Prolog

2K 216 69
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.
Sabtu, 24 Juli 2021.


"Cerita Hanan sudah direvisi oleh penulis dari versi pertama. Jadi, di cerita kali ini akan memakai alur baru yang berbeda dengan versi sebelumnya."

Karena ini bab prolog. Can give me a vote?
A positif coment?

Okey. Selamat malam minggu wahai para ukhti yang sedang halu punya suamiable kayak Hanan!

SELAMAT MEMBACA!💛😍


•Prolog•

Karena percuma aku mengejar sesuatu yang tak mau digenggam.

-Hanan-
By AayuuSR

🪴🪴🪴

"Gue capek ngejar lo, Han."

Ucapan lelah dengan nada begitu lirih dari gadis yang berdiri di depannya tidak membuat pemuda tampan tersebut goyah. Dia masih memasang wajah datar dan sorot mata dingin, sama sekali tidak terganggu dengan air mata yang perlahan menyusuri pipi mulus Mardhea. Dalam sekali lirikan, semua orang bisa tau jika gadis itu tidak lagi mampu menahan luka hanya untuk mengejar pemuda yang sedari awal sudah memberi penolakan.

Hanan Aldinata Sagara.

Apa dia terlalu sempurna sehingga begitu sulit untuk diraih?

Atau memang Mardhea yang tidak pantas bersama dengan pemuda impiannya?

"Gue nyerah," lanjut gadis itu miris. Tangannya mengusap kasar air mata yang begitu lancang membasahi wajah. "Setelah hari ini gue akan berusaha buat jauh dari lo. Maafin gue yang udah ganggu hari-hari lo selama ini."

Tidak ada balasan apa pun yang terdengar. Sulung Sagara masih bungkam dengan sorot mata tak terbaca. Menatap lurus ke depan. Karena Mardhea memang lebih pendek darinya, jadi tinggi gadis itu tidak menghalangi pemandangannya menatap gedung-gedung tua di belakang sekolah. Saat ini mungkin hanya tinggal beberapa murid saja, jam pelajaran sudah selesai dari setengah jam lalu. Dan Hanan terjebak dengan gadis yang kini tertawa dalam tangis.

"Lo gak mau ngomong apa pun sama gue? Nahan gue biar gak nyerah kek seolah lo punya rasa sama gitu. Gini amat cinta bertepuk sebelah tangan," omelnya antara kecewa dan kesal.

Kali ini kepala Hanan menunduk. Mata hitam legamnya menatap tepat di manik abu-abu Mardhea membuat pipi gadis itu merona. Dia salah tingkah secara tiba-tiba.

"Makasih udah menjauh."

Namun, ucapan itu membuat Mardhea tertegun. Air matanya jatuh kembali, dadanya terasa sesak. Kedua tangan terkepal erat di samping tubuh.

"Dhe, lo bukan tujuan gue, jadi gak ada yang bisa gue kasih buat lo," lanjut Hanan tegas. Ekspresinya masih sama— datar.

Mardhea mengangguk. Mencoba belajar menerima keadaan. Hanan kembali menegakkan kepalanya, memasukkan tangan ke dalam saku, dan berbalik pergi tanpa pamit. Gadis yang ditinggal masih menatapnya penuh harap jika pemuda itu akan memutar badan dan berkata: Tapi, boong!

Kekehan miris terdengar. Apalagi yang bisa dia harapkan? Bukankah Hanan telah mengatakan jika Mardhea bukan tujuan?

"Apa ..." Ucapan gadis berhijab sedada itu menggantung, tetapi mampu menghentikan langkah pemuda yang dicintainya. "Apa Qonita tujuan lo?"

Diam lama. Hanan tidak menggeleng atau mengangguk. Mardhea menunggu. Menanti jawaban yang membuat dirinya tergugu.

"Ya."


***



How how???

Gimana bab prolognya?
Greget, gak?

Prinsip aku pas nulis sih:

KALAU GAK SAD, GAK ASIK!

Hahhaa!

Tapi, cerita ini gak akan berat banget, kok. Soalnya genre teenfict dan konfliknya gak terlalu terasa. Aku juga ingin lebih berbagi nuansa islaminya aja, ditambah misteri, dan bumbu cinta, ihiy.

Ehm ... can you help me for share this story' to your friends? And tag my Ig ayusumbari03_

RAJIN-RAJINLAH KOMENTAR KALAU MAU UP CEPET😍

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh!

See you🤪

Hanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang