7. rain

48 13 8
                                    

 
 
 
 
Cuaca yang buruk, sore hari hujan deras hingga mahasiswa yang akan pulang terjebak didalam gedung fakultas. Sudah setengah jam April menunggu tapi hujan belum reda juga, bahkan sebagian orang yang tadinya menunggu memilih menerobos hujan menuju parkiran.

Sebenarnya April membawa payung, dia bisa saja pergi ke halte dengan selamat dan naik bus lalu sampai kos. Tapi April tidak bisa berjalan sendirian ditengah hujan deras, langit gelap, serta suara petir yang keras. Rasa takutnya terlalu besar.

Seperti biasa, April tidak bisa mengandalkan teman-temannya untuk ditebengi pulang. Lia teman satu kamarnya saja selalu dijemput sang pacar, sementara Andrea yang meskipun punya mobil sendiri lebih memilih pulang-pergi bersama Hakam mengendarai motor beat.

April membuang napas kasar, lalu dia tidak sengaja menangkap sosok yang kehadirannya menarik perhatian. Juni sedang mengahadapi air hujan, tidak perduli saat ujung celananya bahkan terkena cipratan air hujan yang turun deras.

Dia kelihatan buru-buru, nampak jelas dari gerak-geriknya yang tidak bisa diam. Matanya terus bolak-balik melihat jam di pergelangan tangannya.

April meremas payung yang ia pegang sejak tadi. Entah kenapa ingin berinisiatif memberi payungnya kepada Juni agar bisa sampai parkiran tanpa basah kuyup. Juni sedang buru-buru, April sadar karena cowok itu kelihatan tidak tenang.

Tidak ada salahnya kan?

Payung ini pun tidak berguna untuk April karena dia sendiri tidak berani menerjang hujan dan memutuskan menunggu hujan reda. Sepertinya lebih bermanfaat bagi Juni.

Anggap saja ini ucapan terimakasih karena Juni sudah menolong dan mengobatinya saat jatuh tempo hari.

Anggap saja ini ucapan terimakasih karena Juni sudah menolong dan mengobatinya saat jatuh tempo hari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

 

Saat masih dikelas tadi, bunda minta dijemput lewat pesan Wa kalau Juni sudah selesai. Sekarang hujan dan Juni tidak ada payung, jarak dari sini ke parkiran cukup untuk membuat basah seluruh tubuh jika tidak memakai payung.

Juni sudah mengabari bunda kalau di sini hujan dan dia tidak bisa langsung menjemput, bunda juga bilang tidak apa-apa. Tapi tetap saja Juni gelisah. Bunda berada di tempat salon setelah perawatan dan itu aman. Hanya saja dia tidak bisa membuat bunda menunggu lebih lama.

Ia melihat jam lagi, sudah setengah jam bahkan mungkin lebih.

Sempat berpikir akan mencari plastik besar dan menerobos hujan sebelum tiba-tiba sebuah payung tersodor di hadapannya.

Juni menoleh, hanya untuk mendapati April berdiri di sana.

"Kayaknya lo lagi buru-buru, pake aja," tawarnya dengan senyum ramah yang kemudian berubah canggung saat Juni hanya menatapnya tanpa menjawab.

April gugup, Juni pandai sekali mengintimidasi.
"Walaupun kecil tapi masih bisa kok nutupin badan lo," ucapnya lagi mengalihkan kecanggungan yang mulai ia rasakan.

April and JuneWhere stories live. Discover now