Chapter 4

1.8K 168 37
                                    

Manik hijau merah Ichiro bergerak kesana kemari, menunjukkan keresahan si pemiliknya.

"Ichi-nii ayo makan malam," pintu kamarnya dibuka perlahan, Saburo berdiri menatapnya. Ichiro menoleh lalu mengangguk pelan.

  "Ichi-nii kelihatan pucat minggu ini, sakit kah?" Kepalanya menggeleng, sembari ia perlihatkan senyum simpul dibibirnya.

"Niichan hanya kurang tidur, Saburo." Jawabnya cepat, Saburo sempat menatapnya penuh selidik lalu kembali menatap depan.

"Ichi-nii harus tahu, Jiro dan aku tidak sama." Sejenak Ichiro teringat, adik bungsunya ini jauh lebih pintar dari adik tengahnya.

  Tangannya memijat pangkal hidungnya perlahan, manik Ichiro menatap balik Saburo. "Niichan bisa mengatasinya sendiri, Saburo."

Ia beralih mengusap rambut adiknya, namun Saburo menepis tangannya dan menatap Ichiro tajam.

"Apa ada hubungannya dengan Samatoki?" Dahi Ichiro mengernyit, "Kok jadi dia?" Tanya Ichiro balik.

Memang akhir-akhir ini yakuza ubanan itu tak lagi menghubunginya, tapi Ichiro tak masalah akan hal itu. Katanya sih.

  Saburo menyipitkan matanya, menatap kakaknya penuh selidik. "Ichi-nii bilang berbohong tidak baik tapi sekarang malah Ichi-nii yang bohong," ucapan Saburo sukses membuatnya terbungkam. Pemuda itu menghela nafas lalu tersenyum tipis, "Jadi karena Samatoki?"

  Ichiro mengangguk lemah, menunjukkan alasan keresahan hatinya akhir-akhir ini. "Niichan hanya heran saja kenapa dia tidak menghubungi minggu ini... Tapi tak berarti Niichan membutuhkannya," ucapnya pelan.

  Rahang Saburo nampak mengeras, meski nyatanya Ichiro tak menyadari hal itu. Pikirannya terlalu larut dalam kebingungan hatinya sendiri.

"Kalau memang tak ada kabar, kenapa harus dicari?" Ichiro menoleh kearahnya.

Bisa ia lihat kedua mata Saburo menyiratkan tatapan ketidaksukaan, bukan tatapan tidak suka seorang adik. Namun tatapan tak suka dari seseorang yang tak ingin kehilangan orang yang dicintainya.

  "Kenapa Ichi-nii harus memikirkannya disaat ia tak melakukan hal yang sama?" Saburo berjalan mendekat kearah Ichiro, membuatnya agak terkejut. Sejak kapan adik kecilnya ini menjadi agak berani?

  "Ada waktu untuk berhenti menyayangi seseorang, Ichi-nii. Bukan karena egois, tapi karena perasaan itu disia-siakan terlalu lama." Telunjuk Saburo menunjuk dada Ichiro.

Tindakannya membuat Ichiro terdiam, matanya menatap Saburo dengan tatapan sendu. Ucapan adiknya memang benar, dan itu membuat Ichiro terhenyak.

  Ia tahu perasaannya sudah disia-siakan oleh Samatoki, namun terlalu berat bagi Ichiro untuk membuang rasa sayangnya.

  Melihat kakaknya terdiam membuat rasa bersalah muncul dalam hati Saburo, tapi ia tak akan minta maaf, karena apa yang ia katakan adalah kenyataannya.

  Saburo berdeham pelan lalu berbalik, kakinya melangkah keluar dari kamar Ichiro. Daripada mulutnya terus mengatakan kalimat-kalimat pedas, lebih baik ia membiarkan kakak tertuanya sendiri dulu.

(S)Ex Buddy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang