17. Usaha Pendekatan [2]

13.7K 1K 26
                                    

Saat ira ingin menjawab ucapan lila sudah ada ucapan lain yg menyela nya.

*

"Ira kenapa?" Tanya ana yg datang dengan mendorong kursi roda nya ke arah ira dan jangan luapakan galuh di samping nya.

Ira pun menghampiri ana dengan wajah cemberut nya membuat ana heran dengan gadis mungil ini.

"Ka ana. Memang nya ira jelek?" Tanya ira dengan wajah cemberut nya.

Ana tersenyum mendengar pertanyaan ira. "Ira cantik ko. Semua wanita kan cantik"

"Kalo ira cantik berati kaka tampan mau dong sama ira" ucap ira dengan semangat.

"Ira tidak cocok dengan kaka tampan. Ira lebih cocok dengan galuh" ucap galuh pede.

"Tidak mau. Galuh tidak tampan seperti kaka tampan" ucap ira ketus. Ana tersenyum lembut kepada mereka.

"Ira tidak baik berbicara ketus seperti itu" ingat ana lembut membuat ira tambah kesal.

"Udah ahhh yuuu kita main aja" ajak anak lelaki lain yg di angguki semuanya. Mereka pun bermain bola bersama lg meninggalkan ana dan arthur berdua di bawah pohon.

Sejak tadi arthur memperhatikan ana yg berinteraksi kepada anak anak disini. Bagi nya hati ana selalu lembut. Senyuman dan mata teduh nya selalu membuat orang nyaman berada di dekat ana.

"Ada apa arr kmu kesini?" Tanya ana heran.

"Ga boleh?" Tanya arthur balik.

"Boleh ko. Cuman tumben aja ko kmu kesini dan kmu tau dari mana rumah aku disini?" Tanya ana lg. Ana heran saja tumben arthur kesini dan tau dari mana jika ana tinggal disini? Dan ana bingung dengan sikap arthur yg seolah olah ia perduli dengannya.

"Letta" jawab arthur singkat. Ana pun menganggukan kepalanya  mengerti. Ana tau jika arthur tau dri letta.

Hening sejenak di antara kedua nya. Hingga suara arthur membuyarkan keheningan.

"Mau jalan?" Tawar arthur. Ana melihat ke arah arthur yg duduk di bangku yg sudah di sediakan disini. Dan menjawab.

"Aku ga bisa jalan aku pake kursi roda" jawab ana dengan senyum lembut nya. Dirinya sudah biasa mendegar hal itu. jadi ana tidak merasa tersinggung sma sekali. karna memang benar, dirinya cacat dan tidak bisa berjalan.

Arthur melihat ke arah. Dan mata biru nya menatap mata abu abu teduh milih ana. Arthur nyaman melihat mata itu dengan senyumnya ana walapun ia tau ada rasa kesedihan di dalam mata teduh nya dan senyum manis nya.

"Gw Bukan bermaksud nyindir lo. Gw mau ajak lo keluar, lo mau?" Ucap arthur panjang. Ana terpaku dengan kalimat arthur yg melebih 2 kata tersebut.

"Gw anggap jawaban nya iya" ucap arthur berdiri dan mendorong kursi roda ana menuju mobil nya. Namun ana menahan nya terlebih dahulu.

"Tunggu dulu arr aku belum izin ke bunda. Dan aku belum ganti baju" ucap ana membuat arthur memutar kursi roda nya menuju rumah panti.

Saat sudah di dalam arthur melihat seorang wanita paruh bawa yg sedang bersantai di ruang tamu.

"Ehhh ada teman nya ana" ucap bunda rara saat menyadari orang lain berada di panti nya.

Arthur pun menghampiri bunda dan bersalaman kepada bunda. Sedangkan ana segera pergi ke kamar nya untuk berganti pakaian.

"Teman sekolah ana atau pacar ana?" Tanya bunda menggoda arthur. Arthur tersenyum simpul mendengar godaan itu.

"Teman sekolah bu" ujar arthur seramah mungkin.

Different [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang