Bara Rindu - 35

28K 1.7K 49
                                    

Dilain tempat, seorang wanita paruh baya sedang berjalan tertatih diatas trotoar. Lelah melanda namun ia harus tetap kuat berjalan hingga rumah. Akibat kesalahan fatal ia jadi harus lembur membereskan seluruh restoran hingga tengah malam.

Dari dalam mobil, Adi memelankan laju mobilnya saat melihat wanita paruh baya itu. Diberhentikannya mobil miliknya didepan wanita itu, dengan refleks ia berjalan keluar berdiri berhadapan dengan wanita itu dengan penuh rindu.

"Sayang..." Panggil Adi lirih pelan.

Marisa Mayang, nama lengkap wanita paruh baya yang dipanggil sayang oleh Adi. Marisa hanya bisa terdiam, untuk berlari kaburpun ia sudah tak punya tenaga. Yang ia lakukan hanya terdiam dalam pelukan Adi.

"Sayang, kamu kemana aja? Aku, Bram, Putra dan Rival nyari kamu kemana-kamana." Oceh Adi.

"Kak, aku lelah." Ujar Marisa pelan.

"Aku anterin kamu pulang oke. Ga boleh nolak!" Adi langsung menarik Marisa kedalam mobilnya.

Didudukkannya Marisa dikursi penumpang dan ia duduk dikursi kemudi. Tanpa bertanya arah dan alamat tujuan, Adi menjalankan mobilnya menuju rumah. Rumah miliknya bukan rumah Marisa. Untuk apalagi jika bukan mengamankan serta mengintrogasi tentang perginya Marisa Mayang selama hampir 19 tahun tanpa kabar.

"Kak, antarkan aku pulang kerumah aku. Bukan kerumah kamu." Protes Marisa saat mengenali jalan yang dilalui bukan menuju alamat rumahnya.

"Sstt...." Jari telunjuk tangan kiri Adi bertengger manis dimulut pucat Marisa. "Sayang diem, duduk manis jangan banyak bacot. Adira Chandra kakandamu ini akan membawa adinda ke istana surga dunia penuh dengan dayang." Lanjutnya dengan wajah fokus pada jalanan tak sedikitpun melirik Marisa.

Marisa hanya menyingkarkan jari telunjuk Adi dan menyenderkan tubuhnya pada kursi. Dalam hati ia mulai mengumpati salah satu sahabat karibnya ini , beruntung besok ia tidak ada jadwal masuk dibeberapa tempat kerjanya. Jika tidak, bisa terpotong uang gajinya karna ia membolos. Membolos karna tak mungkin Adira Chandra melepaskan Marisa Mayang dengan gampang.

Diam, Marisa terdiam memikirkan alasan serta jawaban apa yang akan ia berikan pada Adi, Bram, Putra dan Rival. Hampir 19 tahun ia pergi menghilang dari ke-empat sahabat karibnya. Sahabat sejak berseragam putih merah yang berlanjut hingga satu persatu berumah tangga, meski usianya dengan ke empat pria itu terpaut 4 tahun. Sampai hari dimana ia pun akan melangsungkan pernikahan namun semuanya hancur serta gagal hanya karna sebuah kesalahan satu malam.

"Jangan berpikir untuk kabur atau membuat alasan sayang. Besok, Bram, Putra serta Rival akan kerumah kakanda Adira." Adi memiringkan wajahnya menatap Marisa. "Jadi, jangan mencoba untuk pergi lagi untuk kali ini." Lanjutnya dengan senyuman namun suaranya lirih.

Marisa hanya menganggukkan kepala. Sungguh ia tak ingin seperti ini, tapi semuanya harus ia lakukan seperti ini. Bukan tanpa alasan, tapi sangat sulit untuk menjelaskan semua alasan dibalik semua kejadian hampir selama 19 tahun ini. Mungkin, Marisa hanya bisa pasrah dan berserah diri jika ia berkata jujur ke-empat sahabatnya akan mendapat sebuah kekecewaan.

*

"Selamat pagi eferiwan!!!"

"Candara Angkasa!!" Tegur Bara dan Antha bersamaan. Safira? Hanya menggeleng kepala pasrah melihat tingkat anak bungsunya itu.

"Kenapa sih? Mau ngasih duit? Sini dompet aku dengan sen--"

"Duduk!" Ujar Bara tegas dengan tatapan tajam membuat Candara terdiam.

Dengan misuh-misuh Candara duduk dikursi samping Safira dan mulai mengambil piring mengisinya dengan nasi goreng buatan Rindu. Yups, Rindu karna masakannya menjadi favorit dirumah itu. Safira sekarang hanya sesekali membantu menantunya itu dalam memasak, itu juga paling hanya mengupas bawang atau mencuci sayuran.

Rindu selalu berujar, "Mamah makin sini makin tua, harus banyak istirahat dan jaga kesehatan. Biar urusan masak Rindu aja yang ngurus mamah istirahat aja,"  . Tidak beruntung gimana Safira mendapat menantu seperti Rindu?

"Kakak ipar kemana bu?" Tanya Candara dengan mulut penuh nasi.

"Lagi nyari album foto angkatan SMA gw, mau apa lo nyari bini orang?" Ujar Bara sinis.

"Nyanya doang, sinis amat dah jadi laki mit amit jabang bagong iyuwh." Jawab Candara dengan raut menyebalkan membuat Bara hendak mengeluarkan kata-kata mutiara untuk adik semata wayangnya itu jika saja Rindu tidak datang membawa sebuah figuran foto yang sudah usang.

"Loh, bukan yang itu Rin." Ujar Bara saat melihat foto yang dibawa Rindu bukan yang Bara maksud.

"I-in-ini siapa?" Tanya Rindu dengan jari telunjuk menujuk satu-satunya wanita berseragan putih biru diantara empat pria yang berpakaian putih abu.

Antha yang melihat itupun tersedak dan berdiri menghampiri Rindu. Direbutnya foto itu dari tangan Rindu, diliriknya setiap inci. Foto ia masa SMA dulu bersama ke-empat sahabatnya. Adira Chandra, Putra Ramadani, Rival Esaka, dan Marisa Mayang.

Sekelibat memory hadir dalam benaknya. Memory tentang masa putih merah mereka hinggi putih abu dan berakhir satu persatu pergi ke pelaminan dengan pujaan hati. Dielusnya lembut satu-satunya wanita dalam foto itu. Marisa Mayang, sahabat yang sudah ia anggap seperti adik sendiri ditambah jarak umur diantara mereka. Ditelisik wajah Marisa yang manis, tak akan pernah bosan untuk dipandang.

"Itu.... Rindu jaman SMP?" Tanya Bara membuat Antha langsung mengadahkan kepala yang berhadapan dengan Rindu.

"Rindu? I--ini Marisa sahabat ayah." Antha menatap Rindu lekat. "Tapi...... Kenapa wajah kalian bisa mirip?" Ujar Antha dengan raut bingung.

Drrrttt. Hp Antha bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Diambilnya langsung hp itu dan dibuka. Sebuah pesan dari Adira membuatnya langsung menarik tangan Rindu, membawanya masuk kedalam mobil yang ia kemudikan cepat.

Dibelakangnya, diikuti mobil Bara yang diisi oleh Bara dan Candara. Safira? Dirumah menjaga ketiga cucu kembarnya, meski hati gelisah tapi ia mencoba tenang. Tak biasanya seorang Bramantha bertingkah seperti itu.

*

Brakk.

Antha berjalan tergesa dengan tangan masih menarik tangan Rindu. Ia berhenti tepat disamping sofa, menatap empat orang yang duduk diam menatap balik dirinya. Dilirik Rindu dan Marisa bergantian, hingga ia sadar sesuatu. Kemiripan wajah Rindu dan Marisa yang sangat kentara baru ia sadari sekarang.

"Ayah apaan sih tarik-tarik Rindu!" Gerutu Bara melepaskan pegangan Antha pada tangan Rindu. "Liat nih tangan Rindu jadi merah kan! Kaya duda kebelet kawin aja!  Rusuh!!" Lanjutnya sambil mengelus lembut tangan Rindu.

"Ayah.... Yang difoto tadi siapa?" Tanya Rindu pelan setelah lama diam, mengabaikan sekitar.

Antha hanya diam menatap Rindu yang selanjutnya ia berjalan menghampiri Marisa dengan tangan mengepal kuat. Ditariknya Marisa berdiri dan dibuat berhadapan dengan Rindu. Semua orang terdiam memperhatikan wajah Rindu dan Marisa yang memang jika berdekatan sangat mirip.

"Bisa jelaskan ini semua Marisa Mayang?" Ujar Antha, Adi, Putra dan Rival bersamaan membuat Marisa menunduk sedangkan Rindu entah kenapa merasa sakit melihat wanita paruh baya dihadapannya ini.

.
.
.
.
.
.

Niat mau update akhir minggu tapi aku berpikir ulang mumpung lagi free sedangkan kalo besok sampe hari minggu kayanya aku ga akan ada waktu karna banyak datang barang ke toko dan akhirnya aku up sekarang

Ada yang rasa penasarannya kebayar dikit??

Ingat pesen aku :
Tetep selalu jaga kesehatan, jangan lupa makan dan selalu tepat waktu, jaga kebersihan, jangan lupa ibadah selalu berdo'a pada tuhan

Ramadhan sebentar lagiiiiiiiiiiiiiiiiiii🎶

Jangan lupa vote dan komen kalo ada salah atau typo
Makasih♥️

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang