15. Abang Sidang

1.4K 133 3
                                    

Hay, balik lagi sama cerita ini! Berhubung lagi ada gerakan #dirumahaja aku mau lanjut cerita ini di luar jadwal, buat menemani kalian-kalian yang merasa suntuk diem di rumah aja hehehe Happy reading and enjoy!

***

-Addara

Liburan semester genap lebih lama daripada liburan semester ganjil, biasanya orang-orang memanfaatkan liburan ini dengan ngambil semester pendek. Gue engga, soalnya di jurusan arsitektur kampus gue ini engga buka program buat semester pendek. Jadinya yaa liburan 3 bulan full. Rebahan, bangun siang, nonton drama korea, baca cerita halu, dan hal-hal yang membuat gue bahagia lainnya.

"Dek, besok jadi ke kampus abang kamu?" Tanya bunda, seperti biasa menganggu acara rebahan gue di ruang keluarga sambil nonton ftv.

"Bun engga usah ditindihin juga ini kaki adek." Gue berusaha menarik kaki yang diduduki bunda, dan mengubah posisi rebahan jadi duduk

"Ya makannya jangan rebahan terus. Bunda kok heran ya Rayyan mau sama cewek pemales kayak kamu??" tanya bunda sok heran, padahal kenapa gue rebahan sepanjang hari karena bingung harus ngapain, masalahnya bunda lebih suka mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri.

"Yee. Anak bunda kan cantik." Gue mulai gelendotan, kalau ada abang pasti rebutan buat gelendotan. Abang tuh umurnya aja yang udah tua, kelakuannya masih kayak bocah "Besok adek pergi sama Rayyan ke kampus abang, mau nginep disana semalem. Terus besoknya mau main ke Dufan sama abang." Gue menjawab pertanyaan bunda yang tadi, menjelaskan rencana liburan singkat di Jakarta.

"Terus kamu mau nginep dimana? Engga mungkin di kosan abang kan?"

Gue menggeleng "Ya enggalah, adek mau nyari penginapan deket kosan abang aja. Tenang lah, ada abang ini. Bisa diandalkan."

"Terus jadi naik mobil sama Rayyan?" tanya bunda bawel banget, emang gini kalau mau bepergian jauh tanpa ayah sama bunda pasti pertanyaan a-z bakal keluar.

"Jadi. Tadinya mau naik kereta, cuman kan kalau berangkat darisini ribet bun. Jauh stasiun keretanya."

Bunda cuman ngangguk-ngangguk "Yauda. Jaga diri ya, jangan macem-macem." Gue hanya mengangguk mendengar petuah bunda "Bunda kok deg degan ya besok abang kamu mau sidang?"

Gue menepuk-nepuk bahunya bunda biar lebih tenang "Tenang aja bun. Muka abang emang engga meyakinkan, tapi percaya aja abang pasti lulus dosennya kasian liat muka abang."

"Kamu tuh sama abang sendiri kok gitu. Ya di doain dek, biar sidangnya lancar dan pengujinya engga nanya yang macem-macem." Keliatan banget bunda khawatirnya, padahal gue mah yakin-yakin aja abang bisa melewati ini semua. Abang kan cerewet banget, pasti pengujinya juga males denger celotehannya dia.

"Yee bunda itu mah tanpa diminta juga udah adek doain kalau selesai solat." Ya walau abang nyebelin, tetap aja gue sayang sama dia dan berharap besok dia bisa melwati sidang dengan lancar dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

***

Jam 5 subuh setelah solat subuh, gue dan Rayyan berangkat ke Depok. Biar engga macet dan di jalannya bisa santai. Kata abang dia selesai sidang dan yudisium jam dua siang, tapi selaku adik yang baik hati gue pengen nemenin abang sebelum masuk ke ruang sidang.

"Mampir rest area dulu yak, pengen beli kopi gue." Ucap Rayyan setelah menempuh berpuluh-puluh kilometer perjalanan, baru sampai rest area sekitar cileunyi.

"Boleh. Gue aja yang turun yah? Mau apalagi selain kopi?" Tanya gue, mengambil tas di belakang mobil dan bersiap buat turun.

"Cemilan? Apapun deh, terserah. Cappucino ya Ra kopinya, gulanya dikit." Dia mulai mengeluarkan rokok dan pematik api, ya oke gue akan membiarkan dia ngerokok kali ini karena pasti capek banget nyetir dari Garut ke Depok.

TAKTIK SEMESTAWhere stories live. Discover now