28 : Lovable

10.3K 1.6K 45
                                    

Gue berhenti melangkah ketika melihat gadis dengan rambut elektrik tampak marah kepada sobat kesayangan gue, siapa lagi kalau bukan Cecep yang juga terlihat sangat marah. Wajah bulatnya sudah memerah sama halnya dengan Mada. Wajah Mada memerah dengan rambut biru elektrik benar-benar tampak mengerikan di mata gue.

"Lo denger gue kan Sep! Gue nggak akan maafin lo kalau ada orang lain yang sampai tahu!" Suara desisan marah Mada terdengar mengerikan. Gue bahkan bergidik ngeri karena nggak menyangka Mada bisa seperti itu.

Dia lalu berbalik. Matanya melebar terkejut melihat gue. Dia hanya mengangguk sebelum berangsur meninggalkan gue yang pada akhirnya mendekati Cecep.

"Cep... Lo-"

"Gue kacau! Astaga astaga astaga!" Cecep mengusap wajahnya kasar. Menjambak rambutnya dan dia berjalan melingkar yang mana membuat gue pusing.

"Cep?" Tanya gue hati-hati.

"Apa sih Princess! Bisa nggak lo jangan ganggu gue dulu? Lo bisa cari orang lain dulu untuk lo rusuhi!" Cecep menyentak gue keras. Kita memang sering beradu pendapat dan kadang kali adu mulut mengenai berbagai masalah.

"Lo gila ya! Berani-beraninya lo bilang gue biang rusuh!" Gue berteriak nggak terima. Tangan gue mengambil tas selempang. Memukul kepala Cecep beberapa kali yang membuat dia menjerit. Gue nggak kenal ampun. Karena itulah beberapa kali gue memukulnya dengan tas Chanel gue sampai otaknya kembali normal seperti sedia kala.

"Udah udah! Stop! Gue udah sadar, oke?!" Kedua tangannya akhirnya menangkis serangan gue. Gue juga sudah lelah sih. Tenaga princess gue nggak pernah digunakan untuk kekerasan. Princess sejati selalu menggunakan keseluruhan pribadinya untuk kebaikan saja.

"Lo ada masalah apa sama Mada?" Tanya gue setelah berhasil mengatur napas yang nggak lagi terengah. Gue melirik bangku kayu di bawah pohon dan duduk di sana. Mengambil tumbler berwarna pink yang berisi infused water dan menenggaknya hingga habis setengahnya.

Cecep lalu mengambil tempat di sebelah gue. Merebut botol minum gue dan tanpa malu menghabiskan setengah isinya.

"Gue cemburu sama hubungan Mada dan Genta," mulainya yang membuat gue langsung menyipitkan mata. "Di dunia ini nggak ada hubungan murni pertemanan antara cowok dan cewek."

"Terus lo anggep hubungan kita nggak murni temenan juga, gitu?" Gue membantah.

"Lo beda kasus Princess. Gue nggak pernah anggep lo cewek."

Gue mendengkus. "Jadi gue bukan cewek dan cuma ikan cupang, gitu?"

Cecep terkekeh. "Lo itu naif dan kayak anak kecil. Meskipun rese, galak, dan anti sosial, gue udah anggep lo adek sendiri. Umur lo juga lebih muda satu tahun dari gue."

Gue mengangguk-angguk. Mendadakn merasa tersentuh dengan pengakuan Cecep kampret ini sebenarnya. Tetapi gue gengsi mengakuinya. Jelmaan ikan dugong di sebelah gue butuh sesuatu yang melebihi Bang David kalau mau diakui sebagai kakak gue.

"Balik lagi ke Mada dan Genta, lo ngapain iri ke mereka? Genta juga udah punya gue yang maha sempurna sebagai pacarnya. Dia nggak bakal milih gue sebagai pacarnya kalau memang dia punya perasaan ke Mada."

"Mada udah lama naksir Genta."

"Yes I know." Jawab gue sembari memainkan ujung rambut bergelombang gue yang tampak luar biasa hari ini. "Gue langsung tahu pertama kali Genta mengenalkan gue ke Mada."

"Dan lo nggak keberatan?"

"Genta memang lovable kok," Gue terkikik. "Memang covernya begitu sih, tetapi dia punya sisi yang bikin gue nggak bisa meninggalkan dia begitu aja."

RUMBLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang