Soonius

1K 173 7
                                    


Jennie dan Jisoo punya banyak cara untuk mengakhiri hari mereka yang penuh cerita. Biasanya setelah makan malam, jika tidak terlalu lelah mereka akan bermasker ria sembari melakukan hal-hal absurd yang aneh dan menimbulkan keributan. Namun karena keduanya sangat lelah hari ini, sesampainya di rumah keduanya bergegas membersihkan diri dan bersiap untuk istirahat.

Lalu disinilah mereka, tempat yang memiliki kekuatan magnet maha dahsyat.
Kasur.

Jisoo sudah duduk lebih dulu bersandar pada bantal dan tengah mengecek ponselnya. Jennie yang baru saja datang dari kamar mandi mematikan lampu kamar lalu bergabung dengan Jisoo di dalam selimut.

Jennie merebahkan kepalanya di bahu Jisoo, mengintip ponsel Jisoo.

"Uh, kau sedang chat dengan Seulgi eonni sayang?" Jennie melihat layar ponsel Jisoo yang menunjukkan layar percakapan dengan nama beruang Seulgi di sisi atas.

"Huum, Seulgi eonni mengabari kalau Wendy eonni sudah pulang dari rumah sakit..", ujar Jisoo.

"Benarkah? Kita harus menjenguknya sayang, selama di rumah sakit ia dilarang untuk dijenguk.."

Jisoo bergeming, ucapan Jennie hilang diserap langit-langit kamar mereka karena Jisoo tengah mengetik sesuatu untuk membalas pesan Seulgi.

Karena tidak ada jawaban, Jennie mengambil ponselnya dan membiarkan Jisoo berbalas pesan dengan Seulgi.

Instagram, Jennie sedang berselancar di dalamnya dan melihat beberapa postingan.

Yeri memposting sebuah foto yang imut, Jennie menekan tombol hati pada postingannya. Lalu Irene eonni-nya, ia memposting foto sedang tersenyum dengan pita cantik di rambutnya. Jennie meninggalkan komentar gemas dan menekan tombol hati untuk foto itu. Foto Lisa tepat dibawahnya, Jennie baru saja ingin berinteraksi dengan postingan itu namun ia merasa kepalanya dikecup lembut. Afeksi yang cukup untuk membuatnya menoleh pada Jisoo.

"Seulgi eonni bilang kita belum bisa menjenguk Wendy eonni karena ia masih butuh penyembuhan meski sudah berada di rumah." Kata Jisoo kemudian.

"Kalau begitu minta Seulgi eonni mengabari kita lagi nanti..", Jennie menimpali.

"Aku sudah memintanya sayang..", ujar Jisoo lalu memeluk Jennie.

Jennie tenggelam di pelukan Jisoo, namun ia tersadar ponselnya masih menyala karena ia masih membuka instagram.

"Posting sesuatu?" Jisoo bertanya lebih dulu karena Jennie tiba-tiba menggeliat.

"Ani, cuma melihat-lihat."

Jennie semakin menyandarkan tubuhnya di pelukan Jisoo dan kembali melihat-lihat instagramnya. Tapi kemudian Jisoo berkata sesuatu.

"Jennie ah, belakangan ini dadaku sering terasa sakit. Apa karena kelelahan?"

"Sakit? Apa kita perlu ke dokter sekarang?", Jennie panik.

"Ani, sebenarnya bahkan jika aku tidak kelelahan dadaku masih terasa sakit. Tapi ini juga akan membaik dengan sendirinya, jadi tidak apa-apa..", ucap Jisoo sembari mengambil ponsel Jennie lalu meletakkannya di nakas.

Belum sempat menginterupsi apa-apa, Jennie sudah berada di pelukan Jisoo yang lebih erat.

Ada sebuah kemungkinan yang begitu saja terlintas di kepala Jennie. Ia gatal untuk menanyakannya pada Jisoo.

"Jisoo ya.."

"Mm?"

"Jangan bilang kebiasaan lamamu kembali? Kau sering tidur tengkurap lagi??", Jennie bangun dari pelukan Jisoo dan memberinya tatapan menyelidik.

