gak gue kerjain, ngomel soal sekolah gue."

"Tapi kapan ya?"

Gue bingung mau ngomong apa. Antara ikut sedih, bingung dan speechless.

"Pasti akan ada waktunya Cha?" Gue senyum ke dia.

Dia senyum balik dong, "Makanya Lan. Jangan pernah bosen denger omelan bunda, dengerin keluh kesahnya, nurut omongannya."

"Sayangi dia. Sayang sama bunda lo itu kewajiban, sayangi dia terus sampe kapan pun. Buat dia senyum karena lo."

Gue gak jawab, bukan berarti gue gak mau atau gak ada jawaban. Tapi, gue akan selalu mengeaminkannya dalam hati. Supaya gue selalu sayang sama bunda, apapun yang terjadi.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang