Chapter 12

2.9K 368 68
                                    

And yet, the wasted emotion of jealousy continue to be present in our life


Tidak ada yang istimewa pagi ini, seperti biasa Wang Xuanyi dibantu dengan dua orang maid bersiap untuk ke sekolah. Seragam berwarna merah maroonnya dipadukan dengan sepatu hitam rancangan salah satu rumah design terkenal. Sebuah jepit berhiaskan berlian tersemat indah diantara rambutnya yang sudah dikeriting. Wajahnya sedikit dibubuhi make up tipis. Sempurna.

Merasa semuanya sudah beres, Xuanyi turun dari kursinya, melangkah dengan riang menuju ruang makan.

Di ruang makan, kedua orangtuannya sudah duduk tenang, menikmati sarapan masing-masing.

"Morning mom, dad" Zi Xuan menyambut sapaan itu dengan memberikan ciuman dikedua pipi putri kecilnya. Sedangkan Yibo hanya melirik sebentar lalu bergumam sebelum kembali fokus pada sarapannya.

"Xuanyi"

Dengan cepat fokus makan Xuanyi terlalihkan pada sang ayah. Mengingat betapa jarangnya Yibo berbicara dengan Xuanyi, wajar jika Xuanyi merasa sangat bahagia tiap kali diajak bicara oleh ayahnya.

"Berhenti menggunakan make up, umurmu masih terlalu kecil"

"Make up yang dia gunakan itu aman untuk anak kecil Yibo, jangan khawatir" Zi Xuan membalas dengan nada santai.

"Bukan itu masalahnya, Xuanyi masih kecil, tidak pantas dia berpenampilan seperti orang dewasa"

"Ck! Yibo kau terlalu kolot. Sekarang sedang trend, anak-anak juga menggunakan make up, sudahlah jangan dipermasalahkan toh media juga tidak mengkritik penampilan anak kita, Xuanyi bahkan dipuji karena penampilannya ini"

Tidak ingin berdebat dan merusak pagi harinya, akhirnya Wang Yibo memilih untuk diam meskipun didalam hati masih tidak terima. Xuanyi masih berumur empat hampir lima tahun, tapi Yibo merasa memiliki putri berusia 16 tahun, mengingat cara berpakaian putrinya yang terlalu wah itu.

Sedangkan Xuanyi hanya bisa diam mendengar kata demi kata yang terlontar dari kedua orangtuanya. Orangtuanya memang tidak pernah sepemahaman, terkadang Xuanyi bingung siapa yang harus dia turuti.

.

.

.

"Paman!"

Wang Yibo menoleh kemudian tersenyum kepada seorang gadis kecil yang berlari kearahnya diikuti dengan saudaranya.

"Paman sudah lama menunggu?" Yibo hanya menggeleng sebagai jawabannya.

"Lihat paman! Mommy membuatkan makan siang" Dengan semangat, Chengxiao menunjuk kotak tiga susun yang dipegang oleh Fanxing.

"Paman pasti sudah makan" Niatnya ingin mengajak Yibo makan, tapi Fanxing terlalu malu untuk mengutarakannya, jadilah yang keluar dari mulutnya tidak sinkron dengan niat hatinya.

Bersyukurlah, hampir dua minggu mereka rutin bertemu, sehingga Yibo agaknya mengerti sifat Fanxing. Dengan senyum jahil, Yibo mencubit gemas pipi Fanxing, "Ei, paman belum makan, kan paman menunggu kalian" Kalimat itu sukses membuat wajah Fanxing memerah, antara malu dan kesal.

"Masakan Mommy enak kan paman?"

"Iya, masakan Mommy kalian enak sekali" Yibo tidak berbohong, memang masakan ibunya si kembar enak. Ah, dia jadi teringat Xiao Zhan, apakah dia sudah bisa masak sekarang?


FLASHBACK

Wang Yibo pulang lebih awal siang itu dengan perasaan tidak enak, seperti akan ada hal buruk yang terjadi.

White Rose (Yizhan)Where stories live. Discover now