19. Mr. losers Park

1.7K 193 90
                                    

Maaf kalau banyak typo...
.
.
.
.
.
.

Entah sudah berapa menit terlewati mungkin setengah jam sudah ada sejak Sehun duduk di lantai dingin depan kamarnya. Pandangannya kosong menatap kedepan, di pikirannya hanya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang Chanyeol yang masih betah didalam kamar. Suara barang-barang yang terbanting dengan naasnya, sudah tidak terdengar lagi. Meski begitu di hatinya mesih penuh dengan kekhawatiran pada suaminya. Sehun ingin mengetuk pintu itu tapi terakhir kali ia mengetuknya suara pecahan dari dalam semakin keras, itu membuatnya takut. Seolah 'mimpi buruk' di masa lalunya terulang kembali.

Pada akhirnya yang yang dapat ia lakukan hanyalah berdiam di depan kamar dan memberi waktu untuk Chanyeol tenang di dalam sana. Bibi Kim yang tadinya ingin memanggil Sehun jika makan siang sudah siap, kini hanya berdiri di anak tangga sembari menunjukan raut iba pada tuannya tersebut. Wanita yang sudah bekerja semenjak  suami istri tersebut menempati rumah ini, tidak mengerti apa masalah yang membuat pasangan yang biasanya kalem tanpa pertengkaran menjadi seperti ini.

Sangat dirasa tidak sopan bila mempertanyakan masalah rumah tangga majikannya, Bibi Kim lantas turun kembali dan melanjutkan pekerjaannya.

Suara pintu yang dibuka dari dalam langsung membuat Sehun tersadar dari ketermenungannya. Lelaki manis itu berdiri dan seketika berhadapan dengan Chanyeol. Sehun tidak tahu bagaimana menjelaskan keadaan Chanyeol sekarang ini. Rambut hitam yang biasanya rapi dengan hair up style saat ini terlihat awut-awutan. Mata bulat yang memancarkan ketegasan itu juga nampak sendu, sedikit air mata masih menggenang didalamnya. Sehun sedikit mengalihkan matanya pada tangan yang lebih besar dari tangannya dan saat itu juga matanya terbelalak, kulit tangan terkepal Chanyeol lecet hingga menunjukan luka basah lebar di punggung tangan tersebut. Sehun tidak tahu apa yang telah suaminya pukul tapi yang pasti luka itu sangat perih.

"Hyung..."

Sehun langsung mendorong Chanyeol masuk ke kamar dan mendudukannya di atas kasur. Mengabaikan kamar mereka yang selayaknya kapal pecah, Sehun tergesa-gesa menuju kotak first aid, mengambil sebotol alkohol dan kapas. Kasa putih untuk memperban tangan Chanyeol nanti.

Chanyeol yang hanya bergeming melihat apa yang istrinya lakukan. Jari jemari lentik Sehun sangat telaten membersihkan lukanya dengan alkohol. Tidak ada perih yang ia rasakan, dalam hatinya jauh lebih perih dari apapun luka fisik yang pernah ia dapat. Matanya terus terarah pada Sehun, menatap bagaimana istrinya itu masih memperlakukannya penuh kelembutan, bagaimana tangan itu membalutkan perban pada tangannya dengan pelan seolah tak ingin ia merasa kesakitan. Sehunnya masih menjadi Sehun yang penuh perhatian.

Tapi siapa yang tahu tentang hati?

Bibir tipis Sehun bergumam saat selesai memperban tangan Chanyeol. Mengusapnya lembut tanpa ada kata yang terucap. Tidak ada yang mengeluarkan suara dari keduanya, membiarkan sepi menyelimuti setiap bagian.

"Jangan melukai dirimu sendiri, hyung. Kumohon" Sehun menciumi punggung tangan Chanyeol, membuat Chanyeol memalingkan wajahnya, ia tak sanggup menatap Sehun lebih lama.

Semua yang Sehun lakukan padanya membuatnya merasa semakin bersalah. Sehunnya masih menganggapnya seolah ia adalah suami yang baik.

"Aku akan kembali ke kantor" Chanyeol menarik tangannya dari genggaman Sehun, tanpa memandan istrinya lagi ia berjalan untuk keluar kamar.

"Hyung tunggu!"

Chanyeol berhenti di ambang pintu saat Sehun memanggilnya, menunggu sebentar apa yang Sehun ingin katakan sebelum ia keluar dari rumah ini. Sudah Chanyeol katakan bukan, melihat bagaimana perlakuan Sehun padanya semakin memupuk rasa bersalahnya.

I Love You, My WifeWhere stories live. Discover now