Prolog

102 3 0
                                    


Pada sebuah lorong yang sepi, seorang siswa dan siswi tengah saling mengobrol serius.

Ralat, lebih tepatnya adu mulut. Sudah bukan rahasia umum lagi kalau keduanya sering terlibat pertengkaran. Bagaikan anjing dan kucing. Tapi di sini yang anjing diperankan oleh si perempuan karena sifatnya yang liar sementara kucing pantas disematkan untuk yang lelaki.

Siswi tersebut melipat tangannya di atas dada. Terdapat ukiran bedge nama bertuliskan Bianca Latasya Putri pada kemejanya yang ia keluarkan dari rok mini kotak-kotak hitamnya yang sengaja dikecilkan sehingga lekuk tubuhnya terbentuk sempurna.

"Baru aja hari pertama masuk sekolah, udah ketemu lo aja." Bianca berdecak malas sambil memutar bola matanya.

"Setelah selama tiga minggu liburan semester ganjil kemarin lo tetap sama aja ya? Gak ada perubahan." Ujar siswa yang menjadi lawan bicara Bianca.

"Terkadang berubah itu menyakitkan Pak ketos."

Raihan Dwi Anggara. Menjabat sebagai ketua osis di SMA Dark Grey High, sekolah swasta milik Dark Grey Group. Dark Grey high merupakan sekolah elite menengah ke atas. Sekolah yang terkenal akan peraturannya yang ketat, disiplin, berfasilitas lengkap dan mahal. Tapi di setiap ada putih, pasti juga ada hitam. Dark Grey High terkenal akan kekerasan dalam pembullyan di sekolah. Tapi banyak yang menutu mata tentang masalah ini.

Raihan adalah siswa teladan dambaan para guru dan menjadi ketua osis bersejarah karena pemilihannya dipilih langsung oleh para guru termasuk kepala sekolah tanpa campur tangan murud lain termasuk anggota osis. Sayangnya semester ini adalah semester dimana ia harus turun jabatan.

"Permisi deh ya, gue ada urusan." Pamit Bianca sok sopan sambil membungkukkan kepalanya sekali.

Baru saja Bianca hendak berjalan kearah datangnya Raihan, tangan kekar milik cowok itu secara tiba-tiba mencekal tangan Bianca hingga membuat langkahnya terhenti.

"Lapangan upacara kearah sana" Ujar Raihan menunjuk arah berlawanan dari arah Bianca. "Tiga minggu libur sampai buat lo hilang ingatan?" Tanya Raihan tanpa menatap lawan bicaranya.

Bianca melepaskan tangannya dari cekalan Raihan. "Siapa bilang gue mau ikut upacara? Bisa melepuh kulit cantik gue." Bianca mengusap kulitnya yang tadi dicekal Raihan.

Raihan membuka buku catatan kedisiplinan yang ia bawa sejak tadi. "Pelanggaran pertama, melanggar tata tertib sekolah dengan tidak mengikuti upacara." Raihan berucap sambil menarikan pulpennya.

"Basi." Balas Bianca muak.

"Pelanggaran kedua, memakai sepatu yang selain warna hitam bertali putih." Lanjut cowok itu sambil memperhatikan kaki Bianca yang terbalut sepatu berwarna merah terang.

Mau tidak mau, Bianca pun ikut menunduk untuk melihat sepatunya, lalu mendongak untuk menatap Raihan tajam. "Heh Pak, ini tuh sepatu baru gue. Harganya tuh mahal. Lagian ini gue beli buat pamer sama Annetha cewek centil itu."

"Pelanggaran ketiga, Kemeja lo kekecilan plus gak lo masukin. Dan rok lo itu terlalu pendek." nampaknya Raihan tak peduli pada segala makian Bianca. "Apa lo gak punya duit buat beli di Koperasi sekolah?"

"What? Lo kira gue gak--"

"Pelanggaran keempat, lo gak pakai dasi."

Bianca menghembuskan nafasnya malas.

"Pelanggaran kelima" Raihan mengambil sejumput rambut Bianca dengan raut rada jijik, "semester ganjil kemarin rambut lo warna merah, sekarang lo cat warna coklat. Padahal udah gue pesen buat ubah warna hitam 'kan? Apa lo buta warna, aunty?"

