midnight call.

790 87 15
                                    

Introduce your name, first.
Then i will ask you for your number.

.
.
.
.
.

Jungkook menatap nanar koper yang tergeletak terbuka di atas karpet bulu dan Yugyeom dengan secangkir kopi ditangannya bergantian.

Dihembuskannya nafas berat beberapa kali sampai membuat Yugyeom meliriknya tak nyaman.

Pemberitahuan penundaan proyek baru diterimanya pagi ini. Jungkook juga sangat maklum jika hal ini harus ditunda mengingingat kondisi yang tidak memungkinkan.

Tapi masalahnya...

"Bagaimana mendapat tanda tangan BTS?"

Yugyeom yang masih meniup-niup kopinya menoleh kesal, "ada-ada saja, memang untuk apa sih? Toh kalian akan bertemu lagi."

Jungkook menahan teriaknya membuat temannya itu berjingkat kaget, bergulung di atas tempat tidurnya dan merengek menendang-nendang udara.

"Habis aku, mau alasan apa lagi untuk bertemu pacarku-"

"Mantan," koreksi Yugyeom cepat yang terbahak setelahnya.

Jungkook menatap tidak suka dan kembali meringkuk memeluk tubuhnya sedih.

Ia belum siap untuk tidak bertemu Seulgi, ia sudah merindukannya.

Menggeleng kepalanya pelan, Yugyeom meletakkan kopinya dinakas setelah memandang tumpukan baju di pojok kamar Jungkook.

"Bajingan beruntung! Aku iri. Sudah putus tapi masih bercinta? Memang kau kasih mantra apa ke Kak Seulgi?"

Jungkook menghadiahi bantal yang melayang tepat sasaran menimpa kepala Yugyeom yang mengaduh, "aku yang dimantrai."

Jungkook menahan senyumnya, benar juga jika ia menggunakan istilah mantra.

Jika dipikir lagi, bagaimana bisa ia bertahan dengan hubungan tidak jelas seperti ini dengan perempuan yang masih saja menjadi urutan teratas prioritas di hidupnya.

Jungkook paling tidak suka disepelekan, ia benci kalah dan ia tidak ingin mengalah demi alasan apapun.

Tapi Kang Seulgi selalu menjadi pengecualian.

Jungkook benci dingin, tapi sekalipun ia tidak pernah keberatan jika Seulgi membutuhkan pelukan.

Jungkook benci membagi makanannya, tapi tanpa keluhan sedikitpun, ia selalu memberikan tiga per empat potongan sandwich-nya kepada Seulgi.

Jungkook benci hening, tapi setiap waktu, ia tidak pernah melewatkan menemani Seulgi menghabiskan istirahat makan siangnya di perpustakaan.

Jungkook benci dirinya yang tidak berguna, tapi ia menerima dirinya penuh kasih setelah Seulgi memeluk erat mimpi yang terlampau lama ia biarkan usang dibenaknya sendirian.

Seulgi tahu Jungkook benci banyak hal. Dan Jungkook tahu itu.

Jungkook mengerti mengapa ia menempatkan Seulgi sebagai alasan ia bahagia, karena hanya bersama perempuan itu Jungkook belajar bagaimana mengubah rasa bencinya menjadi bombardir kasih tak terhitung ujungnya.

Mons Igneus || seulkook • vseul Where stories live. Discover now