☆Chapter 13☆

1.3K 151 59
                                    

[ Chapter terakhir ]

Siang ini cuaca sedang sangat mendukung untuk melakukan aktifitas diluar ruangan. Matahari tidak terlalu terik memancarkan sinarnya, angin pun bertiup dengan sepoi-sepoi membuat siapapun yang bersantai diluar pasti akan dirasuki rasa kantuk karena terasa sangat nyaman.

Byeong Kyu tengah menikmati waktu tenangnya di markas setelah pagi tadi sibuk bersitegang di sekolah dengan temannya yang sungguh sangat menyebalkan dan selalu ingin mencari gara-gara dengannya. Untung saja perempuan, jika lelaki sudah dia hajar habis-habisan.

Terlalu larut menikmati hembusan angin yang membelai wajahnya, dia tidak menyadari jika Won Ho datang sembari membawa banyak makanan dipelukannya.

"Ei yo!" Seruan yang dibarengi suara berisik dari makanan yang diletakan cukup kasar di meja, membuat Byeong Kyu membuka mata dan mendelik sebal pada si pelaku.

"Tidak bisakah kau datang dengan tenang?" Protes Byeong Kyu.

Won Ho tak menjawab. Dia hanya tersenyum lebar dan membuka bungkus keripik kentang membuat Byeong Kyu berdecak dan kembali memejamkan matanya.

"Hei, bukankah ini aneh?"

"Aneh apa?"

"Ini sudah lebih dari satu bulan tapi keadaan terlalu tenang."

Suara krauk krauk dari gigitan dan kunyahan Won Ho membuat Byeong Kyu tak bisa melanjutkan istirahat tenangnya dan bergabung dengan sahabatnya itu.

"Kau tahu maksud dari tenang sebelum badai datang?"

Won Ho mengangguk.

"Itu dia. Saat ini itulah yang sedang terjadi. Jadi tetaplah waspada."

"Aku tahu itu. Maksudku, apa Sehun tidak ingin segera menjalankan rencana yang sudah kita buat? Hei, rencana yang kita buat sudah matang, dan kini orang-orang yang bergabung mulai merecokiku dengan banyak pertanyaan. Mereka bingung kenapa Sehun tidak juga melakukan penyerangan?"

Byeong Kyu menghela napasnya. "Kau tahu sendiri alasannya."

Won Ho mengangguk-anggukan kepala. "Ya ya, gara-gara perempuan bernama Jiyeon itu Sehun jarang sekali menghabiskan waktu dengan kita. Bahkan untuk berkumpul dan membicarakan soal rencana penyerangan saja dia sering absen dan memilih menghabiskan waktu dengan perempuan itu. Sungguh Byeong Kyu, aku kesal. Sejak Sehun dekat dengan Jiyeon, dia benar-benar seperti melupakan kita."

"Hei, aku tidak begitu."

Byeong Kyu dan Won Ho menoleh bersamaan ke arah sumber suara.

Itu Sehun.

"Oh, kau masih ingat jalan kemari ternyata." Sindir Won Ho pada Sehun. Pasalnya ini sudah delapan hari pria Oh itu tidak menginjakan kaki di markas. Biasanya paling lama hanya dua hari saja dia absen tidak ke markas.

"Hei tenang. Kenapa kau terlihat emosi seperti itu?" Sehun mendudukan diri, bersebrangan dengan Won Ho dan Byeong Kyu.

Won Ho hendak menjawab namun Byeong Kyu menahannya dan berbicara.

"Ini sudah lebih dari satu bulan sejak pembicaraan rencana penyerangan dengan orang-orang yang tergabung, dan kau sama sekali belum mengambil keputusan mengenai kapan penyerangan ini akan dilakukan. Mereka mulai bingung dan terus bertanya pada kami. Dan kami tidak bisa melakukan apapun karena keputusan terakhir ada padamu."

Sehun hanya diam. Dia merasa bersalah karena sudah mengesampingkan urusan yang memang sudah menjadi tujuannya dari dulu. Tapi bukannya melupakan atau mengabaikan, hanya saja akhir-akhir ini dirinya terlalu sibuk dengan Jiyeon. Mereka sudah lebih dekat dari sebelumnya, jadi dia merasa sulit untuk lepas atau berjauhan dengan perempuan itu.

What If Love [COMPLETE]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora