duapuluh enam | ngidam teh Hesti

61 8 0
                                    

"Dya disini beh,babeh apa kabar?"

Mungkin Lidya seperti orang gila yang mengajak mayat yang bersemayam dibawah sana untuk berbicara, namun itu cukup membantu beban yang Lidya rasakan selama ini.

"pasti gaenak yah disana sendirian?" tanya nya, "lidya juga gaenak, gabisa manja-manja sama Babeh lagi" ucapnya tersenyum getir.

"Kira-kira kalo Dya kuliah bakal nyusahin mamak ga ya Beh?" "Babeh kan pengen Dya sama anak Babeh yang lain berpendidikan"

"Kak Rian udah jadi PNS, teh Hesti juga kemaren-kemaren udah nikah beh, bentar lagi juga wisuda"
"kalo Dya ga kuliah gapapa kali ya beh? Kan udah berpendidikan,S3 juga SD, SMP, SMK hehe.."

Sorot mata Lidya meredup, berubah jadi sendu,"Dya gamau repotin Mamak beh,mungkin Dya bisa sambil kerja juga"

"atau bantuin mamak urus catering?" Lidya menerawang
kesekitar,ia tampak berfikir.

"ihh Dya loba omong nyah Beh?" tanyanya dalam bahasa sunda.

*ihh Dya banyak ngomong ya Beh?

"yaudah beh, Dya pulang dulu udah mau jam 5" "assalamualaikum.."

Sebelum beranjak, Lidya menempelkan tangan kanannya ke bibirnya kemudian pindah ke nisan Rasyid seolah memberi kissbye.

Motor Lidya melaju membelah jalanan dibawah sinar surya yang mulai termaram. Setelah 20 menit ia sampai dengan selamat ke rumah berwarna ungu milik keluarganya.

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsallam.." yang menjawab adalah Hesti.

"mamak pulangnya besok" katanya melihat Lidya celingak celinguk mencari Mamaknya.

"Suami teteh?" tanya Lidya yang membuat Hesti menghela nafas gusar.

"ada proyek sama Bapaknya kak Yuda yang gabisa ditinggal paling pulang malem banget, kamu jangan kemana-mana yah temenin teteh" titah Hesti pada sang adik.

Yuda memang mempunyai proyek pembangunan bersama Ayahnya selain kuliah arsitektur pria itu juga ikut membantu ayahnya hingga mampu untuk menabung dan menikah bersama Hesti.

Mereka memang memutuskan untuk tinggal di rumah Laras saja. Selain kamar yang kosong, usia Laras yang sudah lebih dari setengah abad itu menjadi pertimbangan bagi pasangan muda tersebut.

Yuda oke oke saja mendengar keputusan Hesti, pria itu juga tidak terlalu khawatir keadaan orangtua nya disana karena sudah ada kakak dan saudara mereka yang rumahnya bersebelahan.

"oke!"

.
.
.
.

"dek..!" teriak Hesti di lantai bawah, karena Lidya sedang berada di kamarnya.

"bentar..!"

"ada apa?"tanya Lidya setelah menuruni tangga.

"temenin nonton tv" cicitnya.

"jangan bilang nonton horor" selidik Lidya.

"bukan kok, temenin yah?!"
Lidya mengangguk pasrah mengambil toples keripik pisang yang berada di meja kemudian duduk disamping Hesti.

"Dasar bumil rese!" kesal Lidya pada kakak nya. Hesti memang sedang mengandung, usia janinnya baru 3 minggu. Alhamdulillah setelah berbulan-bulan menikah Allah langsung memberikan amanah pada mereka.

Gadis itu kesal pasalnya Hesti menonton acara yang berjudul "ruqyah" pada jam 9 malam seperti ini. Memang bukan film horor, namun acara ini menampilkan Orang-orang yang terkena sihir dan mulai mengamuk jika sang ustadz telah membacakan ayat demi ayat al-qur'an.

Hesti memang tidak sepenuhnya salah,ini memang bukan film horor namun terjun langsung menghadapi jin dan syaiton yang berada pada tubuh seseorang yang membuat orang tersebut mengeram marah, berbicara dengan nada yang menyeramkan, dan adapula yang menari-nari pengaruh dari jin yang hobi jaipong mungkin.

Kalau tau begini Lidya lebih memilih berduaan bersama kamus bahasa inggrisnya daripada menuruti permintaan Hesti yang membuat darah Lidya naik tensi.

"ini kan ga serem, teteh juga tau kamu ga takut kalo kayak beginian, gaada jumpscarenya kok"

Ya memang tidak ada yang membuatnya takut, namun menonton acara seperti ini di kisaran jam tidur sangat tidak apik.

"kamu mending ikut di ruqyah gih, kadang kan kamu jerit-jerit di rumah kadang gamau diem. Suka miris teteh liatnya" celetuk Hesti yang membuat Lidya mendengus seraya beristigfar.

"sabar Dya..orang sabar jidatnya lebar" Hesti terkekeh geli mendengar ucapan Lidya barusan.

"ketawa lagi bakal Dya doain anaknya mirip Dya!" kekehan Hesti terhenti langsung sambil bergidig ngeri membayangkan tingkah Lidya yang seperti buntut cicak jika terlepas dari badanya.

"kalo mukanya sih gapapa, lumayan.tapi kalo kelakuan nya naudzubillah deh jangan sampe gusti!" mohon Hesti.

Setelah hampir setengah jam mereka berdua menonton Lidya mengambil alih remot yang ada disamping Hesti.

"gaada spongebob" cicitnya setelah memencet beberapa tombol untuk memindahkan chanel.

"ya allah dek, jam segini nyari spongebob pake celana kotak,adanya spons cuci piring di toilet sana" kesal Hesti mendengar keinginan Lidya.

"kali aja spongebob nya baru balik dari crusty crab ambil shift malam" ujarnya santai.

"kok teteh ngidam pengen kamu pake celana boxer kuning sambil keliling kampung ya?"

Duarrrr..!

Lidya langsung menoleh sambil tercengang mendengar permintaan ibu hamil di sampingnya ini. Bolehkah Lidya menangis mendengar permintaan Hesti yang mengatasnamakan ngidam?. Sungguh permintaannya itu tidak bisa Lidya lakukan, pasalnya ini menyangkut harga dirinya yang dianggap ramah dan shalihah tiba-tiba keluar rumah dengan boxer kuning?.

"teh.. Gausah ngada-ngada yah" mohon Lidya pada calon ibu disampingnya ini.

"jadi kamu pikir teteh ngada-ngada? Trus gamau nurutin apa kata teteh?" tanya Hesti dengan mata sudah berkaca-kaca yang membuat Lidya meringis.

Demi apapun Lidya bertekad tidak akan menghadapi ibu hamil seperti Hesti lagi. Lebih baik ia tidak boleh membeli cireng selama satu bulan daripada menuruti permintaan kakaknya.

"allahurabbi b-bukan gitu maksudnya,Dya kan cewek teh masa iya pake celana pendek keluar rumah? Aurot teh aurot astagfirullah hal'adzim" ucap Lidya menggeleng sembari mengelus dada.ingatkan Lidya untuk membeli sekanrung rasa sabar di warung mang ujang depan kompleks nanti.

"Assalamualaikum.." salam seseorang memasuki rumah.

"Waalaikumsallam.."

"mas udah pulang?" Lidya tercengang melihat tingkah Hesti berubah manja pada suaminya yang baru saja datang. Ya orang yang mengucap salam tadi adalah Yuda, kakak iparnya.

"ya allah tadi aja kayak tirex pas suaminya dateng dah kayak anak kucing"

"teh kalo beneran teteh pengen yang tadi,minta tolong aja ke kak Yuda. Dia kan cowok trus itu juga anaknya harusnya mau dong nurutin ngidamnya teteh" ucap Lidya sambil tersenyum licik kearah Yuda.

"mampus lo!Noh rasain keliling kompleks pake kolor kuning!"

"emang kamu ngidam apa dek?" tanya Yuda pada istrinya.

"ehh Dya tidur duluan yah, udah ngantuk" tanpa menunggu jawaban Lidya langsung berlari menuju kamarnya.

"adek pengen mas keliling kompleks...

.......pake boxer kuning" Yuda mengerjapkan matanya, menepuk-nepuk pipinya memastikan bahwa ini hanya mimpi. Namun ini nyata terjadi.

Seakan tersadar sesuatu, Yuda berteriak,"LIDYA....!" diatas sana Lidya terbahak mendengar teriakan Yuda dengan nada jengkel.

******

Nah loh Lidya diamuk kakak iparnya tuh wkwk

Jangan lupa vote,komen dan share yakk

Follow ig : dina_larasatiii

Pelangi Untuk Lidya (Completed✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang