Lima Roti

6.3K 746 234
                                    

"Bagas!"

Bagas sempat melirik siapa orang yang menyebut namanya di suasana kantin yang padat, tapi tak sesak. Terang saja, Pak Haji Dullah sudah tutup lapaknya duluan karena rotinya sudah diborong habis untuk konsumsi rapat guru.

Curang! Guru-guru sudah curi start duluan, membuat seluruh siswa yang capek-capek berlarian harus menelan kekecewaan.

Intinya, tanpa roti keju idaman, semua wajah kian menyuram. Termasuk Bagas yang sudah badmood selautan.

Lelaki tujuh belas tahun itu langsung mendengus begitu mengetahui siapa yang memanggilnya, ia pun langsung menekuk wajahnya malas. Lelaki pendek itu juga seketika menelungkupkan wajahnya dalam lipatan tangan yang berada di atas meja.

"Bagas!" panggil David lagi dari kejauhan.

"Heh, lo dipanggil tuh!" Ganjar menggoncang lengan Bagas ogah-ogahan, mata pria itu sedang terpaku pada ponselnya. Chatting-an dengan sang gebetan.

"Hm ...," gumam Bagas agak merajuk, tanda enggan diganggu.

"Bagas!" Kali ini Ryan berbisik, namun agak keras tepat di telinga Bagas, "Meja kita diliatin, anjing, sama anak-anak. Lo kalo sombong-sombong ntar di-bully lho sama fans-fansnya."

"Bodo," respons Bagas apatis.

Entahlah, selama kurang lebih seminggu mengenal David, rasanya ia ilfeel sekali. David yang diceritakan orang-orang sangat tak relevan dengan apa yang dihadapinya.

Kata orang, David itu; dingin, keren, kalem.

Dan nyatanya, apa yang Bagas hadapi? Sudah cerewet, aneh, dan satu lagi yang paling parah, David itu ....

MESUM!

Sengaja diberi huruf tebal dan digarisbawahi, biar kalian tahu betapa Bagas membenci sifat David yang satu itu.

"Bagas?"

Oh, Dewi Fortuner! Suara indah ini datang menyejukkan hati Bagas yang semula gersang.

Di saat Bagas sedang sangat muak nan emosi dengan David, lelaki inilah yang selalu datang membawa ketenangan.

Siapa lagi? Alberty ganteng-keren-baikhati-ramah-sopan-dansebagainya Dominic, pastinya.

Pssst, jajaran kata sambung di tengah-tengah nama Albert, sudahlah pasti Bagas yang menyematkan.

"Kak Albert!" Dengan wajah sumringah nan berseri penuh binar, Bagas menyahut.

Ganjar dan Ryan yang melihat ekspresi Bagas langsung mengernyitkan dahi mereka jijik. Sedikitnya mereka heran dengan Bagas. Jadi laki-laki saja ganjennya setengah mati, apalagi jika dia perempuan? Sudah pasti Titania si cabe sekolahan kalah oleh Bagas nantinya.

"Boleh bicara sebentar?" tanya Albert dengan suara bassnya yang dalam. Sangat dielu-elukan oleh hampir para gadis se-sekolahan.

Tanpa perlu berpikir, Bagas langsung mengangguk penuh antusias. "Lama juga boleh, Kak!"

Albert terkekeh dan menggelengkan kepalanya geli, "Yuk, ke taman."

Maka dari itu, Albert langsung berjalan terlebih dahulu diekori oleh lelaki pendek di belakangnya.

Tak berselang lama, tiba-tiba meja yang tersisa Ryan dan Albert dihampiri oleh lelaki tinggi menjulang. Ialah si kakak kelas, cucu menteri yang sangat diagung-agungkan.

David, tentu saja. Mana lagi cucu menteri di sekolahan ini?

"Bagas diajak ke mana tuh sama Albert?"

Roti Keju Pak HajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang