20. Sebuah Fakta

3K 442 70
                                    

"Bobby beneran Resign dari Lab, Ji?" tanya Papah yang kini sedang bermain bersama kedua cucunya.

Hari ini Jisoo memang sengaja mampir ke rumah kedua orang tuanya,

"Iya Pah, katanya mau fokus sama counter..." jawab Jisoo yang kini sedang asik rebahan, karena si kembar bersama kakek dan neneknya.

"Bobby bilangnya gitu?" Jisoo langsung menganggukkan kepalanya, "gak ada alesan yang lain?"

"Emang ada alasan yang lain?" kata Jisoo balik bertanya. Sedangkan Sang Papah dengan cepat menggelengkan kepalanya saat putri bungsunya menatap ia dengan penuh tanda tanya.

"Mana Papah tau, makanya Papah nanya ke kamu..." jawab Papah, terdengar sedikit sewot. Hingga membuat Jisoo merasa curiga.

"Ji, nanti pulang kamu bawa ini semua ya..." kali ini Mamah yang berbicara, "udah disiapin sama Bibi."

"Mah... banyak banget," kata Jisoo saat melihat tumpukan kotak makan yang sudah dimasukan ke dalam sebuah tas besar. "Di rumah yang makan cuma aku sama Bobby."

"Kamu lagi nyusuin dua anak, harus banyak nutrisi..." kata Mamah, "kalo kamu kerepotan masak, bilang aja ke Mamah."

Jisoo hanya terdiam saja, fokusnya sudah teralih dengan beberapa kotak makanan yang ia keluarkan kembali dari dalam tas.

"Kenapa udang dikeluarin?" tanya Mamah, "itu buat Bobby."

"Sekarang Bobby alergi udang..." jawab Jisoo, "ah... seafood lebih tepatnya."

"Kok bisa?" tanya Mamah heran, "kayanya dulu Bobby salah satu tersangka yang bisa bikin udang di lautan langka deh...."

Jisoo mengedikkan bahunya, "Pas aku hamil, dia bilang udang itu satu keluarga sama kecoak..." cerita Jisoo, "terus semenjak itu dia gak mau makan seafood lagi."

"Bobby dan kelakuannya..." gumam Mamah sudah tak lagi merasa heran atas kelakuan menantunya.

"Beberapa hari yang lalu, aku buatin dia udang sama kerang..." lanjut Jiso kembali bercerita, "aku kira dia udah balik normal lagi... emang sih Bobby makan udang sama kerangnya. Tapi pas malemnya, dia alergi. Bentol-bentol, keringet dingin, terus muntah."

"Yaudah, sekarang banyakin makan sayur aja..." kata Mamah, "nanti tiap minggu mamah kasih stok sayur."

Jisoo dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Jangan Mah, biar Jisoo aja nanti belanja...."

"Gak apa-apa, sekalian buat stok rumah, lagian kamu pasti ribet ngurus Jihan sama Dihan..." jawab Mamah santai. Sedangkan Jisoo tak tahu lagi harus menggunakan alasan apa lagi agar mamahnya tidak perlu repot-repot berbelanja untuknya.

"Ji..." panggil Mamah kepada Jisoo yang kini sedang merapikan beberapa makanan untuk ia bawa ke rumah. "Bilangin ke Bobby, kalo mau kerja di lab lagi, bilang ke Mamah. Nanti Mamah masukin ke lab yang di rumah sakit Mamah kerja."

Jisoo langsung terkekeh saat mendengar perkataan Sang Mamah. "Mah..." kata Jisoo tersenyum kepada Mamahnya, "makasih udah baik sama Bobby.... Tapi masalahnya, Bobby pasti gak akan mau. Dia kerja ikut sama Ayah aja gak mau. Itu aja kerja di lab awalnya dia gak atau kalo ayahnya punya beberapa persen saham di situ."

"Iya juga sih... Bobby dari dulu juga gitu..." gumam Mamah dan disusul anggukan Jisoo.

"Udah lah Mah... lagian Bobby keluar dari lab juga bukan nganggur kok. Masih ada counter yang bisa ngehidupin aku sama anak-anak."

Mamah langsung berdecak sebal saat mendengar jawaban Jisoo, "Mamah juga gak masalah sama itu. Masalah Mamah cuma di Bobby yang udah pasti gak akan ngegunain otaknya lagi kalo dia keluar dari lab. Secara dia mikir kalo cuma lagi pake jas lab doang."

My Crazy Man✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang