Ch : 01 ✅

697 160 167
                                    

CERITA BERIKUT ADALAH FIKSI.
SELURUH KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, AGAMA, DAN
INSIDEN DALAM CERITA INI TIDAK NYATA.


Chapter - 01.

Sebelum baca bagian ini, pemanasan dulu, yuks, biar makin semangat !

1. Apakah teman-teman selalu menceritakan segala sesuatunya kepada orang tua?

2. Biasanya lebih terbuka cerita sama siapa, Ibu atau Bapak?

3. Suka makan seblak? Biasanya kalau makan seblak level berapa?


HARI ini SMA Zonasi kedatangan murid pindahan. Agak aneh memang karena tengah semester seperti ini SMA Zonasi berkenan menerima murid baru, padahal biasanya tidak seperti itu. Namun, usut punya usut murid tersebut berasal dari keluarga yang memiliki pengaruh bagi Zonasi, sehingga mau tidak mau pihak sekolah menerima kepindahannya.

Memiliki hak istimewa memang tiada duanya, tidak perlu terlalu susah berenang-renang karena pada akhirnya hasil akan didapat dengan adanya sedikit usaha, bahkan tanpa usaha sekalipun.

"Hai, perkenalkan saya Sadam Gunandi. Senang bisa bertemu dengan kalian."

Reaksi para murid bervariasi. Ada yang memperhatikan dengan raut acuh tak acuh, ada yang peduli dengan antusias, ada pula yang menyembunyikan kepala di antara kedua lipatan tangan, dan ada yang memperhatikan dengan tampang bertanya-tanya. Nada menjadi satu-satunya siswi yang tidak tertarik akan kehadiran Sadam, padahal beberapa teman perempuannya sangat terpesona dengan tampang Sadam yang sekilas mirip seperti aktor Negeri Gingseng—Lee Jo Hoon.

Sadam Gunandi adalah siswa baru yang menjadi topik pembicaraan hangat oleh penghuni Zonasi beberapa hari belakangan ini. Siswa tersebut ternyata menjadi penghuni kelas 11-2—satu kelas dengan Nada, padahal mereka pikir murid baru itu kelas 10 atau 12.

Rini—wali kelas 11-2 tersenyum singkat mendengar cara Sadam memperkenalkan diri. Memang dia agak terlihat pemalu. Sadam menoleh ke arah Rini, tatapannya seolah mengisyaratkan agar Rini segera mempersilakannya untuk duduk. Namun, Rini justru bertindak sebaliknya. "Sadam, perkenalkan diri kamu lebih detail. Jangan malu-malu."

Terdengar embusan napas panjang yang keluar dari rongga hidung lelaki berhidung bangir itu. Demi memberikan kesan baik seperti yang Ayah perintahkan, mau tidak mau Sadam berlagak sok akrab dan menuruti permintaan wali kelasnya.

Menarik napas panjang, mengembuskan perlahan, lalu cowok itu kembali memperkenalkan diri.

"Baik, saya murid pindahan dari Yogyakarta. Ya, saya lama tinggal di desa. Jadi, kalau aksen bahasa Indonesia saya agak medok mohon dimaklumi. Saya suka singkong dan apel, semoga kita bisa akrab dan berteman."

Rini tersenyum puas karena berhasil membuat Sadam sedikit membuka diri untuk teman-teman barunya. Reaksi 11-2 pun tampak berbeda, kali ini nyaris semua murid bertepuk riuh serta antusias untuk menerima Sadam sebagai teman mereka, lagi-lagi kecuali Nada yang masih tidak tertarik. Cewek itu duduk dengan ekspresi sangat datar sampai Tiara dan Inayah geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya.

"Ti, kayanya Nada emang udah enggak tertarik sama cowok lagi, deh," ujar Inayah asal. Tiara yang duduk di sebelahnya pun menyikut lengan Inayah agak keras sembari melayangkan tatapan tajam.

"Sadam bukan tipe Nada, enggak usah berlebihan. Nada bukan cewek murahan kaya mereka yang baru dilempar ikan asin langsung diserbu." Tiara menanggapi ucapan Inayah dengan suara berapi-api. "Lo kalau belum punya tameng, pasti bakal ngesikat dia juga, kan?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bukan Salah Nada (REVISI)Where stories live. Discover now