[1] Stalker?

315 33 3
                                    

Sejeong merasa sangat kesulitan hari ini. Ia dikerjai teman sekampusnya untuk membawa seluruh barang-barang untuk praktek ke aula sendirian. Ia tidak membawa alat yang bisa membantunya agar dia tidak terlihat seperti orang aneh sekarang.


Ya, orang-orang memperhatikan Sejeong yang kesulitan, tapi tak ada satupun yang berniat membantunya.





"Yuta sialan, kuharap kau tidak lulus lagi tahun ini." Sejeong mulai mengumpat. Dia terus saja menaikkan bahunya, agar barang yang berada di bawah tidak jatuh. Dan itu cukup mengganggu penglihatannya. Ia harus selalu menengok ke arah kiri, untuk memastikan bahwa ia tidak menarak seseorang atau sesuatu di depan.






Tapi tetap saja, ia menabrak.





Untungnya orang dihadapannya ini dengan sigap menahan barang-barang yang hampir jatuh. Sepertinya orang ini tinggi, pikir Sejeong.





"Ah, maafkan aku... Aku tidak bisa melihat dengan jelas." Ujar Sejeong. Tapi, orang itu tidak menengok atau menampakan wajahnya. "Mau pinjam troliku?"


Suaranya sangat macho, dan ia menawarkan bantuan pada Sejeong. Sejeong tersenyum tipis. "Bisakah aku melihat wajahmu dulu? Aku tidak tahu siapa yang bicara denganku seka―"


Orang itu segera menurunkan barang satu per satu dari lengan Sejeong ke troli miliknya. Dan memang, ia lelaki. Memang tinggi, dan terlihat sangat keren.



"Namaku Jeon Wonwoo. Teknik Sipil." Lelaki itu tersnyum hangat sambil mengulurkan tangannya. Sejeong hampir melongo jika ia tidak segera sadar. Lelaki ini terllau mempesona. "A-Aku Kim Sejeong, Desain Interior. Terima kasih, ya!" Sejaong tersenyum girang sambil membalas jabatan hangat dari lelaki di depannya.

"Kau bisa mengembalikannya nanti, pakailah dulu. Simpan saja trolinya di ruang seni. Aku ada urusan." Ujar Wonwoo. Sejeong mengangguk paham. "Sampai jumpa." Wonwoo melambaikan tangannya pada Sejeong. Sejeong menahan senyumannya, membalas lambaian tangan itu malu-malu.



***





"Jeon Wonwoo?"

"Iyaa, yang Jeon Wonwoo itu..." ujar Sejeong sambil memainkan jarinya seperti anak kecil.



"Kukira stylemu itu orang-orang seperti Kang Daniel, Lee Taeyong, Kak Sehun atau adik tingkatan kita semua, Jung Jaehyun dan Cha Eunwoo." Komentar Chungha.



"Big no! Aku lebih suka lelaki manis seperti itu. Dia memang tidak terkenal, tapi ia tampan sekali. Dia Cuma punyaku." Tegas Sejeong.

"Dasar. Memangnya dia mau denganmu?" tanya Yerin. "Entahlah, tapi rasanya aku selalu bisa merasakan keberadaannya, loh." Ujar Sejeong.









"Biarkan aku beropini, kau lebih cocok dengan orang-orang yang tsundere daripada terlihat manis seperti yang kau ceritakan. Kau lebih cocok dengan Kim Jaehwan, Kim Doyoung, Yuta-sunbae, dan―"






"Apa-apaan itu, mengapa kau menyebut nama Yuta? Dia dalah orang yang menyusahkanku tadi. Untunglah Wonwoo membantuku tadi." Ujar Sejeong. "Aku mau ke ruang seni, sepertinya dia sedang disana. Aku pergi, ya!"





Sejeong berjalan membawa troli sambil menyusuri jalanan kampus. Saat tiba di depan ruang seni, ia melihat ke jendela. Dan benar dugaannya, ia sedang berada disana sambil membereskan beberapa miniatur juga. Sejeong masuk ke dalan dan tersenyum.




"Selamat sore, tuan!" sapa Sejeong berusaha mencairkan suasana. "Ini milikmu, terima kasih. Aku sangat tertolong." Ucap Sejeong.






OPIA || sejeong ft. doyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang