1. Asrama

23 2 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

.........................
Happy reading:)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedangkan kamu kamu tidak mengetahui. [Q.S. Al baqarah/2:216]


Azlani berjalan sambil menekuk mukanya membuat Nissa--cewek yang diamanati oleh Ustadzah Indah--untuk mengantarnya ke kamar demi menaruh barang bawaannya hanya dapat diam berjalan di sampingnya.

Mereka berhenti tepat di depan gedung asrama putri. Gedung asrama putri terdiri dari dua lantai masing-masing lantai berjajar kamar-kamar seperti kamar kos. Setiap kamar ditempati oleh 4 orang. Lalu Nissa melepas sepatunya dan melangkah masuk.

"Mesti di lepas, nih," tanya Azlani yang tampak mager untuk melakukan sesuatu meskipun hanya melepas sepatu. Nissa mengangguk-meng-iya-kan. Dengan malasnya Azlani menurut ia melepas sepatunya lalu melangkah masuk menyusul Nissa yang sudah lebih dulu masuk ke dalam salah satu kamar.

"Ahlan wa sahlan ukhty," sambut Nissa kepada Azlani yang baru saja melangkah melewati pintu. Mengerti diabaikan Nissa pun akhirnya langsung mengajak Azlani masuk dan mengenalkan dalam kamarnya.

Azlani memandang sekitar mengamati dalam kamar yang akan menjadi kamarnya nanti. Katanya masing-masing kamar terdapat dua ranjang bertingkat. Masing-masing ranjang diberi satu lemari disampingnya. Ia tak tahu apakah dirinya akan betah dengan kehidupan seperti ini atau tidak. Hidup dengan banyak orang yang memiliki sikap yang berbeda-beda. Azlani melangkah mengikuti Nissa yang berjalan di depannya.

"Kamu satu ranjang sama aku, kamu boleh menaruh semua barangmu di lemari ini, dan satu lagi. Itu tempat tidurmu," ujarnya sembari menunjuk mana yang akan menjadi milik Azlani. Azlani hanya mengangguk--paham. Lalu merebahkan tubuhnya di kasur yang akan menjadi tempat tidurnya mulai sekarang.

"Bentar lagi bel, ayo kita ke kelas," ajak Nissa setelah mengambil beberapa bukunya dari lemari yang juga akan menjadi lemarinya nanti.

"Sekarang?" tanya Azlani yang beranjak duduk masih berada di atas kasurnya.

"Iya," ucap Nissa disertai anggukan. Ia segera melangkah keluar. Serasa yang ditunggunya tak kunjung nampak. Nissa pun memutuskan masuk kembali memastikan Azlani baik-baik saja di dalam.

"Kamu nggak ke kelas?" tanyanya melangkah menuju Azlani.

Azlani yang tadinya tengkurap kini merubah posisinya menjadi duduk menghadap Nissa. Ia menggeleng. "Gua berubah pikiran," katanya masih fokus dengan handphone-nya.

"Kamu masih marah sama orang tua kamu?" tanya Nissa bersimpati. Pasalnya selama perjalanan ke sini Azlani hanya diam dengan menekuk muka akibat sanggahnya untuk tidak diasramakan tak didengarkan oleh kedua orang tuanya.

"Nggak," jawab Azlani singkat, padat, dan jelas.

"Bener?" tanya Nissa merasa tak yakin.

Azlani menghela napas. "Iya, gua hanya belum terima hidup gua gini amat, ya?"

Nissa melirik pergelangan tangannya. Lima belas menit lagi kelas akan dimulai.

"Kamu mau disini terus? Soalnya mau aku kunci pintunya?" ujar Nissa memberi waktu untuk Azlani berpikir akankah dia beneran berniat membolos.

"Kunci aja gua juga males ke kelas," jawab Azlani diluar dugaan. Ternyata dia juga keras kepala. Azpani kembali tengkurap masih memainkan handphone-nya.

Bad Girl(Gadis Impian Ayah)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant