17. The Ghost and His Cold Attitude

6.8K 406 48
                                    

Untuk mengobati kalian yang nagih aku untuk update, aku khususkan part ini full Ana sama hantu idiotnya. Full dari awal sampai akhir. Saran aku cuma satu bagi yang tidak suka silahkan tinggalkan lapak, dan bagi yang benci silahkan blok akun aku aja. Jangan julid karena itu nyebelin tahu!

Dan bonus mulmed diatas dikhususkan untuk kamu para pembaca setia IG.

Haduh makasih ya dan yang udah ngasih dukungan😘

Makasih yang udah ngasih suport😘

Stay at home.

Selamat menikmati.

______________________________________

"Non"

Ana berpaling dari kegiatannya menaruh es batu dikedua kakinya. Surainya bergerak menjuntai kebawah saat gadis itu menoleh menghadap Bi Surti yang berdiri beberapa meter disamping tubuhnya.

"Kenapa Bi?"

Ana bertanya, mengusapkan buntalan es batu kearea kakinya yang membiru. Satu kakinya lagi yang keseleo sudah ditangani oleh Bi Surti dengan cara diurut, meskipun tidak langsung sembuh, setidaknya rasa sakitnya lebih baik ketimbang tadi pagi. Ana meringis merasakan sakit dan linu secara bersamaan dikakinya yang membiru. Bergerak sedikit karena punggungnya sudah lumayan pegal akibat terlalu lama duduk diatas sofa dengan berselonjor kaki.

"Kenapa Bi?". Ana kembali bertanya pasalnya sudah sepuluh menit mereka bungkam. Bi Surti juga tampak ragu untuk mengutarakan maksudnya. Badannya bergerak gelisah. Ana menukikan kedua alisnya sambil meringis saat berusaha bergeser duduk agar tidak bertambah pegal.

"Itu Non-". Bi Surti tampak ragu mengutarakan maksudnya. Tubuh cungkringnya bergerak-gerak resah tidak enak hati melihat majikannya yang tampak kesusahan. "Sebenarnya sudah waktunya saya pulang. Jadi-". Bi Surti menggantung kalimatnya, tidak enak hati untuk melanjutkan ucapannya yang akan pulang kerumah, sedangkan disini majikannya sedang membutuhkannya. Namun dirumah juga ia punya urusan yang harus diselesaikan, apa lagi ini sudah terlambat dari setengah jam yang lalu.

Ana mendongak, kemudian menilik jam dinding yang terpasang rapi diatas dinding. Dirinya meringis memandang jarum jam yang sudah menunjukan pukul empat lebih tiga puluh menit. Jadwal kerja Bi Surti berarti sudah berakhir dari setengah jam yang lalu dan Bi Surti belum pulang juga kerumah, pasti dirumah Bi Surti sekarang sedang ada yang menunggunya pulang.

"Ya sudah. Bi Sutri pulang saja"

"Tapi Non. Itu kakinya-"

"Sudah saya tidak apa-apa Bi. Sebentar lagi juga pasti membaik. Sebaiknya Bi Sutri pulang saja. Pasti keluarga dirumah sedang menunggu kepulangan Bi Sutri sekarang. Saya tidak papa Bi. Lagi pula tadi juga sudah diurut kan jadi tidak apa-apa"

Bi Surti tampak berfikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk kemudian pamit undur diri untuk pulang kerumahnya. Berbalik masuk kedalam dapur untuk segera pulang kerumah.

Ana meringis, menurunkan kedua kakinya dari atas sofa. Meskipun sudah diurut dan diberi es batu, rasa sakitnya pun mulai membaik. Tapi rasa linunya benar-benar ngeri. Ana sampai harus menggigit bibir bawahnya agar rasa linunya tidak membuat dia berteriak. Yah, meskipun sekarang sudah bisa dibuat jalan, meski setengah terseok.

Ana menengadah, memandang sekeliling. Apartemen dua lantai ini tampak sepi. Biasanya setelah Bi Sutri pergi dia ditemani oleh hantu suaminya itu yang kegiatannya hanya duduk diam menonton televisi yang menayangkan film kartun. Biasanya hantu itu akan duduk disofa yang sedang diduduki Ana dengan tampang masih sama tanpa ekspresi. Meskipun memang menyebalkan dan rada dungu, Ana akui bahwa itu cukup menghibur dari pada sendirian kesepian seperti ini.

Invisible GhostOnde histórias criam vida. Descubra agora