That Night

155 49 36
                                    

Langit sudah gelap sejak lama , sekarang pukul delapan malam . Dipta mendorong lemah pintu kaca minimarket lebah itu . Mulutnya mengunyah coklat batangan dengan wafer di dalam nya itu semangat .

Sekitar 500 meter untuk mencapai minimarket di dalam komplek itu dari rumah Dipta . Mood nya sedang jelek jadi Dipta memutuskan untuk membeli beberapa cemilan dan keperluan lainnya.

Tubuhnya melangkah pelan dengan tangan kanan nya melipat ke tangan kiri . Dingin . Cardigan maroon-nya tidak terlalu berpengaruh menghalau udara dingin. Rambut Dipta yang terurai bahkan mulai bergerak dibawa angin .

Langkahnya mulai mendekat ke gang yang bisa dibilang cukup mengerikan , itu gang dengan pohon rindang tinggi yang biasanya ramai di siang hari namun setiap malam datang gang itu jadi sepi bukan main. Benar saja , angin yang berhembus malam itu , sukses membuat Dipta merinding .

Kaki Dipta melangkah cepat . Tangan nya memegang erat dua plastik putih sedang itu . Mencoba menetralakan otak . Sampai...

Akk!!

Bukkk!!

Dipta membulatkan matanya , langkahnya berhenti saat itu juga.

Ada keributan di depan nya . Setelah gang gelap itu ada pertigaan . Dipta bisa jelas memdengar bahwa jalur yang harus nya dia lewati mungkin takkan bisa dia lewati karena kebisingan itu.

Anj**g lo ya!

Apa ha!?

"Bukk" "bukk"

Dipta memberanikan diri mendekati asal suara , bersembunyi dibalik salah satu batang besar pohon rindang itu. Dia tau kehadiran nya tidak akan diketahui dari sana.

Matanya membelalak ada tiga orang disana , salah satunya Dipta kenali. Anak kelasnya Bhisma. Dengan bengisnya memukul orang yang sekarang tersungkur di tanah dan disudutkan pada trotoar.

"Bukk"

Satu tinjuan itu bukan hanya menyakitkan dan mengejutkan untuk orang yang sedang dipukuli itu . Tapi juga untuk Dipta. Sekarang matanya sudah membulat sempurna , tangan nya menutup mulut nya yang melebar karena terkejut. Nafasnya tercekat . Saat kepalan itu mendarat kasar pada wajah cowo yang masih tersungkur itu , wajah samping cowo itu terlihat.

Recka . Cowo itu memegang pelipis bibir nya.

Dipta memandang takut. Sampai otak nya memutar ide yang ia anggap bagus . Tangannya membuka playlist lagu nya , memutar lagu dengan volume besar .

Rasanya ide nya berhasil Bhisma langsung menoleh . Wajah nya menjelaskan keterkejutan nya . Setelah menatap Recka lagi dengan tatapan marah , Bhisma memandang temannya dan pergi membawa motornya . Dan hilang.

Dipta mengintip dari  sisi kanan pohon memastikan . Matanya hanya melihat Recka yang masih tersungkur masih memegang pipinya .

Dalam langkah takut dan ragu Dipta keluar dari balik pohon besar itu . Sekarang posisinya tepat lurus dengan tubuh Recka yang masih duduk menunduk , salah satu kaki nya menekuk sedang yang lain lurus .

Sekitar 7 langkah memisahkan dua individu itu . Keduanya sama-sama diliputi pikiran kalut . Dipta memikirkan bagaimana bisa melewati cowo itu tanpa merasa bersalah atau takut . Sedang Recka masih diam dengan sorot matanya kesal.

***

Aku menatap Recka , masih bertanya-tanya sebab dari pukulan bhisma , teman sekelas ku itu ke wajahnya. Bagaimana dua orang itu bisa sampai saling memukul  dan lain-lain.

Hi,Hello?Where stories live. Discover now