Ruang Rontgen

217 4 3
                                    

Kira dibawa suster menggunakan kursi roda ke ruang rontgen karna akan memeriksa apa ada luka dalam di tubuh kira. 

Di dalam ruangan kira bertanya-tanya sendiri "Gimana ya rasanya di rongent, aku kan belum pernah" Gumam kira. 

"Kita rontgen kaki kamu dulu ya" Kata dokter itu yang mengejutkan lamunan kira. Karna kira masih memakai celana jeansnya yang sepanjang mata kaki, dokter itu meminta izin agar celananya diangkat dulu hingga lutut. Saat itulah dokter itu melihat kaki ramping kira yang putih mulus, karna benar kira kecil mungil tapi lekukan bodynya tetap bagus untuk ukuran orang yang mungil. "Ini apa masih lama ya, mana dokternya dekat banget lagi." gumam kira. 

"Baiklah, udah selesai. sekarang kita rontgen punggung kamu." Kata dokter itu 

Di dalam ruang rontgen dokter itu menatap kira lama, namun kira tidak menyadarinya. "Benar-benar berbeda dari yang lainnya" gumam sang dokter. 

Setelah selesai rontgen, Hasil menunjukkan bahwa kira tidak harus di operasi namun harus di jahit luka jempol kakinya karna darah yang tak berhenti mengalir disana. Saraf di beberapa bagian tubuh kira lumayan berdampak membuat kira susah menggerakan tubuhnya, jadi kira harus menggunakan kursi roda dan terapi jalan. 

Di luar ayah kira sudah menunggu lama, akhirnya kira keluar juga.

"Kira, kalau sudah sembuh kamu jangan bawa motor lagi ya kuliahnya. Kamu di anter supir aja." Kata ayah kira.

"Oke yah, Kira juga masih takut dan trauma." tampak berlinang air matanya.

Kira di bawa oleh suster dan ditemani ayahnya ke ruang inap VIP. karna memang pemilik rumah sakit ini teman baik ayah kira. 

Di luar ruangan ayah kira berbicara dengan dokter tadi.

"Rasanya saya pernah ketemu kamu, tapi lupa" Kata ayah kira.

"Perkenalkan nama saya Fauzan Ghani om, saya anak dari teman bapak. Dimas itu ayah saya. saya pernah melihat om waktu bapak mampir kerumah saya." Jelas ghani lembut.

"Oooh anak dimas, maaf ya saya sampai lupa. Makanya tadi saya sempat mikir berkali-kali karna rasanya pernah bertemu kamu." 

"Hehe iya om, yang saya rontgen tadi itu anak om?" Tanya ghani pelan.

"Iya ghani. dia anak saya, saya kaget banget tadi waktu dapat kabar anak saya kecelakaan." 

"Hmm, akhir-akhir ini memang banyak kecelakaan om. karena terlalu banyaknya kendaraan dan orang yang ngebut di jalanan. Syukur anak om pakai helm, kalau tidak mungkin kepalanya juga bakal kena." 

"Iya, kira memang saya suruh pakai helm terus. Bahkan sebenarnya saya maunya dia di anter supir aja ke kampusnya, tapi kira nya nggak mau." 

"Oooh jadi nama anak om kira." Jawab ghani sambil tersenyum sedikit namun tampak oleh ayah kira. 

"Iya namanya kira, jadi dari tadi kamu belum ngobrol apa-apa sama kira di ruang rontgen?" Tanya ayah kira aneh. 

"Belum om, biasanya saya dengan patient saya cuma ngobrol tentang sakitnya aja." 

"Oh begitu ya ghani. yaudah titip salam saya sama dimas ya. sudah lama saya nggak ketemu dia." 

"Baik om, kalau om mau ketemu langsung juga bisa om. ayah saya masuk kerja hari ini, dia ada di lantai paling atas rumah sakit ini." jelas ghani. Ayah ghani memang pemilik rumah sakit ini. makanya kira bisa masuk ruang VIP atas akses yang sudah dimas berikan ke ayah kira.

Lalu ayah kira masuk lagi ke ruang rawat inap kira.

-Di ruang kerja Dimas, ayah Ghani.

"Yah, teman ayah ada di sini loo." Kata ghani

"Siapa ghan?" tanya dimas singkat, karna sedang sibuk dengan kerjaannya.

"Pak Reynaldi, teman ayah yang pernah kerumah." iya nama ayah kira Reynaldi.

"Ngapain dia disini? dia sakit?" tanya Dimas yang mulai khawatir dengan temannya itu.

"Bukan pak reynaldi yah, tapi anaknya." 

"Anaknya? Kira?" 

"Iya yah, ayah kenal anaknya?" tanya ghani bingung.

"Iya kenal lah, Reynaldi ceritain tentang anaknya terus dari dulu sama ayah. dari cerita anaknya yang mulai suka korea lah, sampai anaknya yang di tembak cowok di depan rumahnya lah, dan nyeritain kalau kira anak yang belum gede karna belum pernah jatuh cinta sama orang hahaha." cerita dimas panjang. 

"Ooh ternyata ayah sedekat itu ya sama pak reynaldi sampe di curhatin tentang anaknya terus." Jawab ghani sambil senyum-senyum sendiri mendengar cerita itu.

"Iya ghan, nanti ayah jenguk kira deh ke bawah sambil ketemu reynaldi. kamu masih ada jadwal pemeriksaan dia kan ntar malem?"

"Ada yah." 

"Yaudah, ayah mau lanjut kerja lagi. kamu juga, jangan males-malesan. ntar orang pada mikir kamu dikasih keringanan lagi karna ayah.

"baik yah, ghani lanjut ngurusin patient dulu."

"Oke anak ayah yang pintar dan gantengnya sama kayak ayah." 

-(Hari menunjukkan pukul 8 p.m yakni 20.00 wib)

Ayah ghani yaitu dimas pergi menjenguk kira bersama ghani yang memang harus membantu terapi kira.

Di dalam ruangan kira

"Hai kira, Kamu udah mendingan?" sapa dimas ayah ghani.

Reynaldi langsung beritahu kira "dia teman baik ayah kir, dimas." 

"Hai om, temannya ayah ya. kira udah mendingan kok om." padahal tubuh kira semakin sakit karna biasanya kalau habis kecelakaan pasti malamnya tubuh makin terasa sakit.

"Kuat banget sih anak kamu rey, mau ngebohongin dokter padahal kami tau kalau tubuh kamu makin terasa sakit." jawab dimas senyum 

"Kamu kan udah tau kira gimana dim, saya kan udah cerita banyak sama kamu hahaha." jawab reynaldi.

"Oiya kira, ini anak om. dia ganteng dan pintar loo. namanya Fauzan Ghani umurnya masih 24thn, tahun ini 25." ucap dimas membanggakan anaknya

"Apa sih ayah" ghani hanya bisa malu ngeliat kelakuan ayahnya. 

Kira yang memang masih belum tertarik dengan laki-laki dan percintaan hanya tersenyum dan berkata "Halo dokter ghani." 

"Haai kira." balas ghani dengan senyum cerahnya.

-----------------------

Halooo di sini aku sangat menerima masukan, kritikan, atau mungkin saran kelanjutan ceritanya agar bisa lebih baik dan menarik lagi. Makasih udah baca, love yaa!

Dokterku MencintaikuWhere stories live. Discover now