"Hehe..."

"Ish, pantas saja. Jangan begitu lagi sayang..", Jennie mencebik kesal.

"Mian Jennie ah, terkadang mengerjakan sesuatu sembari tidur tengkurap itu tidak kusadari. Dan jujur saja posisi tengkurap kadang kusukai, terlebih jika ada kau dibawahku."

Jisoo menggoda Jennie dengan memainkan alisnya.

"Ck, itu lain lagi sayang. Yang satu itu jelas tanpa resiko.."

"Justru itu yang paling beresiko, Jennie ah. Bisa mendatangkan Jaebum atau Jiyul lebih dulu, mungkin?"

Jennie mencubiti gemas lengan Jisoo karena ia membawa-bawa Jaebum dan Jiyul sebagai lelucon. Dua nama itu adalah nama yang mereka inginkan untuk anak-anak mereka kelak, lalu Jisoo membahasnya seperti sebuah pertanda.

"Lalu rumah kita akan penuh dengan para beruang sepertimu, Jisoo ya."

"Ah, belum tentu. Siapa tahu Jaebum lebih suka jadi rubah daripada beruang." Jisoo mulai berbicara dengan kekonyolannya.

Anehnya, Jennie senang meladeni Jisoo yang seperti ini.

"Lalu Jiyul?", iseng Jennie menimpali.

"Um Jiyul... Tunggu dulu, memangnya akan seperti apa hasil percampuran kita berdua? Beruang dan panda??"

"Uh? Mungkin mereka akan berwarna coklat, hitam dan putih?", Jennie tertular keabsurdan Jisoo.

"Jennie ah, apa anak-anak kita adalah biskuit Oreo? Karena oreo berwarna hitam dengan isian coklat dan putih." Jisoo berkata dengan wajah lucunya.

Tawa Jennie meledak tanpa tertahan. Ia benar-benar tidak pernah bisa menebak pemikiran Jisoo yang selalu tidak jelas asal usulnya. Ajaib.

Jika lelucon itu dianggap selesai, maka sebenarnya sama sekali belum.

Jisoo masih tersenyum tidak jelas memperhatikan Jennie yang masih tidak bisa menahan tangis karena tawanya yang tidak terkendali tadi, lalu ia kembali berceloteh perihal Oreo.

"Ada begitu banyak varian oreo, Jennie ah. Jika kau bisa memberiku lebih, tolong berikan aku satu lagi putra atau putri yang berwarna ungu seperti Oreo Ice Cream. Niscaya kepribadiannya akan sangat cool karena itu varian itu terasa dingin kan.."

Tawa Jennie berikutnya membuatnya menjatuhkan tubuhnya pada Jisoo sepenuhnya. Ia benar-benar kehabisan tenaga karena tawa yang dihasilkan lelucon Jisoo. Jisoo sangat jenius, ia tidak pernah kehabisan kata dan cara untuk menyenangkan Jennie.
Bahkan hanya dengan percakapan sebelum tidur.

Jisoo memeluknya erat, Jennie merasakan kehangatan itu menjalari tubuhnya.

Ketika tawanya usai, Jennie menatap Jisoo penuh cinta. Sekali lagi, Jisoo membuatnya merasa sangat cukup. Jennie merasa bahagia meski Jisoo hanya menatapnya dengan matanya yang penuh cinta, seperti saat ini.

"Kau tahu sayang, aku punya julukan baru untukmu..", bisik Jennie.

"Sepertinya aku punya banyak julukan ya."

"Soonius."

"Eh?"

"Soonius, kau Soo-ku yang jenius." Mata Jennie berbinar ketika mengatakannya. Jisoo memang pantas disebut jenius karena banyak hal, salah satunya untuk humornya yang tidak biasa itu.

"Wow, terdengar keren. Tapi bukannya lebih baik jenius saja, Jennie ah?"

Jennie menggeleng.

"Kalau kau Soonius, maka aku Jenius."

Selesai mengatakan itu, Jennie mencium bibir hati Jisoo dalam. Jika bisa, lebih dalam dari perasaannya pada wanita itu.

Point of ViewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang