Chapter 20

6.8K 726 74
                                    








********

Bruk..

Minghao menghempaskan tubuh lelah nya ke kasur kesayangannya guna mengistirahatkan tubuhnya yang lelah karena melakukan aktifitas tidak menentu seharian. Ia menutup matanya menggunakan sebelah lengannya sementara sebelah lengannya yang bebas di letakkan nya di samping badannya.

Suara helaan nafas terdengar dari bibir nya. Tidak terhitung sudah keberapa kali nya Minghao menghela nafas, seakan sedang ada yang mengganjal yang tengah di rasakannya.

"Ada apa denganku.." Monolog nya pada dirinya sendiri.

Tangannya sudah tidak lagi menutupi mata nya. Ia menatap kosong kearah langit-langit kamarnya. Tidak ada apa-apa disana namun mampu membuat Minghao tidak bisa berhenti menatap nya.

Ia baru saja pulang diantar oleh Jun. Setelah dari pusat perbelanjaan, Jun dan Zhia berniat ingin melanjutkan kencan mereka dengan makan bersama di sebuah restoran. Tapi, Minghao tidak mau dan memilih pulang saja. Zhia sudah menatap nya dengan tatapan yang begitu tajam ketika dia mengatakan tidak akan ikut dengan mereka. Karena Jun juga ikutan menolak pergi saat dia tidak ingin pergi. Maka nya Zhia sudah menatap dengan sangat tidak enak, tapi Minghao tidak perduli. Karena dia sudah tidak sanggup lagi, selain tubuhnya, hati nya juga terasa sangat lelah.

Minghao tidak tau ada apa dengan nya. Minghao tidak suka saat melihat Zhia begitu menempel pada Jun, Minghao benci ketika perempuan itu bersikap manja pada Jun dan Jun pun menuruti nya dan Minghao menolak tidak ingin melihat momen ketika Jun mengecup mesra kening Zhia. Ada perasaan berontak dari diri Minghao. Ada perasaan tidak rela ketika Jun mengabaikan nya. Minghao tidak mengerti apa yang terjadi pada nya, Minghao bisa gila kalau begini caranya.

Ada yang bisa memberitahu ada apa dengan Minghao hari ini?

Tangan nya terulur untuk mengambil ponsel nya yang di letakkan nya di atas kasurnya tepat di samping nya. Mencari sebuah kontak lalu kemudian mendial nomor tersebut. Setelah menunggu beberapa detik akhirnya ada jawaban dari panggilan nya.

"Halo?" Sebuah suara menyapa indra pendengaran Minghao yang membuat nya tersenyum tipis.

"Halo, ge." Balas Minghao.

"Minghao? Itu kau?"

"Ya, ini aku."

"Ada apa dengan nada suara mu? Kau tidak apa-apa?" Tanya nya dengan khawatir.

"Wǒ hěn hǎo (Aku tidak apa)." Mulutnya mengatakan tidak apa, tapi matanya justru menyiratkan hal lain.

"Benarkah?"

"Ya, Ge. Aku baik-baik saja. Aku merindukan mu.."

Terdengar suara kekehan dari seberang, "Aigoo.. manja nya. Aku juga merindukan mu."

"Mengapa gege tidak pernah kemari lagi?" Tanya Minghao.

"Maafkan aku, banyak yang harus ku kerjakan di sini. Aku akan berkunjung ke sana jika ada waktu senggang."  Balas nya mencoba memberi pengertian.

"Baiklah, aku mengerti."

"Kau sedang apa?" Minghao menggeleng membalas ucapan dari seberang padahal tahu kalau orang di seberang telepon tidak akan bisa melihatnya.

"Tidak ada."

"Cobalah melakukan aktifitas yang lain. Jangan hanya di rumah saja, ini kan hari minggu."

'Justru karena aku melakukan aktifitas yang lain lah makanya aku jadi selelah ini, ge. Menjadi budak untuk orang yang sedang kasmaran.' Batin Minghao.

SEVENTEEN Love STORY [All Couple]Where stories live. Discover now