Getaran🍌

13.2K 851 85
                                    

Jangan lupa memberi kritik dan saran dengan bahasa sopan ya. Silakan beri masukan, nanti akan dipertimbangkan.

..... Happy Reading .....

Alran keluar kamar mandi dengan lilitan handuk putih yang melekat hanya di tubuh bagian bawahnya, itu membuat badan kekar dengan perut six pack yang menggoda iman setiap wanita itu terekspos sempurna. Laki-laki itu mengambil satu handuk lagi untuk ia gunakan mengeringkan rambutnya yang  masih basah, selepas itu dia berjalan menuju kamar untuk berpakaian.

Ceklek

Baru saja Alran ingin meraih gagang pintu, pintunya sudah terbuka lebih dulu dan menampilkan sosok Arlen dengan rambut seperti singa khas bangun tidurnya. Arlen menguap, lalu melap ilernya menggunakan tangan langsung, tanpa ada rasa sungkan sedikit pun di hadapan Al.

Arlen mengibaskan tangannya seakan menyuruh Al minggir untuk memberinya jalan. Al memundurkan tubuhnya sambil menatap  Arlen dengan tatapan jijik, sedangkan yang ditatap hanya menggendikkan bahunya acuh.

Tanpa sadar, air yang menetes dari tubuh Al membuat lantainya licin.

Sreet

Arlen yang tergelincir refleks mencari pegangan dan yang dipegangnya malah handuknya Alran.

"KYAAAAA!" jerit Arlen.

"AAAAA!" pekik Alran bersamaan ketika senjatanya terekspos.

Al dengan cepat merampas kembali handuknya yang dipegang Arlen, dan memakainya asal, kemudian laki-laki itu berlari ke dalam kamar.

Brakk

Alran menutup pintu secara kasar, sehingga membuat Arlen terlonjak kaget. Di balik pintu, dengan napas ngos-ngosan Alran menyandarkan tubuhnya di daun pintu sambil mengusap wajahnya kasar.

"Gila mah si monyet! ... Kira-kira dia sempat lihat pisang gue gak yah?" monolog Alran dengan kalut dan mimik wajah yang begitu takut.

Bulir-bulir keringat dingin kembali membasahi tubuh Alran yang tadinya hampir kering, Al menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, rasanya dia malu bukan main saat handuknya melorot menampilkan full bodynya. Apalagi ekspresi Arlen yang membuatnya yakin jika gadis itu telah melihat pisangnya.

*****

Arlen menggosok giginya dengan pandangan kosong sebab otak dan hatinya masih mencerna kejadian barusan.

"Apakah kepolosan gue sudah benar-benar hilang?" batin Arlen.

Arlen menggelengkan kepalanya berusaha menampik kenyataan, berkali-kali hatinya berucap doa agar semuanya hanya sebatas mimpi. Namun, saat sikat giginya meleset dan tidak sengaja terkena gusinya, rasa sakit yang disebabkan itu membuat Arlen tersadar, kalau ini bukanlah mimpi. Arlen benar-benar malu, bahkan sangat malu, lihat saja sekarang, bukan hanya pipi, telinga dan matanya juga ikut memerah. Arlen kembali menggosok giginya dengan kencang berusaha untuk menyalurkan emosinya namun sia-sia. Gadis itu terlihat menghentak-hentakan kakinya dan bertingkah tidak jelas.

"Sumpah demi apa gue malu," gumamnya melemah sambil memukul-mukul dinding kamar mandi.

Meskipun Arlen mesum, kemesumannya hanya dia dapat dari cerita genre dua puluh satu plus . Arlen kenal Maria ozawa pun hanya setelah kak Maria pensiun dari dunia perfilman dan kakek sugiono, si legenda dunia biru itu hanya diketahuinya lewat Bima dan Sakti. Dia belum pernah melihat senjata laki-laki dewasa secara langsung.

Meskipun begitu, yang dilihat Arlen tadi hanya samar, dia tidak tahu jelasnya ukuran pisang Alran karena refleks matanya tertutup waktu dia menjerit, tapi tetap saja Arlen sempat melihat.

I'm Not a Little Banana [END]Where stories live. Discover now