02 || Foxy Girl

946 84 5
                                    


Baiklah, intinya saja. Apa kalian siap kacau dalam cerita ini sekarang?

••••

Tidak tahu lagi harus mendeskripsikan seperti apa hari, terlalu membosankan. Aneh sekali, seorang pebisnis besar seperti Oh Sehun tidak seharusnya mengenal kata malas atau bahkan memang tidak pernah ia lakukan seumur hidupnya. Mengingat resiko apa yang perlu ia tangani untuk sekedar tidur seharian. Sehun bukannya tak berani, tapi ia telah berjanji. Berjanji atas nama hidupnya sendiri. Sehun hanya merasa perlu bekerja lebih santai untu hari ini. Bukan berarti ia malas dan merasa lelah, tapi memang ini cukup diperlukan. Sedikit lebih tenang untuk mengatur strategi yang lebih berkelas, seperti itulah pebisnis.

Sampai sore hari ini Sehun hanya mendatangi dua pertemuan, dibandingkan dengan hari-hari pada biasanya Sehun bahkan bisa mengambil enam sampai delapan pertemuan dalam sehari. Tapi untuk hari yang dibuatnya lebih santai ini Sehun bahkan menolak pertemuan dengan beberapa perusahaan lain yang dirasa tidak begitu menguntungkan. Lebih selektif lagi.

Matanya mulai mengikuti arah pintu ruangan pribadinya yang terbuka, sampai seseorang berdiri tepat diseberang meja kerja tempatnya duduk dengan begitu angkuh. Sehun tersenyum tipis begitu memastikan wajah Kim Suho yang berdiri di sana. Meskipun sejujurnya sudah bisa ditebak, tidak ada satupun yang berani masuk ke ruang pribadinya tanpa mengetuk seperti tadi selain kakak sepupunya itu.

Sehun bahkan sudah menebak bahwa acara santainya hari ini harus diselesaikan secara paksa begitu Suho mulai mengambil suara pertamanya. "Ada apa? Sekarang berikan alasanmu membatalkan janji dengan perusahaan Kim. Apa kau sibuk?"

Tepat sekali, kedatangannya hanya akan mempertanyakan hal yang mengusik ketenangannya sekarang. Menyebalkan sekali. Sehun mulai membenarkan posisi duduknya agar lebih mudah bertatap saat berbicara dengan kakaknya itu. Jujur saja hari ini sedikit membuatnya malas. "Kau saja yang urus hyung, aku butuh istirahat hari ini. "

Suho justru tersenyum miring mendengar jawaban Sehun yang terlihat begitu tenang. "Perusahaan ini milikmu Oh Sehun, jangan bercanda. Tidak masalah sebenarnya jika kau memang ingin semua ini jadi milikku. Tapi, aku berhutang budi dengan ayahmu. Jadi berusahalah lebih keras, kau tidak bisa terus bergantung denganku."

"Aku mengerti hyung, ingat saja berapa kali kau mengatakan itu," sarkas Sehun menyerah.

Tentu saja, ini perusahaannya. Hanya Sehun, satu-satunya pewaris perusahan perusahaan ini, yang sebenarnya tidak bisa dikatakan pewaris. Perusahaan ini memang sudah murni dibawah namanya sejak ayahnya meninggalkan dunia ini. Namun tidak begitu juga kenyataannya. Untuk beberapa saat kedepannya, Kim Suho yang akan mengontrol penuh perusahaannya tersebut. Bisa dibilang semacam penasihat, karena Sehun terlalu muda untuk memegang penuh tanggung jawab sebesar itu. Lagi pula, Kim Suho bukan orang asing. Masih ada hubungan darah dan dia bisa dipastikan dapat dipercaya.

"Baguslah kalau kau paham," ujar Suho tersenyum ringan. "Dimana sekretaris Mu? Bukankah ini tugasnya? Aku tidak harus datang kemari untuk mengingatkan jadwal kerjamu," lanjutnya.

Benar juga, ini sama sekali bukan tugasnya. Bukan Suho yang harus repot menemui Sehun untuk sekedar mengingatkan jadwal pertemuannya, tapi sekretarisnya. Tapi apa lagi pilihannya, ini sudah bisa Suho maklumi karena begitulah Sehun. Terlalu selektif dan terlalu sering mengganti sekretarisnya sampai terkadang harus Suho sendiri yang turun tangan. Seperti hari ini saja untuk contoh yang paling dekat.

"Berbelanja," jawab Sehun terlewat tenang.

Pria bermarga Kim ini benar-benar dibuat tak habis pikir dengan jalan pikiran adik sepupu yang sudah seperti adik kandungnya sendiri ini. Memangnya apa maksudnya mengizinkan sekretarisnya berbelanja dan meninggalkan tugasnya. "Kim Kai sudah memperingati Mu kan? Nona Shin itu sedikit--- licik."

Memang benar, Kai sudah memperingatinya masalah Shin Aera yang merupakan mantan kekasihnya itu. Wanita licik yang bahkan dengan sendirinya mengatakan tujuan sebenarnya berada disini.

"Benar," jawab Sehun tenang. "Kau bahkan tidak keberatan berpesta dengannya hyung, bahkan setelah tahu seperti apa liciknya sekretaris ku."

Sekali lagi Suho dibuat tertawa dengan kalimat yang dilontarkan oleh Sehun. Lihat saja bagaimana bayi itu membahas ulang tentang pesta yang diadakan semalam. "Sehunnie, ada apa denganmu? Sebegitu tertariknya kah kau dengan Aera?"

"Sedikit," ujar Sehun terlewat dingin. Tenang seolah tak ada hal besar dan menggelikan yang sedang mereka bahas.

"Baiklah-baiklah, maafkan aku." Suho berusaha menetralkan diri untuk tidak menertawakan Sehun lebih keras lagi.

"Aku tau selicik apa Shin Aera itu. Tapi jika sekedar bermalam, tidak ada yang dirugikan dariku," ujar Suho sedikit mengangkat alis kanannya, berusaha memancing reaksi selanjutnya yang akan diberikan adiknya tersebut.

"Jangan pernah mencobanya hyung" suaranya terdengar begitu tegas meskipun hanya diucapkan dengan sesantai mungkin.

"Tadinya ingin kulakukan. Tapi kau terlihat lebih menginginkannya." Sekali lagi Suho menyeringai dengan jahilnya, berusaha menggoda Sehun yang gagal menutupi rasa cemburunya. Menggemaskan.

"Tapi serius Oh Sehun, selain mantan kekasih Kim Kai, Aera juga pernah berhubungan dengan Park Chanyeol. Tidakkah itu juga perlu diwaspadai?" Tukas Suho terlihat lebih serius dengan ucapannya.

Wajar saja jika Suho sedikit khawatir dengan masuknya Shin Aera yang bisa saja sedikit demi sedikit mengontrol Sehun dalam kendalinya.

Pertama, jelas sekali dari peringatan yang pernah Kai katakan bahwa Aera bukan seorang wanita yang biasa-biasa saja. Aera penuh strategi tak terduga dan sedikit licik. Kedua karena Aera pernah berhubungan dengan Park Chanyeol yang merupakan rival terbesar perusahaan yang sedang Sehun pegang saat ini. Jadi tidak menutup kemungkinan datangnya Aera direncanakan dari sebagian strategi Park Chanyeol.

"Karena itu, aku bisa memberi kalian informasi tentang mantan kekasihku itu bukan? Oh bukan, aku tidak pernah mencintainya. Hanya memanfaatkan lebih tepatnya." Entah sejak kapan, sekarang mereka dibuat terdiam begitu mendapati Aera yang tiba-tiba saja masuk dan ikut menyambung pembicaraan. Sangat tidak terduga.

Tak terkecuali dengan Suho yang dibuat sangat terkagum dengan sekretaris Oh Sehun yang jujur saja cukup menarik. Apa adanya, penuh strategi, dan juga terkesan sangat menantang.

"Aku peringati kau lebih dulu nona Shin, sebaiknya kau sadar berada di wilayah orang seperti apa sekarang. Menurutmu aku percaya?" ujar Suho dingin, lengkap dengan senyum sarkastik sebagai ciri khasnya.

"Aku tahu, aku bahkan lahir di lingkungan kotor dan kejinya para pebisnis. Aku sama sekali tidak terkejut ataupun takut. Tapi bagaimana ya? Aku tahu kalian membutuhkanku." ucapan Aera terdengar angkuh dan penuh percaya diri. Persis seperti apa karakternya yang terlihat seperti penantang.

Suho tersenyum miring mendengar ucapan Aera yang penuh dengan percaya diri itu. "Caramu berbicara tidak terdengar seperti seorang sekretaris,nona Shin?" sindir Suho langsung menuju cara bicara Aera yang sangat berani menurutnya.

"Benar, aku ini kekasih pemilik perusahaan ini. Haruskah aku menundukkan kepala padamu juga?" Aera lantas tersenyum penuh kemenangan. Seolah jawabannya telah mematikan semua kalimat yang akan selanjutnya dilontarkan dari Kim Suho.

Benar-benar gila bukan? Membuatnya ingin tertawa geli. Begitu luar biasanya sekarang ini. "Woah... Sehun,  kau memaciranya?" ujarnya tertawa geli sekaligus tak percaya dengan hal konyol yang baru saja ia dengar.

"Hyung, kau bilang cara terbaik adalah dengan menyerang perusahaan Park Chanyeol. Dari mana lagi kita mendapat akses?" seru Sehun ikut ambil suara dari perbincangan antara Aera dan Suho barusan.

"Entahlah, aku tidak tau akan seperti ini," jawab Suho masih tak berhenti tersenyum geli sekaligus tak percaya. Serius ini gila menurutnya, Sehun yang biasanya enggan berkomitmen tiba-tiba saja menjadi terobsesi dengan sekretarisnya. Dan yang lebih mencengangkan lagi adalah ketika Sehun sendiri tahu siapa sebenarnya Shin Aera.

"Ngomong-ngomong, terimakasih untuk semua ini." Aera tersenyum penuh kemenangan sembari kedua tangannya mengangkat semua paper bag berisi barang belanjaannya yang tentu saja hasil dari menguras kekasih barunya itu.

[]

Dating With My Boss ✔️ [Completed]Where stories live. Discover now