Namun ia tetap diam. Sama seperti waktu sebelumnya. Tak ada sedikitpun usaha untuk menjelaskan semuanya.
Lalu aku mulai beranjak pergi, tapi ia mencekal tanganku Dia menahanku.
Setelah beberapa waktu lalu dia menyia-nyiakan waktuku dengan diamnya."Maaf".
Hanya itu yang terucap dari bibirnya yang pernah mengatakan jika ia akan menjaganya, jika ia mencintainya.Dan sekarang.
Seolah ucapan itu hanya angin lalu yang mungkin telah ia lupakan."Untuk apa?"
Aku bertanya."Untuk semuanya, aku minta maaf".
Dia berkata dengan tak menatapku."maksudku, maaf mu untuk apa bagiku?, apa dengan maaf mu lukanya tersembuhkan?, apa dengan maaf mu semua bisa seperti semula?
Orang tolol macam apa kamu?"
Jawabku lirih, tapi dengan sedikit emosi."Aku tahu aku salah, aku-"
"Kamu tahu salah, tapi mengapa tak berhenti. Kamu menyakiti hatinya. Lagi. tapi mungkin ini yang terakhir
Kamu tak tau sehebat apa dia dalam mencintaimu, dan akan sehancur apa dia saat tau kamu menghianatinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Kehilangan
PoetrySeseorang bertanya padaku "Bagaimana dia?" aku menjawab " apanya? " " sifatnya " " aku menyukainya, apa lagi? " " Lagipula dia memang typeku. " " Kau benar-benar menyukainya? " " Ya. " " sayang? " " tentu " " Cinta? " " mungkin.., Dia menyenang...