[8] 24 Desember

6.3K 740 34
                                    

Terus perhatikan pilihanmu, bisa jadi itu bukan lah yang terbaik untukmu.

ALBARISUS

"Happy birthday, Rafa."

Sang pemilik nama yang sedang tertidur pulas lantas mulai memaksakan agar netranya bisa membuka sempurna. Senyum cerah ia layangkan kepada dua orang laki-laki yang kini sudah berada di hadapannya. Salah satu di antara mereka membawa piring yang isinya sudah dapat ditebak.

Rafa lantas bangkit dari tidurnya. Duduk di atas kasur dengan bersila, diikuti oleh Agam juga Dhamar. Sang paman pun memotong kue dengan sendok lalu menyuapkan pada Rafa. Setelah itu giliran Dhamar yang melakukan hal serupa. Diakhiri dengan kakek yang mencium kening cucunya.

"Selamat ulang tahun, cucu Kakek. Semoga Allah memberikan semua apa yang kamu inginkan."

"Amin," sahut Rafa. "Makasih udah inget."

"Kami gak akan pernah lupa," sahut Agam. Ia lalu menyodorkan dua buah bingkisan pada Rafa. "Nih, dari Kakek sama Mas."

"Makasih lagi," ucap Rafa sambil memberikan cengiran khasnya.

"Yaudah, sekarang kamu tidur lagi ya."

"Siap!"

Rafa lalu meletakkan kado yang diberikan oleh Agam dan Dhamar. Sesudahnya mematikan lampu, kedua pria itu lantas ke luar dari kamar remaja yang sekarang genap berumur lima belas tahun. Hanya tersisa lampu tidur yang masih memberikan penerangan di kamar ini. Baru saja Rafa ingin kembali masuk ke dalam selimut, suara dering telepon membuat ia langsung mengambilnya. Tersenyum kecil sebelum menjawab panggilan.

"Halo."

"Happy birthday, Raf."

"Happy birthday juga, kembaran."

"Gue kira lo masih molor."

Rafa terkekeh.

"Raf."

"Hm?"

"Ayah mau bicara."

Rafa terdiam. Tak lagi bersuara sebelum mendengar orang di seberang mengeluarkan kata. Sudah sebulan lebih setelah kejadian Arya meminta maaf karena peristiwa yang mengharuskan dirinya berada jauh dari rumah. Ia pikir Arya akan lebih sering menghubunginya. Namun, dalam sebulan lebih ini Arya menghubunginya hanya selama tiga kali, itu pun mereka bicara kurang dari lima menit. Terakhir kali Arya mengatakan bahwa ia akan mengunjunginya karena sedang ada pekerjaan di Bandung, jadilah Rafa menunggu kehadiran Arya selama seharian. Sudah banyak yang ia rencanakan karena saat itu adalah weekend. Dan Arya memang datang, tapi jam tujuh malam. Hanya pergi ke luar untuk makan malam, menemani ia tidur dan keesokan harinya langsung pulang ke Jakarta. Rafa tidak marah akan hal itu, hanya kecewa yang menyelimuti perasaannya.

"Selamat ulang tahun, Raf."

"Makasih, Yah."

"Gimana keadaan kamu?"

"Baik," lirih Rafa. Mungkin, lanjutnya berbatin.

"Maaf udah lama gak ngubungin. Papa sibuk dengan kerjaan juga ngerawat Bunda."

"Gak pa-pa, Yah."

"Ayah sendiri gimana kabarnya?"

"Baik, kok," sahut orang di seberang. "Dan maaf untuk yang terakhir kali."

Arya paham betul apa yang sang putra rasakan. Tapi hari itu ia benarlah sibuk, banyak pekerjaan yang tidak terduga akibat rapat panjang. Mengharuskan ia yang berniat untuk datang jam 3 sore malah tertunda selama itu.

ALBARISUS ✔Where stories live. Discover now