Berbeda dari sebelumnya, kali ini, ya di tahun ke-2 kami sepakat untuk tidak bersama lagi ini, aku memutuskan untuk tidak menyampaikan rasa rinduku dan menceritakan mimpiku tentangnya.
Sebelumnya, sekitar 3 bulan pertama setelah kesepakatan aku mampu mengontrol kenangan yang terbesit sampai rindu yang tiba-tiba mencuat.
Namun, selanjutnya, aku tak mampu.
Beberapa kali kami bertemu. Kami kikuk. Tak banyak perbincangan diantara kami.
Hanya satu aksi yang masih aku hormati darinya, yakni mengantarku pulang. Sisanya, aku abaikan. Ya, aku takut rasa itu kembali hadir.
Namun, setibanya di rumahku. Dia matikan motornya dan bertanya, "Gue kangen. Lu kangen gak?" Pertanyaan itu muncul setelah hampir 5 bulan tak bertemu dan berbincang kasual.
Hatiku kembali berdebar. Pikiranku kembali buyar. Kujawab, "Hmm. Ya." Sambil tak membalas tatapannya. Lalu, ku pamit dan meninggalkan dia yang tak lama itu pergi.
++++
Malamnya, pikiranku kacau. Akupun mulai bertindak konyol.
"Udah sampe rumah? Makasih ya udah nganterin," tulisku dalam pesan singkat ke nomor ponselnya. Aku tak berharap dia membalas. Aku hanya ingin menyampaikannya saja.
Malam berlalu, meski tidur tak tenang dan kerap terbangun. Setidaknya, aku bisa tidur.
Tapi, paginya. Tak ada balasan darinya. Ya, aku tak apa-apa.
YOU ARE READING
Tahan Rindu, Emang Kamu Kuat?
RomanceTemanku pernah bertanya, "Kamu itu sayang atau cinta sama dia?" Aku tak tahu. Aku tak tahu bedanya dan takaran rasa sayang dan cinta. Dia bertanya lagi, "Kamu ada rasa ingin memiliki?" Ku jawab, "Aku tak berani membayangkan sejauh itu. Karena sudah...