Bianca mendelik kesal, "lo kira gue tante-tante apa? Dan gue gak buta warna!"

"Pelanggaran keenam riasan lo berlebihan."

"Lo sedetail itu ya merhatiin gue?" Tanya Bianca sinis.

"Sekarang hapus lipstick lo."

"Enggak."

"Hapus!"

"Enggak akan!"

"Lo hapus atau gue--"

"Atau lo apa?" Bianca menaikkan kedua alisnya dan mengangkat dagunya.

Sejenak, Raihan kehilangan kata-kata.

"Apa?" Tantang Bianca.

"Atau gue yang hapus pakai bibir gue?" Balas Raihan berani.

Kini giliran Bianca yang terdiam. Terkejut mendengar pernyataan Raihan yang seberani itu. Raihan dikenal sebagai siswa yang baik, taat peraturan, disiplin, tidak neko-neko, apalagi bad boy. Raihan itu good boy. Jadi begitu mendengar pernyataan dari cowok itu barusan merupakan sesuatu yang mengejutkan dan sulit dipercaya. Tapi Bianca justru tertantang, ia ingin bermain di sini.

Sementara Raihan juga diam-diam terkejut ketika menyadari ucapannya yang sangat konyol. Dan Raihan berharap, Bianca menolaknya

"Gue tetep gak akan hapus lipstick gue." Kekeuh Bianca menyunggingkan senyum liciknya. "Silahkan kalau lo.... mau bersihin dengan bibir lo."

Raihan menelan ludahnya. Harapannya pupus sudah. Ia lupa siapa yang ada di hadapannya ini. Seorang Bianca Latasya Putri, penyandang bad girl di sekolah.

"Lo nantangin gue?" Tanya cowok yang mengenakan jam tangan hitam itu berusaha tenang. Bodoh harusnya gue gak ngomong gini. Batin Raihan menyahut.

"Bukannya lo yang nantangin gue? Jadi gue terima tantangan lo."

Raihan benar-benar kesal saat ini. Ia terjebak dalam permainannya sendiri. Niatnya ingin membuat Bianca takut tapi justru ia yang ketakutan. Ia tidak ingin senyum remeh itu terukir lagi dan ditujukan untuknya. Maka, Raihan dengan penuh tekat harus menyingkirkan rasa takutnya dan menunjukkan pada Bianca bahwa ia berani.

Dengan tiba-tiba Raihan mendorong tubuh Bianca ke dinding dengan cukup kuat. Bianca terkejut luar biasa dan punggungnya terasa agak nyeri karena terbentur dinding tembok lumayan keras. Keterkejutannya semakin bertambah ketika Raihan mengepungnya dengan satu tangan disisi.

"Lo..." Bianca terbata.

"Kenapa? Lo berubah pikiran? Lo bakal hapus sendiri lipstick lo 'kan?"

Sebenarnya Bianca agak takut, tapi ia juga tertantang. Ia ingin Raihan membuktikan ucapannya. Lagi pula, ini hanya kiss, itu hal biasa bagi Bianca Latasya Putri.

"Gak. Gue gak berubah pikiran!" Ujar Bianca penuh penekanan sambil mendekatkan wajahnya pada Raihan sehingga

Raihan semakin kesal dibuatnya, lantas ia memajukan wajahnya untuk mencium Bianca dan secara refleks Bianca memundurkan wajahnya ke tembok bersamaan dengan kedua matanya yang tertutup.

1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik

Sedikit demi sedikit, pelan tapi pasti Bianca mulai membuka matanya ketika sudah lima detik ia lewati tapi ia belum merasakan kiss dari Raihan.

Betapa terkejutnya Bianca ketika Raihan sudah tak ada di hadapannya lagi. Hanya ada udara kosong di hadapannya. Bianca memutar pandangannya ke sekeliling dan tetap tak mendapati keberadaan Raihan.

"Sejak kapan tuh cowok pergi?" Tanya Bianca pada dirinya sendiri. "Dasar banci." Senyum miring terulas di wajahnya.

BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang