25 : Kembalilah

13.8K 1.2K 63
                                    

Disinilah mereka, sudah beberapa menit berlalu, duduk berdampingan di taman kota dengan saling berdiam diri. Hingga akhirnya Kaya membuka omongan.

"Aku kesini ingin mengantarkan ini ke kamu." Ucap Kaya sambil menyerahkan koper besar disampingnya itu.

Ada yang berbeda dari diri Kaya yang Dirga perhatikan, sejak hari meninggalnya sang papa. Membuat lelaki itu merasa ada yang aneh, Kaya memang agak berubah sejak ia kembali kerumah orang tuanya, namun semakin berubah setelah Kaya mengunjungi papanya beberapa Minggu lalu. Seolah ada tembok tak kasat mata yang dibangun gadis itu.

"Maksud kamu?"

"Papa kamu sudah gak ada jadi kamulah sekarang tumpuan dan tulang punggung di keluarga mu Dirga, sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban kamu untuk melindungi, menjaga, menafkahi dan bersama mereka." Jelas Kaya.

"Kalau soal itu tenang aja Key, ada Tori yang bakal jagain mama disana, jadi aku bisa fokus jagain kamu dan soal nafkah aku mampu kok menafkahi mereka dan kamu." Jelas Dirga.

"Menafkahi aku? Memang aku siapanya kamu Dirga?" Kaya memandangi Dirga intens.

Dipandangi seperti itu membuat Dirga menatap balik Kaya, sambil terdiam memikirkan ucapannya barusan. Ia bingung harus menjawab apa, karena ia sendiri susah mendefinisikan siapa Kaya didalam hidupnya.

"Aku rasa kamu gak mungkin lupa kalo aku ini bekerja dan penghasilan ku lebih dari cukup untuk menghidupi diri sendiri." Lanjut Kaya saat melihat lelaki yang lebih muda darinya itu terdiam.

"Aku tahu itu Key, tapi aku udah janji dengan diri aku sendiri di depan makam bunda buat menemani dan melindungi kamu. Soal mama jangan khawatir ada Tori disana, anak itu sudah besar, jadi harus aku yang jag.."

"Kamu sudah menepati janji kamu kok, kamu udah menemani dan menjaga saya selama beberapa bulan ini. Aku rasa itu sudah cukup. Jadi kembalilah Dirga, kembalilah ke keluarga kamu. Mereka yang lebih berhak atas kamu di banding saya. Berhentilah menjadi anak durhaka." Kaya sengaja menggunakan kata anak durhaka itu, ia sudah menyiapkan diri dan hati jika Dirga membencinya setelah ini.

"Sebenarnya juga, belakangan ini aku merasa kurang nyaman dengan kedekatan dan kontak fisik yang kamu lakukan, rasanya berlebihan tidak wajar. Kita saudara tiri Dirga, aku tak mau kalau sampai ada perasaan tak baik yang tumbuh, karena perlakuan kamu." Kaya sengaja mengatakan itu entah untuk menyadarkan diri.

Meski ia tahu mereka sebenarnya sama sekali tak bersaudara. Tapi tanpa mereka sadari, perasaan itu sebenarnya sudah tumbuh dihati mereka masing-masing. Perasaan yang lebih dari kasih sayang antara saudara.

"Awalnya aku pikir mungkin itu bentuk rasa kasih sayang dari seorang adik kepada kakaknya, namun lama-lama aku merasa ini berbeda dan berlebihan, jadi inilah juga salah satu alasan kenapa aku meminta kamu kembali ke keluarga mu sebelum terjadi sesuatu yang sama-sama tidak kita inginkan."

Kalau dirinya mau egois, sebenarnya bisa saja Kaya menahan Dirga untuk tinggal dengannya dan menelantarkan keluarga nya, membalas perbuatan yang Nilam lakukan dulu. Karena rasa nya Dirga lebih peduli padanya ketimbang mama dan adiknya, tapi jika ia melakukan itu, apa bedanya ia dengan mamanya Dirga. Tidak sekali lagi dia menggelengkan kepalanya pelan, dia wanita dewasa dan mandiri didikan sang bunda.

Setelah mengucapkan itu jemari Kaya meremas pelan ujung kursi, menutupi rasa gugupnya. Dia takut ucapannya barusan disangka kepedean oleh Dirga. Bukan tak mungkin bagi lelaki itu perlakuannya itu normal dan biasa saja. Ia sempat mengutuk bibirnya yang berbicara berlebihan seperti ini, merasa menyesal tapi sudah terlanjur. Ia tak mungkin menarik kata-katanya tadi.

"Ucapan kamu benar Key, soal tanggung jawab, sikap aku ke kamu, semuanya benar. Maaf jika sikap aku selama ini sering buat kamu gak nyaman. Karena nyatanya aku gak bisa ngontrol tubuh 'dan hati' aku jika di dekat kamu. 'Otak aku melarang, dan tahu itu berlebihan, tapi hati' tubuh aku spontan melakukannya, jadi maafkan aku." 'Dan maaf juga karena sejujurnya aku sangat menikmati semua yang aku lakukan padamu, walau aku sadar itu salah.'

"Jadi yah aku terima keputusan kamu, walau sedih juga di usir dengan cara kayak gini. Ada cara yang lebih baik, dengan mengundang aku kerumah kamu misalnya, jadi aku dan kamu gak perlu jadi bahan perhatian orang sekitar dengan adanya koper besar ini. Tapi udahlah, gak papa kok, aku terima. Jadi mungkin ini adalah perpisahan kita sebagai housemate ya. Selanjutnya kita akan bertemu sebagai rekan kerja dan saudara ya kakak. Sampai jumpa." Dirga sengaja memanggil gadis itu kakak, lalu berdiri menyeret kopernya meninggalkan Kaya terlebih dahulu.

Dirga cukup shock dan sedih saat melihat kedatangan Kaya dengan membawa kopernya tadi, jadi tak ingin bertambah sedih jika gadis itu juga lebih dulu meninggalkannya. Makanya ia memutuskan pergi duluan. Pergi dengan rasa sakit yang cukup dalam di dadanya. Niatnya malam ini Dirga ingin memberi kejelasan kepada Kaya tentang keputusannya untuk membagi waktu antara dirumah orangtuanya dan dirumah Kaya, nyatanya ia di usir secara mendadak pula.

Kembali ia mengehela nafas agar sesak didadanya berkurang. Tidak, laki-laki tak boleh menangis, sedih boleh cengeng jangan, itu prinsipnya. Jadi cukup ia telan dan simpan saja rasa sakit dan sedih itu di dadanya. Untuk selanjutnya ia akan berusaha mengubur semua rasa yang sempat tumbuh di hatinya. Bahkan Dirga sempat berikrar untuk tak menikah demi bisa menghabiskan waktu selamanya bersama Kaya. Dirga tertawa miris saat mengingat ikrarnya itu.

Sedang Kaya masih duduk di kursi taman kota itu, dengan mata masih menatap ke arah Dirga pergi meninggalkannya tadi, walau bayangan laki-laki itu sudah tak tampak dimatanya, Kaya hanya bisa memandangi lelaki itu dari belakang melepas kepergian nya. Suasana disekitarnya masih sangat ramai oleh pasangan dan keluarga muda.

Tak dipungkiri hati Kaya terasa sakit dan sedih, ia merasa menjadi perempuan jahat yang mengusir orang yang menemani dan menjaganya dengan baik dirumah dengan cara yang buruk. Kaya menyesal melakukan ini, benar kata Dirga ada cara lain yang lebih baik yang seharusnya ia pikirkan dulu sehingga hubungan mereka tak berakhir buruk seperti ini.

'Bego Kaya.'

'Kamu gak bego kok Kay, keputusan kamu udah bener, tenang aja.'

'Kalo bener hati kamu gak bakal sakit kayak gini, nyesel kan kamu. Makanya pikirin dulu sebelum bertindak.'

'Gak apa Kay, jadiin pelajaran, ambil hikmahnya. Nanti ketemu di kantor kamu sapa aja dulu kalo ketemu, ajak makan siang bareng kayak dulu, soalnya kan biasanya dia yang ajak kamu duluan, sekarang gantian.'

'Iya kalo dia mau, kalo enggak? Laki-laki kalo udah disakitin cewek itu biasanya sikapnya juga berubah lho, jadi jangan berharap ketinggian.'

Perang batin antara dewi baik dan buruk di pikirannya semakin membuat Kaya kalut dan tak tenang. Menyesal, tapi sudah terlambat, sekarang tinggal menerima takdir saja. Di satu sisi dia sedih karena setelah ini mungkin hidupnya yang sepi dan membosankan akan kembali. Bagaimanapun hadirnya Dirga disisi Kaya memberi warna di kehidupannya yang monokrom.

Pelan Kaya bangkit berjalan menjauh dari taman ini, semua sudah terjadi jadi ia tak boleh menyesali. Kaya harus siap menghadapi apapun jenis perubahan Dirga padanya nanti.

------------------------------

Udah kebaca kan kemana kapal ini akan berlayar.
Buat yang gak mendukung pasangan ini sabar ya, puasa gak boleh marah-marah. 😁

Eh iya berhubung up selanjutnya setelah lebaran, aku mau ucapin selamat Idul Fitri buat yang merayakannya. Maaf lahir batin ya semuanya.

Walau situasi Idul Fitri tahun ini tak seramai dan meriah sebelumnya, semoga kita tetap bisa merayakannya dengan baik.

Eh iya, tinggal beberapa part lagi tamat.

Selamat membaca.

JanjiМесто, где живут истории. Откройте их для себя