2 : Tragedy

3.5K 389 8
                                    

RYUJIN menuruni satu persatu anak tangga yang berada di rumahnya. Masa Orientasi Sekolah sudah lewat dari seminggu yang lalu. Sekarang hari senin yang artinya kegiatan belajar mengajar sudah dimulai dengan semestinya.

Seperti seragam pada umumnya, Ryujin memakai rok, dan baju seragam putih yang dipadukan dengan rompi sekolahnya. Tak ketinggalan bomber  berwarna hitam kesukaannya sudah ia kenakan. Rambut pendeknya ia gerai, dan memakai make up sangat tipis, agar tidak terlihat pucat.

 Rambut pendeknya ia gerai, dan memakai make up sangat tipis, agar tidak terlihat pucat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

visual seragam sekolah Ryujin

"Appa, Eomma, unnie, selamat pagi!" sapanya semangat. Ryujin duduk di kursi tempat biasa ia duduk.

"Adikmu tidak di sapa?" kata Suzy— Ibunya Ryujin sambil memberikan segelas susu putih kesukaannya.

Ryujin menatap adik nya sekilas, tak ia pedulikan. Tangannya meraih satu roti bakar yang baru saja di buat oleh Kakaknya. "Tidak mau."

Suzy menghela napasnya. "Apakah aku harus melihat pemandangan ini setiap pagi?"

Ryujin hanya mengangkat kedua pundaknya. "Aku rasa aku tidak bisa akur dengannya. Bagaimana tidak? Ketika dia mulai berbicara saja itu sudah membuatku kesal." Ryujin menatap sang Adik dengan sinis.

"Yak! Lebih baik kau diam dan habiskan saja makananmu!" kata Yuna—Adik Ryujin, dengan kesal.

Jika saja saat ini ia dan Yuna hanya berdua. Sudah Ryujin pastikan roti bakar yang berada di tangannya ia sumpalkan ke mulut Yuna.

"Kau tidak sekolah?" Ryujin menatap Yuna yang masih mengenakan baju tidurnya. Yuna adalah anak pemalas, bukan kah seharusnya gadis itu sudah rapih dengan seragam sekolahnya?

Ryujin berdecak, ia paling tidak suka dengan anak pemalas seperti Yuna. Yaa, meskipun bisa dibilang juga ia seorang pemalas— tapi, Ryujin tidak separah adiknya.

"Apa pedulimu?"

Ryujin tersenyum masam, rasanya pagi ini mood nya sudah dibuat jelek. "Can you see that, Mom? Dia tidak memiliki sopan santun sama aku yang lebih tua dari nya!"

"Ah! Halmeoni? Maafkan aku."

"Yak!"

"Sudah lah! Apa kalian tidak pusing? Benar kata ibu kalian... apakah aku harus melihat keributan kalian setiap pagi? Sungguh, Appa sangat lelah melihat kalian seperti ini terus." suara berat Seojoon menginterupsi— Ayah Ryujin.

Mau Ryujin atau Yuna langsung terdiam. Seojoon mengangguk puas setelah berhasil membuat kedua anaknya berhenti bertengkar.

"Bagus," Seojoon mentap Yuna. "Yuna-ya cepat bereskan sarapanmu, kau tidak mau terlambat sekolah, bukan?"

"Kita tidak perlu terburu-buru Appa." kata Yuna dengan santai.

Seojoon menghela napasnya lelah.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang