99%

143 17 16
                                    

"Jika separuh dari populasi umat manusia musnah, akankah itu dapat mengurangi separuh rusaknya alam? Jika 99% populasi umat manusia musnah, akankah 99% polusi di muka bumi berkurang?"

— Kiseijuu: Sei no Kakuritsu —

**

Shinichi tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya tiga hari ini. Demamnya tidak turun, bukan, yang benar, demamnya turun tetapi kemudian naik lagi ke angka yang lebih tinggi. Belum lagi bintik-bintik merah di punggung tangan kanannya yang sangat mengganggu. Rasanya panas, seperti terbakar. Dokter residen tahun kedua itu belum sempat memeriksakan dirinya. Tiga hari ini dia hanya mencoba menurunkan demamnya dengan paracetamol. Izin cuti yang diberikan Profesor Kou berakhir hari ini, tetapi keadaan Shinichi tak lebih baik daripada dua hari lalu.

Dari gejala yang muncul selama tiga hari ini, pria 28 tahun itu menduga dirinya terinfeksi virus Herpes-zoster. Apalagi saat ruam di tangannya makin hari makin melebar. Hanya saja, Shinichi heran, mengapa acyclovir yang dia oleskan tidak membuat ruamnya berkurang? Rasa terbakar itu juga makin menjadi. Haruskah dia meminta antivir merek lain pada Profesor Kou? Hm, baiklah. Shinichi bertekad akan benar-benar meminta merek lain besok saat masuk kerja.

Chotto matte, haruskah dia tetap pergi bekerja dengan keadaan tangan seperti ini? Bagaimana kalau dia justru membuat pasiennya tertular? Argh, pria itu mengerang frustrasi.

**
Hari keempat, Shinichi merasa tubuhnya sudah lebih baik. Suhu tubuhnya normal. Rasa terbakar di tangannya menghilang. Namun, sesuatu yang mengejutkan membuat Shinichi merasa hari ini dimulai dengan sebuah kesialan.

Ruam di punggung tangannya meluas, melepuh, lecet di beberapa bagian, dan sedikit berair. Anehnya, pria itu tidak merasa sakit atau pun perih. Tepatnya, dia tidak bisa merasakan keberadaan tangan kanannya. Seperti mati rasa. Dengan gemetar, tangan kiri Shinichi terulur ke nakas untuk mengambil ponsel. Pria itu hendak menghubungi profesornya. Namun, sebelum sempat tangannya meraih ponsel, Shinichi merasa tangan kanannya bergerak sendiri. Dia tidak merasa menggerakkannya!

Luka lecet di atas punggung tangan pria itu terbuka semakin lebar. Ada sesuatu yang keluar dari dalam daging tangan yang seolah terbelah itu. Shinichi membelalak dan refleks menjerit.

"Apa kau harus histeris begitu?"

"Da-dare?" Shinichi menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha tidak melihat makhluk aneh yang keluar dari punggung tangannya. "Siapa itu yang bicara?"

"Baka!"

Pria itu merasakan setetes cairan seperti dipercikkan ke wajahnya. Dengan cepat dia menoleh ke arah makhluk di depannya.

"Kenalkan, namaku Rice. Ano... bukan nasi tapi, ya." Makhluk itu terkikik.

Shinichi menelan ludah susah payah. Makhluk itu tak berbentuk. Abstrak. Jika ada angin atau udara yang mengalir di sekelilingnya, setipis apa pun, bentuknya akan berubah. Hanya saja, ada satu titik berwarna hitam di tengah 'tubuhnya'. Titik seperti mata itu membuat Shinichi bergidik karena tampak seperti tengah menatap pria itu dengan tatapan tajam.

"Aku datang ke sini dengan satu misi rahasia. Izinkan aku meminjam tanganmu selama empat belas hari ke depan, setelah itu kupastikan aku tidak akan mengganggumu lagi. Kau tetap bisa pergi beraktivitas seperti biasa. Pakailah sarung tangan yang terbuat dari serat kapas tipis untuk melindungi tanganmu ini. Tapi jika kau percaya diri dengan lukanya, tidak pakai juga tidak apa-apa. Hanya saja, kau tahu, aku bisa jadi sangat menular."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 13, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NINETY NINEWhere stories live. Discover now