¹ - beginning -

3.7K 365 84
                                    

Suara tawa khas anak laki-laki sangat menggema di ruang ganti. Dengan diiringi suara benturan keras yang berasal dari pintu loker yang ditutup.

"Kau tahu, caramu memasukan bola itu sangat hebat, Mark" puji pria bernama Lee Hae Chan

"Thank you, bro" balas Mark

"Aish, itu hanya kebetulan. Jika saja Doyoung bisa merebut bola itu, mungkin timnya tidak akan menag" ucap Yuta

"Kenapa harus aku? Kenapa tidak kau saja? Lagipula ku akui saja, jika cara bermain Mark dan Guanlin tadi cukup hebat" timpal Doyoung

"Ya, setidaknya 'kan kita sudah berusaha" Winwin menengahi

"Astaga . . Aku jadi merasa bersalah" ucap Mark tiba-tiba

"Hm, tidak juga. Karena itu hanya sebuah permainan" balas Hae Chan

Hening sesaat. Mungkin Yuta masih kecewa dengan pertandingan bola basket tadi. Tapi yang di katakan Doyoung ada benarnya juga. Mark dan Guanlin itu memang terlalu hebat untuk dijadikan lawannya.

Yuta menghela nafasnya dan mulai membuka suara.
Ia tahu apa yang harus dilakukannya untuk menyambut kemenangan Mark.
"Hey, bagaimana kalau kita makan malam bersama? Hanya malan ini saja. Oke?" Ajak Yuta

"Kebetulan sekali. Apa kau merencanakan sesuatu?" Cibir Haechan

"Hey hitam, kau mau ikut tidak?!" Sarkas Yuta

"Baiklah, aku ikut" balas Haechan final

"Aku ikut saja" jawab Mark

"Apa kau ingin mentraktir kami?" Tanya Winwin antusias

"Apa? Tentu saja tid-"

"Yuta! Benarkah itu? Kau yang akan mentraktir kita?! YEEAAYY" seru Doyoung heboh

"Ini benar-benar sebuah kejutan. Haha" gumam Haechan dan berjalan mendahului mereka. Lalu di susul dengan Doyoung yang masih diambang kebahagiaan.

"Tunggu. Ta-tapi . . ."

"I'm so lucky today~ " ucap Mark sambil mensejajarkan langkahnya dengan Haechan dan Doyoung.

"Astaga sudahlah" gumam Yuta pasrah. Sedangkan Winwin hanya tersenyum geli melihat tingkah temannya itu.

Padahal yang Yuta maksud adalah agar Mark yang akan mentraktir mereka. Karena Mark adalah pemenang dipertandingan bola basket tadi. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka semua sudah salah menanggapi ajakan Yuta. Kasihan.

____

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Sedangkan mereka masih setia berdiam diri di sebuah kedai makanan. Untungnya mereka hanya menghabiskan waktu dengan sekedar makan malam bersama. Karena usia mereka yang terlalu muda dan masih belum legal untuk mencicipi banyak minuman.

"Aku pamit" ucap Winwin tiba-tiba. Dengan sebuah plastik yang bertengger di genggaman nya.

"Baiklah. Hati-hati, Sicheng!" Seru Yuta yang dibalas senyuman oleh Winwin

.

.

.

Di sepanjang perjalanan, Winwin hanya berjalan sambil menatap arah bayangannya. Dan sesekali bersenandung kecil. Sampai langkahnya terhenti disebuah bangunan sekolah yang cukup besar. Winwin tau sekolah ini. Itu adalah sekolah SMA impiannya. SMA Kwang Gyu. Namun, bukan itu yang membuat Winwin memberhentikan langkahnya.

Sepasang matanya menangkap 4 orang yang sedang berkumpul di rooftop. 3 pria dan 1 wanita. Winwin melihat sangat detail seragam yang ia pakai. Wanita itu bukan murid SMA.

Entah kenapa Winwin merasa jika wanita itu dalam situasi yang berbahaya. Winwin melangkah lebih dekat dan berdiri di dekat gerbang sekolah. Ah, ini malam, tentu saja Winwin tidak bisa melihatnya dengan jelas rupa wajah mereka.

Winwin berniat ingin menolongnya. Namun setelah di pikir-pikir, mungkin Winwin tidak akan sanggup menghadapinya. Apalagi karena mereka bertiga. Itu sangat tidak mungkin bagi Winwin.







"AAAAAAARRGHHHH"







Brek!




Mata Winwin terbelalak. Beberapa inderanya menyaksikan apa yang baru saja terjadi. Seketika tangannya bergetar. Kakinya melemas serta peluh keringat mulai berkeluaran padahal cuaca malam itu sangat dingin.

Wanita itu jatuh. Jatuh dari rooftop. Darah segar mengalir tanpa batas dari seluruh tubuhnya. Mungkin hampir seluruh tulangnya benar-benar hancur. Dan tidak seharusnya Winwin melihat ini.

"Apa yang kau lakukan?!"
"Kau membunuhnya?!"
"Diam! Sekarang kita harus melarikan diri"
"Bagaimana dengannya?"
"Dia sudah tamat, bodoh!!"

Suara itu berhasil ditangkap oleh indera pendengaran Winwin. Dengan cepat, ia lantas berlari menjauh dari sekolah tersebut. Dan seketika pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi kepalanya.

____

Langkahnya kembali terhenti di sebuah rumah. Buih peluh terus berkeluaran. Dadanya bergerak naik turun dengan cepat. Ia melirik sebuah plastik yang masih setia ia genggam. Perlahan, tangannya terangkat dan mengusap wajahnya. Sudut bibirnya tertarik dan tercipta sebuah senyuman kecil dari bibir merahnya.

Ia berjalan menuju rumah tersebut lalu mengetuknya. Seorang wanita paruh baya lantas membuka pintunya dan tersenyum melihat kedatangannya. Kerutan wajahnya mulai terlihat. Namun itu tidak dapat menghapus 'kecantikan' dari wajahnya.

"Masuklah. Di luar sangat dingin" sambut wanita tersebut

"Ibu, lihat. Aku membawakan sesuatu untukmu" ucap Winwin

"Terima kasih. Apa tadi kau bersama Yuta?" Tanya sang ibu

"Iya, aku makan bersamanya tadi. Dan dia juga yang membayar semua makanan kami. Haha" jawab Winwin

Sang ibu tersenyum melihat anak semata wayangnya itu. Ibunya benar-benar menyayanginya karena Winwin adalah satu-satunya anak yang perhatian dan penurut.

"Kalau begitu, istirahatlah. Kau pasti lelah. Bagaimana pertandingannya tadi?"

"Tim ku kalah. Tapi. . . Aku cukup bersenang-senang. Hehe" Winwin kembali menunjukkan senyuman manisnya pada sang ibu. Namun, semua senyuman itu tetap menjadi sampul dari sejuta pertanyaan yang ada di pikirannya.





"Apa yang mereka lakukan pada wanita itu?"

- Karena Itu Hanya Sebuah Permainan -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- Karena Itu Hanya Sebuah Permainan -

MYSTERY - NCT 127 -Where stories live. Discover now