.2

4.3K 517 192
                                    

Seokjin belum dapat tidur malam itu. Ia bahkan terus menerus menyentuh bibirnya yang beberapa saat lalu bercumbu dengan Kim Namjoon. Garis bawahi, bercumbu dengan Kim Namjoon. Setelah ia merana, merindu dan mengasihi diri sendiri karena begitu tersiksa tanpa Namjoon disisinya, dan kini ia bahkan mendapat ciuman hangat dari Namjoon? Rasanya Seokjin ingin malam minggu setiap hari.

Bibir Namjoon masih lembut, seperti dulu. Tangan Namjoon masih memeluknya dengan hangat. Nafas Namjoon terasa segar seperti dulu. Rasanya ia tengah mengenang masa lalu. Apa besok malam ia harus kembali memberi Namjoon makan malam dan menyuruh para tentara latihan hingga membuat desa gelap? Kalau boleh, Seokjin ingin melakukannya lagi, lagi, lagi, lagi, lagi dan lagi.

Tapi ternyata kantuk tak mau kalah malam ini. Setelah hampir dua jam hanya termenung memikirkan ciuman, Seokjin akhirnya tertidur, masih dengan senyum menghiasi wajahnya. Semoga saja hari minggu ia akan tetap bertemu Kim Namjoon.

Pagi hari seperti yang dijanjikan Sersan Jung Hoseok, Yoongi sudah bersiap dengan celana kain berwarna hitam dan sweater putih kesayangannya. Udara pagi ini terasa begitu dingin, Yoongi bahkan harus memasak air panas terlebih dahulu agar pagi ini dirinya mandi.

"Hooaam Min Yoongi sangat wangi. Padahal hanya ke pasar, seperti kencan saja." Seokjin terbangun karena ia haus. Menemukan Min Yoongi duduk di ruang depan dengan sangat rapi dan sedang memainkan game offline.

"Diam. Kau semalam kenapa? Pulang-pulang langsung membanting pintu, Namjoon berbuat jahat padamu?"

Detik selanjutnya telinga Kim Seokjin memerah, tangannya terpaut bersembunyi dikedua paha dengan punggung sedikit membungkuk, gelagat tengah merasa salah tingkah. Membuat Yoongi mengerutkan kening tak mengerti.

"Aku akan mengatakan pada Hoseok. Sekalipun Hoseok bawahan Namjoon, mereka teman dekat. Namjoon harus mengerti kenapa—"

"T-idak Yoongi, eum.. aku baik-baik saja."

"Yakin?"

Seokjin mengangguk, tangannya masuk ke dalam saku hoodienya. "Hoseok belum kemari?"

"Dia mengatakan sebentar lagi."

"Oooohhhhh sudah saling bertukar nomor ternyata. Ada sinyal memang?"

"Kau berisik sekali. Sana cuci muka. Aku tidak membuat sarapan karena aku akan makan di pasar. Terserah kau mau buat sarapan apa. Lagipula anak-anak sepertinya akan bangun siang karena ini hari libur mereka."

Seokjin tak menjawab, berlenggang menuju ke belakang dan mencuci muka. Ia tak lapar. Tapi pagi-pagi begini, teringat Kim Namjoon. Apa pria itu sudah bangun? Apa yang dilakukan Namjoon? Apa Namjoon juga libur?

Pertanyaan terakhir membuat Seokjin bergegas menyikat gigi. Sejujurnya dari tiga pertanyaan tersebut, menemukan jawabannya adalah harus mendatangi Namjoon. Setelah dirasa sudah segar, Seokjin segera berlari keluar dan tak menemukan Yoongi di ruang tamu. Sepertinya sudah pergi.

"Ck, padahal aku ingin lihat waktu Hoseok jemput Yoongi."

Seokjin membuka pagar rumah, berlari sedikit menuju pagar Namjoon. Namun dirinya sangat terkejut ketika ia baru sampai, pagar Namjoon langsung terbuka. Menampakkan Namjoon dengan wajah segar dan pakaian casual.

Wajah mereka sontak memerah.

"P-pagi Namjoon." Cicit Seokjin sembari menunduk. Jemari kelingkingnya menggaruk kecil pagar besi Namjoon dengan malu-malu.

"E-em." Balas Namjoon seadanya, namun ia merasa dirinya begitu gugup.

"Kau tidak ke area latihan?"

Last U&MeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora