Part 18

501 19 0
                                    

Selesai sholat maghrib, Felix ke dapur untuk masak. Sebelumnya, Calvin sudah pulang. Felix sholat maghrib di mushola rumah, sedangkan Ivi di kamar. Felix belum menemui Ivi. Ia hanya sekedar melihat Ivi dari pintu kamar.

Flashback on
Felix membuka pintu kamar dengan kunci cadangan, ia menatap lurus pada objek yang ia tuju. Ya, Ivi. Ivi tertidur dengan kondisi memeluk foto wedding mereka, kemudian Felix berdiri di belakang Ivi. Fyi, posisi tidur Ivi itu miring ya jadi dia membelakangi Felix. Felix bisa melihat dengan jelas bekas air mata Ivi yang membasahi sarung bantal. Matanya bengkak. Ia tahu bahwa Ivi sedang terluka sekarang. Wanitanya akan mengurung diri dan diam pada saat ia benar-benar kecewa.
Perlahan tapi pasti, air mata Felix jatuh. Ia merasa gagal dalam menjaga Ivi. Bahkan ia sudah membuat wanitanya menangis dengan kondisi berbadan dua. Ia tak kuasa melihat kepedihan Ivi.
"Maaf... Aku bener-bener gak maksud buat nyakitin kamu.." Setelah mengucapkan itu pelan, ia langsung keluar dan mengunci kembali pintu kamar itu.

Flashback off

Felix memasak sup dan ayam goreng Kalasan. Saat sedang sibuk menggoreng ayam, Ivi ke dapur untuk minum. Ivi tak menghiraukan keberadaan Felix. Ia minum dengan santai. Felix menegur.
"Aku lagi masak. Nanti kita makan bareng ya.." ucap Felix lembut.
"Gausah. Aku gak laper." Ivi melenggang pergi ke ruang tv.
Felix menghela nafas. Ia mengangkat ayam gorengnya sebelum menyusul Ivi. Felix duduk di samping Ivi.
"Kamu makan ya... Kasihan baby di dalam.." bujuk Felix.
"Masih peduli?" ketus Ivi.
"Kok kamu gitu?"
"Kirain sudah lupa.."
"Jangan gitu sayang.. Aku gak maksud buat nyakitin kamu... "
"Iyaiya.. Sudah kamu aja yang makan. Aku gak laper sama sekali."
"Aku mohon kamu makan ya.. Aku sudah masak lho buat kamu."
"Aku gak nyuruh kamu buat masak."
"Tapi aku mau masak buat kamu. Demi kamu dan bayi kita.."
"Aku gak butuh.. Aku bisa ngelakuin apapun sendiri. Tanpa kamu bahkan.."
Felix menunduk lesu. Ia tahu bahwa Ivi menyindir dirinya yang jarang di rumah karena berlayar. Bahkan Ivi harus melakukan semuanya sendiri di saat tak ada seorang pun di rumah.
"Aku minta maaf sudah buat kamu susah selama aku pergi.."
"Oh"
"Tapi ini semua-" ucapan Felix terpotong.
"Demi kita.. Haha basi tahu gak? Kamu kerja bukan buat kita. Tapi buat kesenangan kamu dan bitch itu! Gausah munafik! Aku tahu semuanya!" Ivi menahan air matanya.
"Maksud kamu?"
"Sudahlah gausah ngelak.. aku tahu kok apa yang kamu lakuin di sana. Kamu KHIANATI AKU FELIX!!" Bentak Ivi.
"Aku gak pernah khianati kamu sayang.." Felix menggenggam tangan Ivi. Ivi menepisnya.
"Masih mau bohong?!! Iya?!"
"Aku gak bohong vi.."
"Sudahlah.. Tega ya kamu! Di saat aku lagi ngandung anak kamu, kamu malah enak-enakan selingkuh! Aku di sini nungguin kabar dari kamu tapi kamu? Kamu gak peduli! Kamu malah senang-senang dengan wanita lain! Salah aku apa??!! Kamu minta aku jaga hati buat kamu tapi kamu sendiri umbar hati kamu ke orang lain!! Menjijikkan!" Ivi membuang muka.
"Aku gak seperti itu vi.. Aku dijebak Shena!"
"Aku gak peduli! Dijebak atau enggaknya kamu, tetap aja kamu salah! Kamu kasih dia respon sampai dia bisa gitu sama kamu!"
"Aku punya alasan untuk ngelakuin semua ini.. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa.."
"Aku kenapa? Aku itu gapapa disini Lix!"
"Shena dan Alfi mau jahatin kamu!"
"Lalu, apa kamu gak bisa jagain aku sampai kamu nurut sama dia?! Kamu bodoh?! Dengan cara itu, berarti kamu sudah ngerusak pernikahan kita! Kamu bisa buat aku hindari kejahatan mereka tapi bukan dengan cara seperti itu! Pihak berwajib itu ada! Apa yang kamu takutkan?!"
"Maaf... Aku memang bodoh.. Maaf.." Felix menunduk.

Tiba-tiba, Calvin datang.
"Gue sudah selidiki sedikit. Kalian tenang aja. Lo gak pernah nyentuh dia kak. Dia hanya memanipulasi semua ini. Gue yang bakal urus.. Sans.." Calvin menengahi.
"Vin??" Felix terkejut atas ungkapan Calvin.
"Gue sudah janji sama lo kalau gue bakal bantuin lo keluar dari masalah ini. Perlahan, gue pasti bisa selesain semua ini. Sabar.." Calvin.
"Thanks vin.. Gue gak tahu harus bilang apa ke lo.." Felix
"Santai lah kak.. Kita kan sodara.."
"Makasih vin.." Ivi
"Sama-sama kak... Yaudah, kalian jangan berantem lagi, kalau kalian berantem, tentu mereka akan senang donk. Ayo baikan ya.." Bujuk Calvin.
"Sayang, maafin aku ya..." Felix
"Yaudah.."
Felix memeluk Ivi.
"Makasih..."
"Hm"
"Yaudah ayo makan.. Laper gue. Gue denger tadi Kapten masak ya?" ledek Calvin.
"Hahah iya vin.. Ayo ayo makan bareng.." Felix tertawa.
"Jangan cemburu lagi.." ingat Ivi.
"Siap sayang... Heheh"
"Hahah..." Calvin.

Relationship Between Captain And LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang