Chap 1

3.2K 133 3
                                    

Cewek bar-bar.

Bar-bar.

Gadis ber-name tag Stella A. itu langsung mengeram kesal. "Sumpah ya! Gue nggak bar-bar. Emang salah kalau gue marah sama Adam?" kesal Stella berapi-api.

"Ya nggak salah sih. Cuma Lo jangan terlalu-"

"Terlalu bar-bar gitu maksud, lo? Gue cuma nyolot, abis itu narik kerah baju dia doang. Emang dianya aja yang lemah," sambar Stella dengan cepat.

"Ya tapi kan-"

"Lo sebenarnya ada di pihak siapa sih? Gue atau Adam?" tanya Stella marah sehingga membuat lawan bicaranya hanya memilih untuk diam. Berdebat dengan Stella dapat membahayakan kesehatan dan menghilangkan nyawa.

Setelah merasa capek karena beberapa kali mencak-mencak dan juga mendumel kesal, akhirnya Stella tertidur lelap di kasurnya. Ya walaupun posisi tidur Stella tidak ada anggun-anggunnya sama sekali tapi itu tidak masalah, yang penting segala omelan dan absenan hewan-hewan penghuni kebun binatang tidak lagi terdengar.

Flashback
"Lo balikin tuh buku atau gue tonjok muka sok ganteng lo itu?!" teriak Stella nyaring hingga membuat banyak mata tertuju pada Stella dan juga pria bernama Adam yang masih memasang cengiran mengejeknya.

"Yang punya nih buku aja diem. Kenapa lo yang sewot?" balas Adam yang membuat Stella naik darah. Ia pun segera maju mendekat kearah Adam dan langsung menarik kerah baju Adam. Matanya menatap Adam dengan tajam sambil mendesiskan kata, "Balikin atau kita berantem sekarang."

Adam pun masih menyunggingkan senyum mengejek. Stella yang melihat itu langsung menghempaskan tubuh Adam dengan keras sampai Adam tersungkur, bahkan sikunya pun terlihat mengeluarkan cairan berwarna merah. Dengan cekatan Stella mengambil buku berwarna hitam yang terjatuh dari tangan Adam lalu memberikannya kepada Retana, adik kelas Stella, pemilik buku berwarna hitam itu.

"Lain kali kalau penting jangan sembarangan naruhnya. Sana balik kekelas," ucap Stella yang membuat Renata mengucapkan terimakasih dengan cepat lalu segera pergi menuju kelasnya.

Stella berbalik dan menatap Adam yang sedang di bantu berdiri oleh para teman-temannya dengan tatapan tak bersahabat. "Lo kalau mau jadi cowok yang gentle dikit dong. Kalau mau cari lawan jangan sama cewek, apalagi yang lebih muda dari elo." Jeda sejenak, "Lagian cowok macem apa digituin doang langsung berdarah."

Setelah mengucapkan itu Stella segera pergi dengan memasang tampang tak berdosanya. Dari kejauhan Stella mendengar Adam yang berteriak, "Dasar cewek bar-bar! Gue sumpahin nggak bakalan ada yang demen sama jelmaan iblis kayak lo!" Namun bukan Stella namanya kalau tidak bisa cuek dengan cibiran dari cowok bermulut cewek seperti Adam itu.

"Lo adek gue yang kuat banget, La," lirih Stevan setelah mengingat kejadian disekolah Stella tadi. Ya, kejadian itu yang membuat Stella mendumel kesal seperti tadi. Setelah itu, Stevan menyelimuti tubuh Stella sebelum akhirnya ia beranjak pergi dari kamar Stella dan membiarkan adiknya tidur dengan nyenyak.

Malam harinya, Stella hanya diam sambil memegangi perutnya. Raut wajahnya tampak menahan sakit yang berada di area perutnya itu. "Kamu kenapa, La?" tanya Novi melihat anak gadisnya itu hanya diam sambil beberapa kali terlihat meringis menahan sakit.

"Lagi datang bulan, Bun. Sakit banget," jawab Stella lirih. Jika sudah seperti ini yang seharusnya Stella diibaratkan sebagai Singa lepas kandang maka sekarang Stella lebih terlihat seperti kucing yang lucu, imut-imut, dan juga jinak.

"Apa karena mau datang bulan kamu tadi berantem sama Adam?" tanya Abi yang langsung Stella jawab gelengan. "Terus kenapa bisa sampe berantem sama Adam?" tanya Abi lagi.

"Aduh, Ayah. Perut Stella sakit banget, besok aja Stella ceritain semuanya. Stella mau ke kamar dulu, tidur," jawab Stella sebelum dirinya pergi meninggalkan ruang makan sambil memegangi perutnya. Selalu begitu jika ia sedang datang bulan, sakit dan itu menyiksanya.

Apa? Mau bilang Stella lemah? Sini ayo gantian jadi Stella, biar tau rasanya sakit kalau lagi datang bulan.

***

"Gitu, Yah ceritanya. Lagian nggak ada guru BK yang ngasi surat peringatan kenapa Ayah bisa tau?" tanya Stella setelah selesai menceritakan mengapa dirinya dan Adam bisa bertengkar sambil mencomot kentang goreng yang dibuat oleh Sang Bunda beberapa menit yang lalu.

"Abang kamu yang cerita," Abi mendesah pelan mengingat kebawelan dan ketomboian anak perempuannya ini.

"Lo cerita mulu deh, Bang. Udah kayak cewek aja. Sekali-kali diem gitu lah," ucap Stella sembari melirik Stevan yang duduk didepannya. Sementara Stevan hanya diam, malas berdebat dengan adiknya itu.

"Ya untung aja kamu nggak dapet surat panggilan dari BK. Masa udah lulus masih aja bermasalah. Dalam 3 tahun Bunda sama Ayah udah 10 kali dipanggil karena kamu mau ngehajar anak orang," timpal Novi yang membuat Stella menyengir lebar. "Bunda hafal banget deh," jawab Stella dengan masih memasang cengirannya.

"Iyalah Bunda inget. Kan anak Bunda yang udah kayak jagoan cuma kamu aja. Liat tuh Abang kamu yang cowok aja nggak pernah dapet surat panggilan orang tua-"

"Ya itu sih deritanya Abang. Hidup udah aman-aman aja, sayang banget kalau dibiarin berjalan tanpa mencari kesalahan," cerocos Stella memotong ucapan Novi.

"Pokoknya nanti SMA Bunda nggak mau denger kamu dipanggil guru BK karena berantem," ucap Novi. "Mungkin satu semester cuma satu kali, Bun," celetuk Stella enteng.

"Ngejawab lagi! Emang ya kamu tuh suka banget bikin Bunda sama Ayah kesel," gemas Novi sambil mencubit pelan lengan Stella.

"Lagian hidup kalau di bikin lurus-lurus aja tuh nggak enak Bun. Harus ada belokannya dikit," ucap Stella sambil menggerakkan kedua tangannya agar lebih mendramatisir ucapannya.

"Kalau kamu bukan belok lagi namanya. Udah kelewatan jauh, sampe nyasar," timpal Abi. "Ntar deh pake GPS biar nggak nyasar," jawab Stella yang membuat Novi dan Abi hanya bisa mendesah pelan.

Ah, dasar Stella.

---
Hai, salam kenal semuanya. So, ini cerita pertama aku. And, i hope you enjoy.

Jangan lupa tinggalin vote and comment nya ya. Kritik atau saran juga boleh kok. Thank you so much✨

-Van.

Chasing You [END]Where stories live. Discover now