ϝιʋҽ🌱

3.6K 734 29
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Renjun dan Chenle tampak mengendap−endap di sebuah area perumahan Gangnam. Mereka tengah memata−matai sebuah rumah besar bergaya modern yang diketahui sebagai rumah Kim Yeri, target terakhir Renjun.

Sejujurnya Renjun malas melakukan hal konyol ini, namun ia takkan bisa menemui Kim Yeri ketika berada di kawasan sekolah.

Alasannya tentu saja Jaemin. Pemuda itu terus saja mengintainya.

Ia tak tahu apa yang direncanakan Jaemin, tapi ia sebisa mungkin menghindari pemuda permen kapas itu. Melihat wajah Jaemin hanya memperburuk suasana hatinya.





"Kau membuatku tampak seperti penguntit, Huang sialan!"

Chenle yang bersembunyi di belakang tubuhnya mengerang kesal. Yang lebih tua hanya memutar bola matanya.

"Kau sendiri yang ngotot ikut."

"Kau itu ceroboh. Kalau kau ketahuan bagaimana? Aku juga yang kau repotkan, kan? Lebih baik repot saja dari sekarang." Mata Renjun memicing tak suka.

Ucapan Chenle telah menyindirnya habis−habisan. Memangnya dia sebodoh itu apa?

Melihat ekspresi Renjun, Chenle langsung memelototinya

"Apa?! Aku paling benci kau tatap dengan mata ularmu itu!" Renjun mencebik, kembali mengedarkan pandangannya ke dalam rumah Yeri.




"Diam, kau lumba-lumba! Kita akan ketahuan kalau kau banyak bicara seperti itu!"

Chenle membuka mulutnya, sudah akan membalas ucapan Renjun namun pemuda bermata sipit itu menyela,

"Kalau kau mengomel lagi aku tak segan−segan menyumpal mulutmu dengan boxer Sicheng hyung."





Chenle yang memang dasarnya acuh langsung mengabaikan omelan sahabatnya itu. Ia berdiri perlahan lalu memutar pinggangnya ke kanan dan ke kiri.

Berusaha menghilangkan rasa pegal karena sedari tadi mereka membungkuk dan mengintip rumah itu dari celah pagar. Itu menyusahkan dan sangat merepotkan, tahu. Mereka sudah seperti pencuri pakaian dalam saja.





"Aku mau pulang saja. Aku lapar!"

"Cih, telan saja kerikil atau makan saja rumput di bawah kakiku. Itu akan mengurangi rasa laparmu."

Tangan Chenle reflek menoyor kepala Renjun dari belakang berulang kali dan di jawab 'mwo?' dengan bahasa bibir serta tatapan ketus yang justru tampak menggemaskan.





"Bicara denganmu seperti berbicara dengan bibi penjual ikan di pasar saja." Yang lebih muda mengeluh.

"Diam atau aku akan memperkosamu sekarang juga!"

"Oh, aku takut~"

Dua anak adam ini terus saja beragumen tanpa menyadari kalau ada sosok gadis manis berada tepat di samping mereka berdua dengan tangan yang terlipat di depan dada dan punggung yang menyandar pagar.

Mata bulatnya menatap sebal ke arah dua pemuda itu. Melihat tak ada respon apapun –karena dua orang itu sibuk mengolok satu sama lain, akhirnya ia pun berdehem.

Keduanya sontak menoleh dan wajah mereka memucat setelah mendapati tuan rumah tengah menatap mereka intens dan bibirnya mengulum seringaian iblis.





"Apa kegiatan menguntit kalian sudah selesai, tuan−tuan?"

Glek.

"Y−Yeriㅡ" Gadis itu berkacak pinggang lalu menjitak kepala Renjun dengan cukup keras.




"Pulang sana! Kalian berdua sudah seperti maling jemuran saja."

Renjun cemberut mendengarnya dan Chenle langsung memasang wajah stoicnya.

"Jawabanku tetap sama, Huang Renjun yang manisㅡ Eits, tak ada protes!" Bibir Renjun semakin maju ke depan. "Aku tidak bisa menerima tawaran kerja sama tak penting itu. Aku tak punya waktu untuk kencan tipuan itu."





Tangan Renjun langsung mengenggam kedua tangan Yeri dan ia memasang wajah ter-melas super duper menggemaskan yang siapapun takkan bisa menolaknya.

"Ayolah~ aku bisa jadi babu Jaemin kalau aku kalah. Kau tega sekali padaku." Yeri tersenyum lalu menepuk-nepuk pundak Renjun.




"Aku tahu niatmu baik, Jun. Sayangnya aku benar−benar tak bisa."

[☑]『 ᴊᴀᴇᴍ ᴊᴜɴ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang