LOVESICK 03: Egg and Bacon

1.1K 204 33
                                    


Mood Song: CrushCrushCrush by Paramore


.


I hope you step on a lego.

-Huang Renjun-


.



Hal yang paling tidak Renjun suka ketika teman-teman band Mark menginap adalah: mereka itu hobi begadang hingga larut, lalu keesokan harinya bangun kesiangan dengan seenak perut. Mentang-mentang tur domestik mereka baru berakhir, dan dapat kompensasi untuk me-recharge energi dari agensi sebanyak lima hari, mereka jadi bertingkah sesuka hati.

Apalagi tadi malam, suara bising mereka (saat bermain game dan memetik dawai gitar sembarangan) sampai ke kamar Renjun di lantai dua. Itu membuatnya hilang konsentrasi ketika akan berangkat menuju tanah mimpi.

Terutama pemuda bernama Lee Haechan alias Fullsun sialan. Renjun ingin sekali mencuci mulut kotornya (yang seolah tidak pernah disekolahkan) dengan deterjen hingga bersih berkilau tanpa ada noda yang tersisa.

"Hei, selamat pagi, lho, kukira mom pulang hari ini..."

Renjun berbalik dan mendapati sosok Mark yang tengah berjalan masuk dapur, masih dengan wajah mengantuk dan mulut menguap lebar. Sempat juga dia memuji apron merah muda baru dengan motif peach yang membalut tubuh mungil si adik. Please! Ini demi menghindari cipratan minyak zaitun yang pasti bakal meninggalkan noda buruk rupa pada atasan baru miliknya.

Kenapa juga Irene mesti memberi Renjun amanat membuatkan makanan untuk para berandal itu sih? (Minus Mark ya, dia kakak paling baik sedunia.)

"Ini sudah sangat siang mister," Renjun menatap jarum pendek jam dinding yang menunjuk angka sepuluh. "... dan ibu masih harus ada di Jeju sampai hari Rabu. By the way, mau scramble atau sunny-side untuk telurmu?"

Belum sempat Mark menanggapi, satu suara riuh mirip terompet tahun baru segera saja menyambar pertanyaan itu.

"Wah! Wah! Wah! Telur Mark mau dijadikan orak-arik atau mata sapi?! Telur yang mana ya, sayangku??"

Speak of the devil. That's him, that's Lee Haechan for you, ladies and gentlemen...

Mark buru-buru menjawab tanya Renjun demi meminimalisir keributan ala gadis-gadis PMS di depannya. "Mata sapi saja, terima kasih." Dia lalu duduk pada satu dari beberapa kursi yang berderet menghadap meja counter panjang. Diraihnya sebotol air mineral untuk mengusir rasa haus setelah bangun tidur.

Niat memukul kepala Haechan dengan spatula, terpaksa Renjun tunda. Memang benar, lebih baik seduhkan ramen instan atau pesan delivery saja daripada dia mesti repot-repot memasak untuk mereka.

"Hehehe, jangan marah dong, aku mau scramble egg ya, langsung diberi garam dan lada..."

Dengus kesal terdengar, namun dia tetap melakukan hal yang Haechan pinta.

"Selamat pagi! Apa ada yang bisa kubantu??" Jaemin muncul beberapa menit kemudian, sudah harum sabun melati ditambah senyuman secerah mentari.

Renjun menuding kursi di sebelah Haechan. "Nope. Duduk saja di sana, katakan kau ingin telur macam apa, dan tolong jangan banyak berkomentar lagi setelah ini."

Dititah dengan nada bicara bagai tiran begitu, membuat Jaemin angkat tangan menyerah lalu buru-buru bergabung bersama Mark dan Haechan. "Sunny side, tolong agak matang ya kuning telurnya..."

"Jeno belum bangun?"

"Sedang mandi." Jaemin diam-diam bergerak untuk mengisi cangkirnya dengan espresso dari mesin pembuat kopi. "Mana mau dia bertemu belahan hati masih dengan kotoran mata dan tubuh belum wangi..." bisiknya pada Haechan kemudian sambil meringis geli.

Yang jadi teman bergosip hanya terbahak, namun tidak sampai menarik perhatian koki dadakan yang sibuk menumis brokoli dan bacon di sebelah telur, atau juga si kakak laki-laki yang sungguh sayang pada sang adik tiri.

Mark itu punya brother-complex, namun sering menyangkal tidak mau mengakui. Hanya saja, perihal Jeno yang menaruh hati pada Renjun seringkali terlewat dari radarnya, entah disengaja, atau dia kelewat bodoh, tidak tahu juga...

Setengah jam kemudian, Jeno baru muncul di dapur dengan wajah ceria.

Ide untuk menjahili Jeno langsung saja mengilhami otak jenius Haechan. "Oi, kau berbuat apa saja di toilet, huh? Lama sekali..." Dia bertanya dengan senyum lebar pura-pura curiga. "Sedang diare? Atau melakukan hal lain?" Kepalan tangan kanannya digerakkan naik-turun dengan gestur eksplisit.

Pipi Jeno bersemu merah jambu, saat ringisan nakal teman-temannya (Jaemin dan Haechan) membuat dia malu.

Tolong jangan di depan Renjun juga, duh, dia 'kan harus bisa menjaga sedikit wibawa...

Nyaris saja dia berserk (Jeno berniat memiting leher Haechan, atau menyikut perut Jaemin), kalau bukan karena senyum manis Renjun yang menghentikan tindakannya.

Oke, dia tidak salah lihat 'kan? Pagi-pagi (sudah siang, bung!) begini sudah kejatuhan bulan, dapat senyuman Renjun akibat dari ocehan tidak bermutu para teman jahanam. Baiklah, kali ini Jeno akan memaafkan kalian...

"Duduklah, makananmu sudah siap," Renjun bicara padanya seraya menunjuk spot kosong di sebelah Jaemin.

"Huh?"

"Aku membuat orak-ariknya half cooked sesuai seleramu."

"O-oh, oke, terima kasih."

Sepiring menu buatan Renjun tersaji di hadapan, dan dia langsung tahu, telur macam apa yang Jeno suka tanpa harus bertanya.

(Kenapa hanya karena hal sepele macam begini, dia tiba-tiba merasa sangat bahagia??)

Satu siulan nyaring bergema. Itu Jaemin yang pura-pura pasang tampang tidak berdosa setelah melakukan aksinya.

"Seperti adegan pasutri di pagi hari, ugh, so sweet sekali, membuatku jadi diabetes tak terkendali!" Kunyahan mulut Haechan tidak berhenti, dia malah meringis dengan sudut bibir ternoda minyak, ditambah saus tomat yang membercaki kedua pipi.

Dahi Renjun mengerut, sementara semburat merah makin gencar memulas wajah drummer tampan di depannya.

Melihat itu, mulut pedas Renjun langsung saja balas berkomentar sinis. "Jangan bicara selagi mulutmu penuh terisi, dasar bab*!" Setelahnya dia langsung melenggang pergi. Lebih baik dia sarapan di kamar, daripada berbaur dengan teman-teman Mark yang sungguh tidak punya sopan-santun begini.

Ledakan tawa Jaemin adalah hal pertama yang menjadi reaksi. Hela napas Mark menyusul setelah sadar apa yang bakal terjadi nanti.

(Untuk selanjutnya, silakan saja tebak sendiri...)

Ringisan Haechan langsung hilang, terganti oleh ekspresi tersakiti sekaligus ingin menguliti. "EEH?! APA KATAMU TADI? FU*KERS! COBA SINI, KATAKAN SEKALI LAGI!!" Garpu di pegangan tangan diacungkan tinggi-tinggi sebagai isyarat ajakan perang akibat sakit hati.

"Oh, ya ampun..." hela napas Mark terdengar lagi. Dia hanya ingin makan dalam damai, duh kenapa rasanya susah sekali...

Samar-samar, jerit Haechan yang menjanjikan 'neraka' untuk Renjun masih terdengar-berlatar tawa Jaemin dan tanya bingung Jeno mengenai kepergian mendadak Renjun dari dapur rumah Keluarga Lee.

Benar-benar rutinitas pagi hari Sugar Pain yang sungguh penuh harmoni.


.


Tbc~


.


.


Maafkeun untuk harsh word yang bakalan ada di mana-mana (tapi disensor kok, tenang aja, en silakan tebak sendiri, hehehe)

Terima kasih buat kalian yang sudah mampir, see you en ciao!!

LOVESICK - NORENWhere stories live. Discover now